Mohon tunggu...
Angra Bramagara
Angra Bramagara Mohon Tunggu... Administrasi - Orang Biasa

Orang biasa yang sedang belajar menulis, dan belajar menggali ide, ungkapkan pemikiran dalam tulisan | twitter: @angrab

Selanjutnya

Tutup

Money

Proyek Infrastruktur Listrik, Ayam atau Telur?

7 September 2015   16:32 Diperbarui: 3 Februari 2016   18:30 201
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

“Sisa-sisanya kita perlu revisi. Misalnya bisa dilanjutkan dalam lima tahun yang akan datang. Tapi yang paling penting, program ini tidak boleh membuat PLN rugi. Karena kalau ada excess kapasitas PLN harus bayar,”  -Rizal Ramli, Menko Maritim dan Sumbe Daya-

Tampaknya bakalan ada yang kecewa dengan rencana merevisi besaran proyek listrik ini, selain investor yang berharap sarana dan prasana kelistrikan di Indonesia memadai, dimana mungkin dapat mengurangi minatnya berinvestasi di Indonesia.  Tidak mungkin investor masuk terlebih dahulu, nanti barulah listriknya dibangun, karena akan ada perasaan ketidakpastian apalagi ini di Indonesia yang tingkat ketidakpastiannya tinggi. Investor maunya bangun dulu listriknya, baru mereka masuk. Ya, bagaikan ayam dan telur, yang mana ayamnya dan yang mana telurnya serta siapa yang seharusnya lebih dahulu ada?. Selain para investor, mungkin juga kekecewaan datang dari pihak swasta yang awalnya akan masuk pada proyek ini, siapa ya kira-kira?  

Walaupun nantinya besaran proyek direvisi demi menyelamatkan PLN, namun setidaknya harus ada kepastian yang diberikan oleh pemerintah kepada calon investor. Kita ingin PLN tidak rugi, namun juga investor tetap tertarik ke Indonesia. Mungkin, boleh saja proyek listrik hanya 18.000 MW saja, namun pemerintah sebaiknya juga menyiapkan spare sarana dan prasarana kalau-kalau besaran kebutuhan listrik ternyata di luar perkiraan awal yang harus segera cepat teralisasi, dimana nanti ketika investor memerlukan listrik yang ternyata butuh tambahan daya secepatnya maka pemerintah sudah tinggal instal saja. Spare Sarana dan prasarana itu ibarat sebagai komponen kepastian dari pemerintah yang dipegang oleh calon investor. Salah satu sarana dan prasarana itu misalnya adalah mempersiapkan lahan untuk target 35.000 MW atau mungkin 100.000 MW walaupn pada kenyataannya hanya butuh lahan untuk 18.000 MW dalam 5 tahun namun setidaknya untuk kebtuhan 10-30 tahun mendatang pemerintah sudah punya lahan yang siap digunakan untuk menambah daya, serta tentu saja mesin-mesin pembangkit dan transmisi yang sudah "standby" siap dibuat dan dipasang kapan saja yang tentu saja diharapkan menggunakan komponen lokal dan dibuat di Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun