Ada lagi ikan hasil tangkapan para mama yang melaut, cukup dibakar saja tanpa campuran bumbu apapun sudah terasa gurih dan empuk.
Lalu, ada Jangung Titi. Kalau di perkotaan sarapan sereal, di sana tak kalan mewah, ada jagung titi yang dibuat dengan cara dibakar lalu digepengkan dan digoreng.Â
Saya sampai diberikan bekal ke Jakarta jagung titi ini. Rasanya renyah dan alami. Cara makannya sederhana, segenggam jagung titi dimasukkan ke dalam mangkuk lalu disiran air the manis panas atau susu. Luar biasa lezat dan sangat original rasanya.
Untuk umbi -- umbian, kebanyakan diolah hanya direbus kadang dibuat kue atau olahan lainnya.
Menurut Ibu Agnes, kayu yang digunakan bukan dari hasil tebangan pohon sembarangan namun mereka mengumpulkan ranting -- ranting kering yang berjatuhan.
Arisan Sembako
Warga Lembata tersebut pada umumnya mempunyai ladang, mereka bercocok tanam macam-macam, ketika panen, semua hasilnya ditaruh dalam lumbung masing-masing, tak hanya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari namun menjadi simpanan juga saat musim paceklik.
Karena tak semua warga mempunyai ladang, bagi yang tak punya ladang pun boleh ikut serta dalam arisan ini, semua warga juga bergabung untuk mengumpulkan uang sebanyak Rp.50.000 per bulan untuk dibelikan sembako yang tak tersedia di sana, seperti pembelian beras, minyak, dan gula.
Selain arisan, berlaku juga sistem barter, jika warga satu sedang membutuhkan kacang hijau, sedangkan dia punya singkong, bisa saling tukar. Jadi walaupun transaksi uang tak banyak, namun hamper semua kebutuhan terpenuhi dengan baik.