[caption id="attachment_408616" align="aligncenter" width="420" caption="RIGBY Band dan Mas Iman dari Universal Music Indonesia"][/caption]
Ngobrol soal musik tak akan ada habisnya, mulai dari lirik lagu, penyanyinya sampai ke penampilan saat manggung. Apalagi jika menyangkut soal pembajakan, pasti seru. Ngobrol sama orang awam pun seru apalagi sama pakarnya. Nah, senang sekali saya mendapat kesempatan ngobrol soal musik, khusus membahas musik di era digital. Menarik, bukan? Sebab topik ini sangat dekat dengan kehidupan netizen.
Sambil bertemu teman-teman Kompasianer lainnya, 27 Maret 2015 lalu di Gedung Kompas Gramedia, Palmerah Barat, kami berdiskusi soal musik yang kian maju. Dari kaset pita, ke Laser Disc, VCD, DVD, MP3 dan sekarang USB. Melihat fenomena ini, persaingan tentunya cukup sengit di pasaran. Tambah lagi pembajakan yang kian bertambah. Bagaimana kiat musisi dan label supaya tetap survive dalam kondisi persaingan tajam ini? Kita simak yuk, obrolan bersama Band Rigby dan Mas Iman dari Universal Music Indonesia.
Perkenalkan Band Rigby yang personilnya terdiri dari Andika Yusuf (vocal), Dodi Darmadi (gitar), Akhsan Haspalian (keyboard), Kristian Satriyo Arwanto (bass) serta Ispandy Akbar (drum). Konsep musiknya rock pop blues.
Menurut Andy, warna musik Rigby terinspirasi dari Sheila On Seven. Namun tetap punya ciri khas sendiri. Rigby lahir dari sebuah kompetisi musik di Bali dan bertemu Universal Music Indonesia. Sampai lahir Single “Tuhan Jangan Lama-Lama”
[caption id="attachment_408620" align="aligncenter" width="420" caption="Souvenir dari Kompasiana Ngulik MeetTheLabels"]
Band asal Jogja ini, kerap latihan bersama dan belajar dari youtube juga. Mengantisipasi persaingan ketat dalam industri musik, Rigby punya kita tersendiri. Mereka berusaha berkarya seorisinal mungkin, walau musiknya banyak terinspirasi Sheila On Seven, tapi tetap memunculkan ciri khas. Misalnya, konsisten di genre pop, rock dan blues. Selain itu, dalam beberapa kesempatan mencoba interaksi dengan fans, mengedukasi fans dalam memahami musik. Bahwa medengarkan musik bukan hanya komposisi lagunya saja yang bisa dinikmati tapi kejernihan suara yang keluar dari perangkat mumpuni juga patut jadi pertimbangan. Artinya, ketika banyak stigma mendapatkan musik bisa download di internet, posisi di perangkat lain seperti DVD , CD dan lain-lain tak akan tergeser karena punya kelebihan tersendiri terhadap kualitas suara yang didapatkan. Misalnya tidak ada bunyi-bunyi lain selain musik itu sendiri.
Dikatakan Mas Iman juga dari Universal Music Indonesia, bahwa musik itu punya timeline, maka dalam bermusik harus menciptakan karya yang bernyawa agar long lasting.
Saat ini, kiat mengantisipasi persaingan dan maraknya pembajakan, Mas Iman lebih mengutamakan fokus ke tetap membuat karya atau mengarahkan artis atau band binaannya untuk tetap mengeluarkan karya terbaiknya, urusan pemasaran bisa dibuat alternatif dengan cara bekerjasama dengan pihak ketiga, misalnya bekerjasama dengan sebuah restoran Fast Food terkemuka atau Provider, dengan produksi CD lagu yang dipaketkan dalam paket menu nya atau dibuat i ring. “Justru pendapatan lebih banyak melalui paket ini.” Tegas Mas Iman.
Menanggapi soal pembajakan, menurut Mas Iman, harus bekerjasama menanggulanginya dengan pihak lain, “Misalnya bekerjasama dengan ASIRI dan pemerintah harus mendukung penuh. Di samping itu, edukasi terhadap masyarakat tentang pembajakan lagu ini perlu disosialisasikan. Jadi, ini merupakan tanggung jawab dan PR bersama.” Tandas Mas Iman.
Tanggapan Mas Iman terhadap Rigby, sangat positif. Rigby punya kerja keras dan kedisiplinan. Tidak manja dan selalu menempatkan arti perjuangan dalam perjalanan karirnya. Contohnya, ketika mau rekaman di jakarta, mereka semua naik kereta dari Jogja. Jadi tidak tergantung dan tidak terlena dalam zona nyaman. Inspiratif sekali.
Dunia digital tentu saja harus dimanfaatkan, Rigby sebagai band dan Universal Music Indonesia memanfaatkannya untuk ajang promosi yang lebih efektif. Melaui Twitter, Youtube dan lain-lain. Takut lagu-lagunga dibajak? Tidak, mereka sudah punya regulasi dan kebijakan sendiri dalam antisipasinya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H