Contoh lainnya, ini saya alami sendiri. Saat bertemu dengan teman saya yang membawa anak remajanya, seperti biasa saya menyapa dan bertanya aktivitasnya karena anaknya seusia anak saya. Jadi saya serasa menemukan anak saya saat itu. Tetapi jawabannya kurang berkenan karena ekspresinya terlihat seperti tak mau diganggu. Hanya menunduk ke handphone yang dipegangnya sambil ngetik. Orang yang diajak bicara tidak dianggapnya. Sungguh miris.
Dua hal di atas lagi-lagi menyalahkan satu sisi mata pisau sosial media karena kenyataannya memang demikian. Bisa diatasi jika bimbingan orang tua hadir untuk berinteraksi secara intens. Sehingga tak seharian menunduk di gadget.
Kepekaan sosial yang parah, tak jarang menimbulkan keributan bahkan perpecahan karena adanya salah persepsi dan kurangnya memahami narasi yang disajikan. Bahkan, akan beperngaruh ke pola pikir anak saat masuk di dunia kerja yang multiculture, datang dari segala usia dan sederet masalah yang sebenarnya bisa diselamatkan dengan etika. Jika tak punya keterampilan komunikasi yang baik dan tepat, bukan hal yang tak mungkin karirnya cepat berakhir di tempat yang menurutnya cocok dengan kemampuannya. Walau skills mumpuni tetapi tidak mampu menyampaikan sesuatu dengan tepat, semua kehebatan yang dipunya itu akan sia-sia.
Berjuang Lawan Hoaks
Untuk menanggulangi persoalan yang ditimbulkan karena hoaks, semua yang aktif di sosial media sebaiknya semua yang dapat berita broadcast message harus mau verifikasi dulu dari beberapa sumber. Setidaknya melalui 3 berita mainstream yang sudah punya nama besar. Jika sudah menemukan berita yang sesuai, baru boleh memercayai atau membagikannya kembali. Dengan catatan, bagikan hanya berita yang dapat memberikan manfaat dan kebaikan.
Lalu cermati situs yang memuat berita tersebut, sebab menurut data, di 2019 saja ada 40 ribuan media online namun yang terdaftar resmi hanya sekitar 12 ribuan. Artinya potensi hoaks masih sangat besar. Oleh karena itu, kita harus jeli dengan platform berita yang didapatkan.
Gambar atau foto pun harus diperhatikan benar-benar sebab banyak penyaji berita hoaks yang memuat foto bukan miliknya, bahkan foto dari kejadian lama pun sering diunggah ulang dalam berita baru yang berisi hoaks tersebut.
Intinya, tahan dulu, kawal dulu berita yang masuk tersebut jangan sampai reaktif disebarkan atau dipasang di status sosial media kita tapi lakukan tiga langkah di atas, verifikasi, cermati situs dan periksa foto atau gambar.
Menjadi Corong Informasi
Menjembatani Informasi Penting Untuk Masyarakat