Mohon tunggu...
Ani Berta
Ani Berta Mohon Tunggu... Konsultan - Blogger

Blogger, Communication Practitioner, Content Writer, Accounting, Jazz and coffee lover, And also a mother who crazy in love to read and write.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kearifan Lokal Budaya Suku Kamoro Menambah Kekuatan Identitas Bangsa

6 November 2021   11:12 Diperbarui: 6 November 2021   11:20 6193
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ghea Panggabean, Desainer | Dokumentasi pribad

Eksotisnya budaya dan alam Papua, selalu menjadi magnet untuk menyelami semua yang berkaitan dengan bagian Indonesia paling timur ini. Baik dari berbagai media dan sumber lainnya.

Belum berkesempatan ke Papua padahal sudah seperti ngidam pengin ke sana. Jadi, hanya bisa ngiler kalau lihat ada teman yang upload di medsos saat di Papua.

Seperti gayung bersambut, Kompasiana mengundang saya dan beberapa rekan Kompasianer untuk menghadiri Kamoro Art & Expo 2021 di Hutan Kota By Plataran Senayan pada 29 Oktober 2021. Artinya, saya akan menyaksikan langsung ruh Papua di sana. Walau belum juga ke Papua namun saya cukup senang.

Sesampainya di lokasi, saya langsung mengabadikan setiap moment, memandang beberapa patung kayu dengan ukiran halus berbentuk kepala manusia, buaya dan beberapa pajangan.

Di sudut ruangan pameran terlihat pengrajin seni ukir Kamoro sedang memahat kayu yang akan menjadi karyanya dengan serius menunduk dan kedua tangannya begitu cekatan membuat lekukan-lekukan di kayu yang dipegangnya.

Sesekali tersenyum lalu melanjutkan pekerjaannya. Saya ambil foto dengan beberapa angle berbeda.

Sesi hari kedua, Jum'at 29 Oktober 2021 | Dokumentasi pribadi
Sesi hari kedua, Jum'at 29 Oktober 2021 | Dokumentasi pribadi

Saya bergegas ke masuk kembali ke ruang acara utama karena talkshow "Kearifan Lokal dalam Karya Seni" bersama desainer Ghea Panggabean dan Oscar Lawalata (Asha Smara Darra) serta Luluk Intarti Founder Yayasan  Maramowe Weaiku Kamorowe (MWK) akan dimulai.

Acara kolaborasi antara PT Freeport Indonesia (PTFI), MWK dan Plataran Indonesia. Sesi diskusi ini merupakan rangkaian acara dari Kamoro Art & Expo 2021 yang telah terselenggara selama tiga hari dari 27-29 Oktober 2021. Khusus memperkenalkan karya seni dan budaya Suku Kamoro. Salah satu suku asli Papua dari total 255 suku di sana.

Saya cukup tercengang. Ke mana saja saya selama ini? Baru tahu kalau suku di Papua ada sebanyak itu? Selama ini, saya hanya mengenal Suku Asmat dan Suku Dani.

Ketidaktahuan saya ini apakah saya yang kurang wawasan atau memang kurangnya sosialisasi tentang eksistensi suku-suku yang ada di Indonesia khususnya Papua? Tapi yang penting, dari acara ini saya mulai tercerahkan.

seni-ukir-kamoro-6185faedffe7b564846efe64.jpeg
seni-ukir-kamoro-6185faedffe7b564846efe64.jpeg

Salah satu patung di Kamoro Art & Expo 2021 | Dokumentasi pribadi  

          

kamoro-fashion-6185fdffffe7b561872b63b5.jpeg
kamoro-fashion-6185fdffffe7b561872b63b5.jpeg

Busana Suku Kamoro | Dokumentasi pribadi

Luluk dari MWK yang selama ini membina Suku Kamoro seperti pengrajin seni ukir, anyaman untuk berbagai kerajinan tangan dan seni tari, menjelaskan bahwa hasil karya Suku Kamoro sangat otentik dan dibuat dengan konsep handmade dan detail corak yang menampilkan identitas asli Suku Kamoro yang dinamis dan natural.

Menurutnya, karya-karya ini patut diapresiasi agar para pengrajin selalu bersemangat untuk produktif dan berinovasi. Karena karya yang dibuat, memerlukan pemasaran. Sayang jika hanya teronggok di gudang atau rumah masing-masing pengrajin.

luluk-intarti-6185fb96ffe7b57fee583ef3.png
luluk-intarti-6185fb96ffe7b57fee583ef3.png

Luluk Intarti Pembina Yayasan Maramowe Weaiku Kamorowe | Dokumentasi pribadi

Yayasan MWK selain fokus pada edukasi dan pendampingan dan promosi, diutamakan juga pemberdayaan pada individu-individu seniman yang bergabung di MWK.

Upaya Luluk dan tim sejak berdirinya, membuat program-program yang sustainability agar budaya tidak hilang. PT Freeport Indonesia yang mendukung upaya ini juga merupakan dukungan yang berkelanjutan.

Ghea Panggabean, Desainer | Dokumentasi pribad
Ghea Panggabean, Desainer | Dokumentasi pribad

Ghea Panggabean pun memberi pandangan bahwa karya pengrajin di daerah seperti di Papua maupun di mana saja, untuk menambahkan value agar memiliki nilai jual yang standar secara nasional dan internasional, harus melibatkan pihak lain seperti desainer atau profesi lainnya yang akan memberikan sarana untuk mengangkat karyanya agar diminati oleh banyak orang termasuk pasar luar negeri.

Perancang Busana pemilik Ghea Fashion Studio yang telah memiliki portofolio lebih dari 40 tahun ini, menyarankan agar pengrajin dilibatkan dalam diskusi pembuatan motif untuk menonjolkan identitas Suku Kamoro dalam kain tenun atau desain aksesorisnya.

Tak hanya itu, pengrajin juga sudah selayaknya diberikan suntikan edukasi tak hanya di soal teknik namun memberikan corak desain yang melibatkan kearifan lokal pun penting dipahami dengan menyerap berbagai unsur budaya yang ada.

Selanjutnya, Ghea menambahkan bahwa survei pun penting. Karena penyuka kain etnik biasanya punya selera berbeda.

Misalnya, jika menyasar pasar internasional, untuk Itali sudah jelas selera mereka pada hal yang berbau etnik sangat tinggi namun berbeda dengan Belanda, yang lebih menyukai kain modern dan futuristik.

Jadi, kain etnik juga dapat disesuaikan dengan selera pasar yang dituju agar masuk pasarnya. Maka, modifikasi dan mix and match pun menjadi salah satu poin yang dilakukan.

Banyak sekali inspirasi yang diberikan Ghea dari pengalamannya berkecimpung di dunia fashion yang lini bisnisnya fokus pada desain dan motif Indonesia. Menurutnya, etnik karya seni dengan menampilkan Budaya Indonesia dapat membawa nama baik Indonesia di mata dunia.

Seperti dirinya yang sudah membuat buku fashion dan diterbitkan di Italia dan beberapa negara lainnya. Hal ini dapat diikuti oleh generasi muda Indonesia. Karena menurutnya, setiap orang dapat mengangkat nama baik bangsa dengan cara masing-masing.

Oscar Lawalata yang kini dikenal dengan nama Asha Smara Darra dengan karyanya juga sudah merambah ke berbagai gelaran fashion besar.

Asha menyoroti pentingnya regenerasi pengrajin karya seni Suku Kamoro dan wilayah lainnya di seluruh Indonesia, mengingat budaya ini harus tetap hidup dan berkembang sebagai penguatan identitas bangsa. Kalau bukan generasi muda yang akan meneruskan, siapa lagi?

Asha juga mengusulkan bahwa pengrajin karya seni ukir, tenun, dan lain sebagainya sudah selayaknya disebut profesi, bukan lagi dianggap sebagai pekerja di belakang layar yang hanya fokus pada membuat saja.

Namun, pengrajin juga patut diberikan titel atau namanya tercantum dalam setiap deskripsi karyanya. Misalnya menyebutkan nama pengrajinnya dalam setiap label karya yang dibuatnya.

Menurut Asha, sudut pandang desainer dari segi padu padan warna dan corak dapat membantu pengrajin untuk menyesuaikan karya yang dibuat dengan lifestyle yang sedang tren.

"Nilai tambah dan ciri khas yang kuat dari fashion Indonesia adalah nilai-nilai budaya yang ditambahkan dalam sebuah karya, jadi jangan sampai mengabaikan poin penting ini." Kata Asha.

Menyaksikan bincang kearifan lokal bersama para narasumber yang sangat berkapasitas ini, membuat saya ikut bersemangat dan menemukan banyak inspirasi bahwa pengrajin dan desainer harus berkaitan agar sinerginya berjalan dan karyanya mempunyai high value.

Dari acara Kamoro Art & Expo ini juga saya menangkap bahwa karya seni budaya dari setiap daerah dengan mempertahankan kearifan lokalnya, dengan cara tidak menghilangkan pakem corak yang sudah terpelihara adalah salah satu upaya mempertahankannya. Ada cerita dan asal usul yang harus diabadikan.

Saya sangat angkat topi dengan dedikasi Ghea Panggabean dan Asha dalam konsistensinya mengutamakan ciri khas budaya Indonesia melalui kain batik, tenun dan berbagai jenis karya dari seluruh Indonesia.

Berharap acara seperti ini ada keberlanjutan agar dapat memberikan wadah eksistensi yang layak untuk memotivasi semangat pengrajin atas karya-karyanya. Kearifan lokal adalah nyawa dari identitas karya dengan unsur budayanya. Dan hal ini merupakan tanggung jawab bersama dan semua pihak patut terlibat.

Peran perusahaan seperti PT Freeport Indonesia dan Plataran Indonesia dalam mendukung pendampingan pada pengrajin dan masyarakat yang berkarya semoga dapat diteladani agar lebih banyak lagi perusahaan yang mendukung upaya pelestarian budaya bangsa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun