Mohon tunggu...
Ani Berta
Ani Berta Mohon Tunggu... Konsultan - Blogger

Blogger, Communication Practitioner, Content Writer, Accounting, Jazz and coffee lover, And also a mother who crazy in love to read and write.

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Pangan Lokal di Lembata NTT Bantu Ketahanan Pangan Indonesia

19 Februari 2020   12:24 Diperbarui: 20 Februari 2020   16:05 1160
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suasana makan bersama (Dok Pri)

Ada lagi ikan hasil tangkapan para mama yang melaut, cukup dibakar saja tanpa campuran bumbu apapun sudah terasa gurih dan empuk.

Kepiting bakar hasil tangkapan (Dok Pri)
Kepiting bakar hasil tangkapan (Dok Pri)
Nasi Jagung dan tumis bunga pepaya serta ayam goreng (Dok Pri)
Nasi Jagung dan tumis bunga pepaya serta ayam goreng (Dok Pri)
Pembuatan Jagung Titi (Dok Pri)
Pembuatan Jagung Titi (Dok Pri)
Dok Pri
Dok Pri
Saya pun baru merasakan urap rumput laut yang gurih segar ditambah parutan kepala dan perasan jeruk nipis serta sambal. Enak luar biasa! Tak perlu pakai garam atau bumbu lainnya sudah lezat tiada tara. Kenyal, gurih, berprotein tinggi dan kaya serat.

Lalu, ada Jangung Titi. Kalau di perkotaan sarapan sereal, di sana tak kalan mewah, ada jagung titi yang dibuat dengan cara dibakar lalu digepengkan dan digoreng. 

Saya sampai diberikan bekal ke Jakarta jagung titi ini. Rasanya renyah dan alami. Cara makannya sederhana, segenggam jagung titi dimasukkan ke dalam mangkuk lalu disiran air the manis panas atau susu. Luar biasa lezat dan sangat original rasanya.

Untuk umbi -- umbian, kebanyakan diolah hanya direbus kadang dibuat kue atau olahan lainnya.

Suasana makan bersama (Dok Pri)
Suasana makan bersama (Dok Pri)
Mereka memasak jarang yang menggunakan kompor minyak atau kompor gas karena jauhnya logistik untuk isi ulang jika semua menggunakan kayu bakar. 

Menurut Ibu Agnes, kayu yang digunakan bukan dari hasil tebangan pohon sembarangan namun mereka mengumpulkan ranting -- ranting kering yang berjatuhan.

Arisan Sembako

Warga Lembata tersebut pada umumnya mempunyai ladang, mereka bercocok tanam macam-macam, ketika panen, semua hasilnya ditaruh dalam lumbung masing-masing, tak hanya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari namun menjadi simpanan juga saat musim paceklik.

Karena tak semua warga mempunyai ladang, bagi yang tak punya ladang pun boleh ikut serta dalam arisan ini, semua warga juga bergabung untuk mengumpulkan uang sebanyak Rp.50.000 per bulan untuk dibelikan sembako yang tak tersedia di sana, seperti pembelian beras, minyak, dan gula.

Selain arisan, berlaku juga sistem barter, jika warga satu sedang membutuhkan kacang hijau, sedangkan dia punya singkong, bisa saling tukar. Jadi walaupun transaksi uang tak banyak, namun hamper semua kebutuhan terpenuhi dengan baik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun