Selamat Malam,
Hari-hari ini kita disibukkan dengan berbagai macam pemberitaan tentang kandididat yang akan menjadi pimpinan kita. Sehingganya gegap gempita Piala Dunia seperti tidak terasakan. Begitu juga dengan hal dan ritual menjelang kedatangan bulan Suci Ramadhan.
Sejenak mari kita merenung dan menggunakan Rasionalitas dalam mencerna berbagai wujud kampanye dari dua kandidat yang kemungkinannya bakal menjadi pimpinan lima tahun kedepan. Apa untung ruginya, atau siapa yang paling pantas untuka kekondisian bangsa kita saat ini.
Satu kandidat berlatar belakang Meliter, masa lalunya diisukan kelam, namun sepertinya kedepan akan menjadi pencerah, karena gak mungkin dan terlalu mengada-ada jika kejadian lama (blom ada bukti) bakal kembali diulanginya.
Sementara kandidat lainnya berlatar belakang Sipil, masa lalunya dianggap bersih, namun kedepannya menunjukkan gejala yang cukup mengkhawatirkan, karena kejadian diprovinsi yang dipimpinnya, bawahan langsungnya(kadishub) terindikasi kongkalingkong dengan mantan Timsesnya dipilkada sebelumnya, yang mengakibatkan tersendatnya pengadaan Bus Transjakarta berkarat itu. Celoteh teman diwarung, mengurus DKI aja, jika ditengah sorotan banyak media dan dipusat kekuasaan, timses pilkadanya aja masih bisa bermain, apalagi mengawasi kejadian dinegara seluas NKRI. Terlalu muluk memimpikan kemampuannya bisa memimpim NKRI yang tengah Euforia Otomi Daerah ini.(bersambung)
Untuk kali ini rasanya ini cukup jadi bahan masukan Awal.
Selamat menimang-nimang calan yang patut.
Wassalam
BA
