Mohon tunggu...
I Made Bram Sarjana
I Made Bram Sarjana Mohon Tunggu... Administrasi - Analis Kebijakan

Peminat pengetahuan dan berbagi pengetahuan.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Berkaca dari Teori Pertumbuhan Endogen untuk Keluar dari Jebakan Negara Berpendapatan Menengah

7 Oktober 2023   09:23 Diperbarui: 7 Oktober 2023   11:44 180
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tingkat kemajuan atau laju pembangunan suatu negara tidak pernah terlepas dari variabel ekonomi, dengan salah satu indikatornya adalah pertumbuhan ekonomi. Indonesia misalnya, diposisikan sebagai negara dalam kategori negara  berpenghasilan menengah (middle income countries), berdasarkan atas tingkat pertumbuhan ekonomi, nilai total Produk Domestik Bruto (PDB), rata-rata pendapatan per kapita dan beberapa indikator ekonomi terkait lainnya. 

Indonesia sangat lama berada dalam posisi menengah ini, sekitar 30 tahun[1], sehingga Indonesia dipandang berada dalam jebakan negara berpenghasilan menengah (middle income trap), sekalipun sumberdaya yang dimiliki oleh Indonesia pada dasarnya amat memungkinkan untuk meraih capaian yang jauh lebih besar.

 

Untuk bisa "naik kelas", keluar dari jebakan  dari kategori negara berpenghasilan menengah ini, salah satu prasyarat yang dibutuhkan adalah tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi, mencapai rata-rata 6-7 persen[2] secara stabil dan berkelanjutan. Prasyarat lainnya adalah tata kelola pemerintahan yang bersih dari korupsi yang mengakibatkan terjadi biaya ekonomi yang tinggi (high cost economy).[3]

 

Ini tentunya tantangan yang cukup berat, terlebih setelah keterpurukan perekonomian Indonesia maupun dunia akibat pandemi dan perang Rusia-Ukraina. Lalu apa yang diperlukan agar pertumbuhan ekonomi Indonesia dapat mencapai level 6-7 persen secara stabil dan berkelanjutan?

 

Terdapat beberapa pandangan yang menjelaskan tentang faktor-faktor yang mendukung terwujudnya pertumbuhan ekonomi sebuah negara. Salah satunya adalah faktor kemajuan teknologi. Peran teknologi dalam pembangunan ekonomi, khususnya pertumbuhan ekonomi telah menjadi perhatian para ekonom sejak era ahli-ahli ekonomi neoklasik. 

Perhatian mereka terhadap peran teknologi melahirkan kelompok-kelompok teori yang melihat peran teknologi terhadap pertumbuhan ekonomi dengan perspektif berbeda, yang dikelompokkan dalam dua kelompok besar teori yaitu Teori Pertumbuhan Eksogen dan Teori Pertumbuhan Endogen. Sekalipun kedua kelompok teori pertumbuhan ekonomi tersebut memiliki cara pandang yang berbeda, teori ini telah mengungkap peran penting teknologi terhadap pertumbuhan ekonomi pada jangka panjang, sehingga digunakan sebagai fondasi analisis tentang peran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) terhadap pertumbuhan maupun pembangunan ekonomi.

 

  • Teori Pertumbuhan Endogen merupakan upaya pembaruan atas teori yang telah muncul lebih awal yaitu Teori Pertumbuhan Eksogen, yang dikembangkan oleh ekonom neoklasik, Robert Solow pada tahun 1950-an. Solow memberikan kontribusi besar terhadap upaya menjelaskan fenomena teori pertumbuhan ekonomi secara teoritis dengan menggunakan model matematis, yang belum pernah dilakukan oleh para ahli ekonomi klasik. Model yang dikembangkan Solow pada intinya menjelaskan bahwa separuh dari penyebab terjadinya pertumbuhan ekonomi tidak dipicu oleh adanya peningkatan modal (capital) dan tenaga kerja (labor), yang disebut sebagai Solow residual. Model ini mengungkap bahwa terdapat faktor dari luar sistem ekonomi, yaitu perkembangan teknologi, yang dapat lebih memacu pertumbuhan ekonomi. Model ini memprediksi bahwa dalam jangka panjang perekonomian akan mengarah pada keseimbangan tetap dan pertumbuhan secara permanen hanya dapat dicapai apabila terdapat kemajuan teknologi (Solow, 1957). Pertumbuhan ekonomi pada jangka panjang dengan demikian hanya dapat dipacu melalui inovasi dan investasi pada sektor penelitian dan pengembangan yang menghasilkan kemajuan teknologi.
  • Sekalipun analisis Solow ini memberikan perspektif baru dalam cara memahami pertumbuhan ekonomi, terdapat pula kelemahan pada tesis yang dibangunnya, karena Solow belum dapat menjelaskan lebih lanjut bagaimana cara mengukur pengaruh teknologi secara lebih spesifik dan variabel apa yang mempengaruhi kemajuan/perkembangan teknologi (Aghion & Howitt, 2009).

 

Sebagai bentuk kritik dan upaya pembaruan atas asumsi-asumsi Teori Pertumbuhan Eksogen, pada era 1980-an mulai muncul pemikiran baru yang selanjutnya menghasilkan Teori Pertumbuhan Endogen, yang terutama dikembangkan oleh Paul Romer. Teori ini memiliki asumsi berbeda dengan Teori Pertumbuhan Eksogen yang menjelaskan bahwa kemajuan teknologi sebagai faktor pendorong pertumbuhan ekonomi merupakan faktor dari luar sistem (eksogen) dan peluang terjadinya kemajuan teknologi tersedia di seluruh negara di dunia. 

Teori Pertumbuhan Endogen sebaliknya mengasumsikan bahwa pemicu pertumbuhan ekonomi berasal dari dalam sistem (endogen) ekonomi itu sendiri. Pertumbuhan ekonomi terjadi akibat kemajuan teknologi yang didorong oleh penyebaran pengetahuan (knowledge spillover). Persebaran pengetahuan antar negara akibat keunggulan sumberdaya manusia selanjutnya mendorong terjadinya penyebaran kemajuan teknologi. 

Proses ini berimplikasi pada peningkatan pendapatan yang selanjutnya memicu pertumbuhan ekonomi sekaligus mengurangi kesenjangan teknologi yang sebelumnya dialami negara-negara dengan tingkat pertumbuhan ekonomi yang lebih rendah  (Romer, 1994).

 

Teori ini memusatkan perhatiannya pada sumber daya manusia sebagai modal utama peningkatan produksi dan ekonomi nasional. Menurut Lucas dan Romer, tenaga kerja yang berwawasan luas, berpendidikan tinggi, dan memperoleh pelatihan profesional akan mendukung percepatan kemajuan industri dan teknologi (Wijayanto, 2019). 

Teori Pertumbuhan Ekonomi Endogen mengasumsikan bahwa faktor-faktor pendorong pertumbuhan bersumber dari kekuatan sumberdaya di dalam negara. Esensinya adalah bahwa pertumbuhan didorong oleh sumberdaya manusia, kekuatan ilmu pengetahuan, sumberdaya alam dan inovasi teknologi. Variabel tersebut berkaitan erat dengan kebijakan pemerintah yang tercermin pada pengeluaran pemerintah dalam bidang infrastruktur, pendidikan dan kesehatan untuk pembentukan modal manusia dan kemajuan teknologi (Wahyunadi, 2019).

 

Dari berbagai pandangan teoritik tersebut, tentunya menarik untuk menjadi refleksi bersama, apakah kebijakan pembangunan nasional maupun daerah yang telah dilakukan maupun direncanakan oleh para pembuat kebijakan pusat dan daerah telah berlandaskan pada kerangka berpikir serta langkah sinegis dan sistematis yang dapat membuat Indonesia melaju kencang, keluar dari jebakan middle income trap?  

Keberadaan TIK semata nampaknya tidak akan berdampak signifikan, apabila masyarakat Indonesia sebagai berada dalam posisi sebagai konsumen, sekadar menikmati hiburan, menjadi selebgram atau kseadar memviralkan. 

Dampak TIK akan jauh signifikan ketika pemanfaatannya menghasilkan output barang jasa bernilai tinggi yang menghasilkan manfaat ekonomi bagi negara, sehingga secara akumulatif mendukung peningkatan daya saing Indonesia. Melihat kondisi tersebut nampak bahwa berbagai kebijakan yang mendukung pelaksanaan riset dan inovasi untuk pengembangan TIK yang bermanfaat amat diperlukan, agar berbagai potensi dari dalam yang dimiliki masyarakat dapat tumbuh subur. Berbagai sumberdaya yang dimiliki baik sumberdaya alam dan manusia, dapat berkontribusi meningkatkan daya saing Indonesia secara global dan keluar dari middle income trap.

Referensi:

Aghion, P., & Howitt, P. (2009). The Economics of Growth. MIT Press.

Romer, P. M. (1994). The Origins of Endogenous Growth. The Journal of Economic Perspectives, 8(1), 3--22. https://doi.org/10.4324/9780203443965.ch26

Solow, R. M. (1957). Technical Change and the Aggregate Production Function. The Review of Economics and Statistics, 39(3), 312--320. https://doi.org/10.4324/9780203070710.pt7

Wahyunadi, W. (2019). Konvergensi Pertumbuhan Ekonomi Di Nusa Tenggara Barat Periode Tahun 2010 -- 2015. Elastisitas - Jurnal Ekonomi Pembangunan, 1(2), 79--90. https://doi.org/10.29303/e-jep.v1i2.9

Wijayanto, B. (2019). Teori Pertumbuhan Endogenous. SSRN Electronic Journal, 14.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun