Bisa dikatakan komunikasi Sandiaga dengan Gerindra tidak terjalin dengan baik, meskipun akhirnya Sandiaga bertekuk lutut mengikuti kemauan partainya itu. Dengan begitu, sikap tidak konsisten dipraktikkan oleh Sandiaga.
Baru menempati posisi sebagai cawapres saja Sandi sudah plin plan hanya untuk mencari aman di partainya. Apalagi bila nanti terpilih menjadi wakil presiden. Tentu akan banyak rakyat yang dibohonginya.
Drama politik pasca informasi hoax yang disebarkan oleh Ratna dan timses Prabowo itu terbongkar Amien Rais menjadi sasaran polisi. Dia dipanggil untuk dijadikan saksi atas Ratna.
Namun, beberapa kali Amien Rais berkelit. Dia tampak bimbang dan galau menghadapi kasus hukum ini.
Akhirnya, dia merencanakan taktik untuk mengerahkan massa alumni 212 untuk menekan aparat kepolisian agar dirinya lolos. Sayangnya, pihak polisi seperti tak gentar.
Pengerahan massa itu dilakukan oleh Amien Rais karena dirinya benar-benar takut bila terseret kasus Ratna. Sebab dirinya memang diduga kuat menjadi otak dan tokoh dibalik kasus kebohongan tersebut.
Selain itu, pengerahan massa alumni 212 itu diperlukan demi memanaskan mesin politik untuk menguatkan basis pendukung Prabowo di Pilpres 2019 mendatang. Kalau bukan alumni dan simpatisan 212 siapa lagi yang akan mendukung Prabowo dan Sandiaga.
Itulah sekelumit drama politik yang dimainkan kubu Prabowo melalui Ratna Sarumpaet. Untungnya kasus informasi hoax pengeroyokan Ratna itu cepat terbongkar sehingga tidak menjadi fitnah yang besar.
Hikmah lainnya, melalui kasus itu kini publik semakin tahu, kelompok mana yang menjadi produsen hoax selama ini. Mereka yang suka memainkan isu sesat untuk membuat kegaduhan negeri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H