Musim Pemilihan Kepala Daerah, Pemilihan Anggota Legislatif, serta Pemilihan Presiden, sekarang eranya sosial media. Pengguna gadget dan internet di Indonesia pada 2017 saja sudah mencapai 143 Juta orang (Menurut data Asosiasi Pengguna Jasa Internet Indonesia per 2018).
Artinya, hampir setengahnya dari total penduduk Indonesia sudah terhubung dengan internet. Sangat wajar menjelang pilkada, pileg, dan pilpres semua tim sukses pasangan calon berlomba-lomba syiarkan program-program unggulannya melalui sosial media (Blog, Facebook, Twitter, Instagram, dan lain sebagainya).
Ditambah dengan bantuan para simpatisan sukarela (sukarelawan) dan pasukan buzzer (pengguna sosial media aktif yang membantu menyuarakan atau kampanyekan sesuatu melalui akun pribadinya yang dikoordinir oleh pemberi job) membuat keriuhan semakin menjadi.
Antarkubu saling sahut, saling lawan, saling bela, dan saling menanggapi apa yang dibagikan. Kadang, artikel dan status posting tak seseru komentar-komentarnya. Banyak akhirnya komentar provokatif menjadi sumber keributan.
Pekerjaan buzzer politik jika sesuai fungsinya, tentu sangat baik karena buzzer politik membantu pemerintah menjadi corong informasi bagi masyarakat terkait berbagai program yang tercantum dalam visi misi, kegiatan positif bersama masyarakat dan mengajak berperan aktif untuk mendukung pilihannya.
Biasanya, buzzer politik ini ada koordinator atau PIC yang memimpinnya serta mempunyai beberapa tim untuk memberikan briefing kepada buzzer terkait materi kampanye yang akan disebarkan.
Koordinator akan memberikan arahan do's and dont saat berkampanye di sosial media. Bertujuan agar pekerjaan buzzer terarah dengan baik, tidak melenceng dari ketentuan dan tidak berbuat sesuatu yang akan menjadi boomerang.
Banyaknya buzzer yang terlibat, dengan berbagai latar belakang, berbagai prinsip dan pemikiran, beda sudut pandang, beda penguasaan emosi, dan beda idealisme membuat buzzer susah diarahkan dalam satu persepsi. Ada yang sesuai di koridornya, untuk berkampanye putih dan fokus pada program, ada juga yang mengedepankan emosi serta di luar kontrol.
Sikap buzzer yang berlebihan dan di luar kontrol inilah yang berpotensi menjadi boomerang bagi pihak yang diusungnya. Bukannya mendulang simpati masyarakat namun malah sebaliknya. Masyarakat kini sudah lebih cerdas. Bisa menganalisis dan tahu mana yang benar-benar punya komitmen.
Keriuhan ini sedang terjadi sekarang. Jika teman-teman membuka twitter, coba lihat di kolom trending topic. Setiap hari pasti ada hashtag-hashtag bertema politik yang ada di urutan atas.
Bisa disaksikan bagaimana keseruannya antarwarganet bersahutan bahkan saling caci dan menjelekkan lawan masing-masing. Yang riuh tersebut campuran antara masyarakat yang murni mendukung dan yang hanya ikut-ikutan saja dengan beberapa pertimbangan.