Mohon tunggu...
Ani Berta
Ani Berta Mohon Tunggu... Konsultan - Blogger

Blogger, Communication Practitioner, Content Writer, Accounting, Jazz and coffee lover, And also a mother who crazy in love to read and write.

Selanjutnya

Tutup

Money

Mengenal ISPO dan Kelapa Sawit Indonesia Lebih Dekat

11 April 2019   08:40 Diperbarui: 11 April 2019   08:46 815
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pada 27 Maret 2019 saya antusias menghadiri acara peringatan "Sewindu ISPO" yang mengalami kemajuan dengan pencapaian 502 Sertifikat sekuas 4,115 ha dengan produksi CPO 11,567 juta ton/tahun.

Saya merasa antusias dengan acara ini, karena sering melihat dan membaca berita yang kurang mengenakkan tentang kelapa sawit dan perkebunan sawit selama ini. Selalu menjadi perdebatan tiada ujung dan akhirnya saling menyalahkan. Bahkan image negatif terhadap perkebunan sawit ini sudah sangat melekat kuat di masyarakat.

Padahal, banyak yang harus ditelusuri, digali kebenarannya dan dicari tahu akar permasalahanya, bukan hanya memvonis langsung dengan nada sinis tetapi tidak mau mencari tahu, kenapa sawit berdampak seperti yang banyak dibicarakan? Ada apa yang salah?

Maka dari itu, saya senang saat diundang pihak Media Perkebunan di bawah Kementerian Pertanian ini, karena saya ingin tahu apa sebenarnya yang terjadi.

Azis Hidayat (Ketua ISPO) dokpri
Azis Hidayat (Ketua ISPO) dokpri
Sebelum lebih jauh lagi, saya mau memperkenalkan ISPO (Indonesian Sustainable Palm Oil) merujuk pada Buku "Think Palm Oil With a Cup of Coffee Karya Ir.Gamal Nasir, MS bahwa ISPO merupakan inisiatif pemerintah sebagai bentuk komitmen bagi seluruh stakeholder perkebunan sawit, baik pemerintah atau pelaku usaha dari sektor perusahaan dan petani hingga industri produk turunan kelapa sawit.

ISPO dibentuk sebagai upaya menguatkan kedaulatan perekonomian yang bersumber dari sumber kekayaan alam berada sepenuhnya dalam kendali pemerintah Indonesia.

ISPO dibentuk atas latar belakang desakan pihak asing yang gerah akan massifnya pergeseran minyak nabati dari minyak jagung, kedelai dan bunga matahari ke minyak kelapa sawit. Pihak asing ingin Indonesia membudidayakan kelapa sawit secara sustainable. Maka lahirlah ISPO.

Sebenarnya sudah ada RSPO (Roundtable on Sustainable Palm Oil) yang sifatnya sukarela dalam arti kata tidak mewajibkan para pemangku kepentingan untuk mematuhi aturan sedangkan ISPO mempunyai ketegasan terhadap hal krusial dalam perkebunan sawit yang berkelanjutan.

Untuk mendapatkan sertifikat ISPO sendiri, tak mudah karena melalui berbagai penilaian. Untuk perkebunan sedikitnya harus punya nilai I hingga III kalau IV sampai V berarti harus ada evaluasi hingga mencapai nilai standar yang ditentukan.  Belum lagi verifikasi - verifikasi lainnya.

ISPO sendiri telah memenuhi standar internasional ISO juga teruji di Badan Standardisasi Nasional dan diaudit oleh Komite Akeditasi Nasional.

Intinya, perjalanan ISPO yang sempat menuai pro dan kontra serta melalui jalan terjal, kini mengalami perkembangan dengan bukti pada Tanggal 27 Maret 2019 ada penyerahan sertifikat ISPO sebanyak 45 yang terdiri dari 43 Perusahaan dan 2 koperasi swadaya. Dengan luas areal 287.19 Ha, tanaman menghasilkan seluas 215,463 Ha, Produksi TBS 2,987,522 ton/tahun dan produksi CPO 550,920 ton/tahun.

Pencapaian ini membuktikan bahwa ISPO telah menaungi perkebunan sawit yang sustainable dengan mengedepankan kualitas lingkungan hidup, menjaga kelestarian hutan dan keragaman hayati, pengelolaan lahan gambut yang bertanggung jawab dan mencegah kebakaran hutan serta aspekaspek lainnya.

Hal ini pun berpengaruh pada praktek perkebunan kelapa sawit yang baik dan berkelanjutan dan menghasilkan tandan buah segar yang sesuai dengan kualitas ekspor.

Ketika saya berbincang dengan salah satu pengusaha kebun sawit yang mendapatkan sertifikat ISPO, yaitu Bapak Ahmad Khoirun, beliau menceritakan usahanya dalam memenuhi persyaratan ISPO melalui jalan panjang dan berbagai proses. Biarpun ribet tetapi Pak Ahmad memetik banyak manfaatnya, hasil kebunnya menjadi lebih baik, memenuhi segala aturan jadi tenag dalam menjalankan usahanya.

Pak Ahmad juga bercerita bahwa penerapan ISPO tak membuatnya merasa berdosa karena tak menyalahi aturan dengan menebang atau membakar hutan sembarangan atau mengganggu keragaman hayati di dalamnya.

Kesimpulannya, jika masih banyak yang mendebatkan masalah perkebunan sawit yang menimbulkan kerusakan lingkungan dan digadanggadang menjadi isu negatif, sebaiknya cari tahu dulu masalahnya di mana dan apa yang terjadi?

Melalui ISPO juga diterapkan pengawasan dan pencabutan izin usaha jika masih ada petani atau pengusaha yang membuka lahan sembarangan atau tidak mengacu pada prosedur yang telah ditentukan. Oleh karena itu, pemerintah pun mengawasi pemerintah daerah agar selalu tegas kepada oknum yang menjalankan usaha perkebunan sawit tanpa mengikuti aturan yang telah ditetapkan.

Dok Pri
Dok Pri
Pandangan saya pribadi terhadap perkebunan kelapa sawit ini, sebaiknya disikapi dengan berbagai pendalaman sehingga masyarakat awam yang tak memahami dalam-dalamnya bisa memperoleh wawasan yang tak hanya bisa berasumsi dari berita yang beredar.

Kelapa sawit dan produk turunannya bermanfaat untuk menunjang segala kebutuhan. Mulai dari pembuatan minyak goreng, pencampuran bahan untuk biskuit, sabun hingga memproduksi energi terbarukan yang akan menggantikan energi fossil.

Sikap ilegal petani dan perusahaan yang melakukan tindakan liar dengan merusak ekosistem dan melakukan pembakaran sembarangan tentu harus lebih dikontrol terutama oleh pemerintah daerah.

Dengan adanya ISPO ini, semua hal yang membahayakan dapat diatasi asalkan dipatuhi.

Kelapa sawit, komoditas unggulan Indonesia yang banyak dibutuhkan oleh negara lain juga, jangan sampai menyerah karena dipolitisasi asing karena minyak nabati mereka yang terbuat dari biji bunga matahari, kedelai dan jagung kalah dipasaran. 

Jika ada evaluasi-evaluasi yang harus dilaksanakan sebaiknya diambil langkah terpentingnya. Dengan pencapaian ISPO yang kian meningkat dan dikabarkan dengan baik tentang kelembagaan yang semakin diakui baik nasional dan internasional tentu ini sudah menjadi kabar baik.

Tinggal sosialisasi kepada masyarakat dan generasi muda agar bisa memahami soal kelapa sawit. Karena jika dikelola dengan baik dan terarah, kelapa sawit dapat menjadi sumber komoditi yang menggantikan kejayaan lada dan rempah-rempah di masa silam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun