Pak Sugito salah seorang porter ekplorasi. Beliau mengaku sebagai rakyat kecil yang hanya mampu memberikan tenaga. Namun begitu, tenaga yang katanya tidak seberapa itu ternyata mampu ikut serta berkontribusi memberikan sumbangan triliunan rupiah untuk negara serta membantu orang banyak dalam melakukan aktivitas sehari-hari jika pada akhirnya Pak Sugito dan tim mampu menemukan minyak atau gas. Begitulah sekilas cerita dari iklan SKKMigas di televisi. Tentunya kita harus berterima kasih pada Pak Sugito dan timnya.
Pak Sugito pun bercerita bahwa kerjaannya tidak seberapa, karena setelah pekerjaannya itu selesai ternyata masih panjang proses berikutnya. Sayangnya Pak Sugito tidak menceritakan apa proses berikutnya, hehehe.
Baiklah, penulis bukan seorang ahli perminyakan atau bekerja di industri perminyakan atau gas. Namun penulis pernah hidup di lingkungan industri perminyakan. Pada tulisan kali ini, penulis mencoba menyambung cerita Pak Sugito itu sesuai dengan pengalaman yang pernah penulis alami selama berada di lingkungan industri perminyakan maupun ketika penulis mengikuti study tour saat masih duduk dibangku SMP dimana berkesempatan keliling ladang minyak hingga proses pengapalannya.
Apa yang dilakukan oleh Pak Sugito dan tim nya itu adalah aktivitas eksplorasi. Aktivitas ini merupakan aktivitas untuk mencari cadangan minyak baru yang masih tersimpan di dalam perut bumi. Biasanya tim yang disertai Pak Sugito itu adalah tim geologis yang beranggotakan para ahli geologi. Tim eksplorasi ini merupakan tim yang boleh dikatakan mirip pasukan perang. Mereka adalah orang-orang yang penulis nilai sebagai pemberani. Tugas mereka penuh risiko. Bagaimana tidak, mereka masuk hutan, menyelusuri sungai, menyelusuri bukit dan lembah, bahkan dahulu kabarnya tim ekplorasi ini harus menginap di dalam hutan dengan fasilitas tenda maupun "fasilitas hutan" apa adanya disertai juga serangan hewan buas seperti harimau, ular, buaya, nyamuk malaria, dst, mungkin juga hal ini masih terjadi saat ini. Bahkan beberapa orang diantara mereka harus mengorbankan nyawanya. Tugas yang begitu berat demi menghidupkan ribuan orang dan memberikan negara triliunan rupiah. Hormat penulis untuk Pak Sugito dan tim nya.
Selanjutnya, ketika sudah dipastikan ada cadangan minyak ataupun gas di daerah yang telah diteliti atau disurvey oleh tim eksplorasi serta cadangan itu dinilai menguntungkan maka kemudian dilakukan tahap eksploitasi yaitu mengangkat minyak yang masih berada di dalam perut bumi ke permukaan. Namun sebelum tahap eksploitasi ini dilakukan, tentu wilayah yang akan dieksploitasi itu harus mendapatkan izin dari pihak terkait melalui proses maupun perjanjian tertentu.
Setelah izin diperoleh barulah proses eksploitasi yang terdiri dari pengeboran dan proses pengangkatan minyak dilakukan. Proses pengeboran (drilling) maupun pengangkatan minyak yang terjebak dalam cekungan di dalam perut bumi menggunakan metode atau teknik tertentu. Untuk tahu bagaimana metode ataupun tekniknya mungkin pembaca bisa bertanya ke ahli perminyakan. Namun yang jelas, selama proses pengeboran, risiko yang dialami personel pun tidak kalah besarnya dibandingkan personel yang bertugas pada tahapan ekplorasi. Hal ini karena personel pengeboran berhadapan dengan perangkat-perangkat pengeboran yang berukuran besar, berat, terbuat dari besi baja. Jika salah prosedur atau penanganan bisa-bisa ada bagian tubuh personelnya terputus bahkan tubuhnya bisa terkena semburan minyak hitam dan dilumuri minyak hitam yang bersuhu panas dimana bisa berdampak fatal yaitu kematian. Oleh karena itu di dalam industri perminyakan, tidak ada tawar menawar terhadap prosedur kerja dan keselamatan. Safety first. Bahkan di salah satu perusahaan minyak, mereka bersedia menghentikan operasi nya (shutdown) jika proses operasi tersebut mengancam jiwa personelnya. Biarlah mereka rugi karena harus menghentikan operasional asal jiwa pegawainya selamat.
Perangkat Drilling (sumber: internet)
Setelah pengeboran untuk mendapatkan wilayah cekungan yang berisi minyak di dalam perut bumi berhasil, kemudian barulah dipasang sejenis perangkat yang digerakkan oleh mesin dimana mampu mengangkat (menyedot) minyak secara terus menerus dari sumur yang sudah dilakukan pengeboran sebelumnya. Perangkat pompa ini dikenal dengan istilah pumping unit. Suatu alat pompa yang bentuknya mirip kuda. Ukurannya ada yang besar dan ada yang kecil. Bahkan ada beberapa sumur yang kedua pompa ini (besar dan kecil) bersebelahan, penulis melihatnya mirip "bapak dan anak". Pompa ini beroperasi penuh selama 24 jam non stop. Kenapa ada pompa yang berukuran kecil dan besar, apa yang membedakan keduanya? mungkin perbedaannya ada pada tenaganya dan karakter dari minyak maupun lingkungan dimana minyak tersebut berada. Untuk lebih detail dan jelasnya alangkah lebih baik ditanyakan langsung pada ahlinya.
Setahu penulis jenis minyak itu ada dua tipe yaitu minyak berat dan minyak ringan. Minyak ringan lebih mudah diangkat dan diproses, sebaliknya dengan minyak berat. Perbedaan dari kedua tipe minyak ini adalah kekentalannya. Umumnya dunia lebih menyukai minyak ringan, mungkin karena pemrosesannya tidak seberat minyak berat. Produksi (pengangkatan) minyak berat dari dalam perut bumi semakin lama semakin sulit karena mungkin kekentalannya dan juga karena karakter struktur dalam perut bumi dimana minyak tersebut terjebak. Hal ini mengakibatkan produksi bisa menjadi turun jika tidak dilakukan inovasi. Salah satu bentuk inovasi untuk peningkatan produksi yaitu teknologi steam flood (injeksi uap). Sebenarnya teknologi ini adalah teknologi lama, namun sampai saat ini teknologi ini masih dipakai. Untuk tahu lebih detail tentang teknologi ini, silakan tanya ahlinya.