Mohon tunggu...
Bambang Pribadi
Bambang Pribadi Mohon Tunggu... profesional -

B. Pribadi (Bambang Pribadi) sering dipanggil BP saja, pernah belajar ilmu kehutanan dan ekonomi, selain sebagai penulis dan editor, ia juga pelukis, perancang grafis, karikaturis, ilustrator, pernah menjadi dalang wayang kulit gagrak Ngayogyakarta…. www.bambangpribadi.com

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Menjenguk "Marmut Merah Jambu" Raditya Dika #1

3 Agustus 2010   07:27 Diperbarui: 26 Juni 2015   14:21 1584
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tiba-tiba saya ingat sebuah lagu dari Kla Project, yang syairnya—dan menurut kawan saya si “sepeda onthel” sangat indah kata-katanya—demikian:

Bulan merah jambu luruh di kotamu* Kuayun sendiri langkah-langkah sepi Menikmati angin menabur daun-daun Mencari kembaranmu di waktu lalu Sisi ruang batinku hampa rindukan pagi Tercipta nelangsa merenggut sukma Terwujud keinginan yang tak pernah terwujud Aku tak bisa pindah Pindah ke lain hati Begitu lelah sudah kuharus menepi Hidup telah ditambatkan berlabuh di pantaimu Sisi ruang batinku hampa rindukan pagi Tercipta nelangsa merenggut sukma Terwujud keinginan yang tak pernah terwujud Aku tak bisa pindah................................. (jreng jreng................ ) Benar juga kan apa yang dibilang Pak Guru Bain? Indah, bukan? Beliau memang jagoan keindahan. Jika menyoal sebuah syair lagu yang indah, teman saya itu benar-benar sedang amat-sangat-super waras...... Ha ha ha ha ha ha........... (Pissssssssss my bro...........)

Stop di sini. Indah bukan? Mari ambil sebuah gitar lalu bersenandung sambil membaca tulisan ini selanjutnya..... Ha ha ha ha ha............... Kembali ke laptop......!

------

Setiap karya tentu unik dan memiliki pengagumnya sendiri-sendiri, sebab soal selera takbisa diperdebatkan.Pepatah Latin sudah mengatakannya:de gustibus non est disputandum.

Tulisan ini masih dalam rangka mencari metafora dan kata-kata indah--kali ini-- pada “Marmut Merah Jambu” karya Raditya Dika, dalam rangka saya sedang belajar menulis. Sekalian membaca sekaligus saya mencoba membagikannya di sini.

Dan inilah metafora dan kata-kata indah, unik, kocak, dan “ngawur” (menurut saya) pada Bab I – Orang yang Jatuh Cinta Diam-diam...

“.... Aldi lumayan ganteng, pembawaannya bagus, namun, sayangnya, dia dongo. Mungkin dia, sewaktu masih bayi, menyusu kepada mamalia yang salah.”

“....Satu-satunya cewek yang mau diajak ke mall dengan kalimat seperti itu adalah tante-tante desperate berumur empat puluh tahun yang bahkan belum pernah digrepe orang di kereta ekonomi.”

“.... Enak kan? Rasanya kayak apa? Kayak sari ketek sopir taksi....”

“Namun, setelah gue pikir ulang, apa yang dilakukan Aldi, juga gue lakukan. Gue juga mengalami masalah cinta yang sama. Apa yang dilakukan Aldi, juga dilakukan oleh orang yang jatuh cinta diam-diam. [ ] Orang yang jatuh cinta diam-diam tahu dengan detail semua informasi orang yang dia taksir, walaupun mereka belum pernah ketemu. [....] Orang yang jatuh cinta diam-diam memenuhi catatannya dengan perasaan hati yang tidak tersampaikan.”

------

Stop dulu..... “oleh orang yang jatuh cinta diam-diam” adalah semacam kesimpulan yang penting untuk ditaburkan dalam cerita yang kita tuliskan, yang tentu telah berdasarkan semacam riset—entah kecil-kecilan, entah besar-besaran. Inilah barangkali semacam yang dimaksud oleh Jakob Sumardjo**, “Seperti ilmu pengetahuan, kesusasteraan juga suatu usaha untuk mencari dan mengungkapkan kebenaran. Setiap pengarang yang dengan jujur mencari dan berusaha tentu akan sampai pada kebenaran ini. Kebenaran ini bernilai universal bukan hanya berlaku bagi suatu golongan atau suatu bangsa atau suatu ras tertentu. Apa yang dianggap benar oleh manusia sekarang maupun manusia akan datang.”

------

Lanjut lagi....

“.... Aldi tahu Widya adalah Scorpio tulen, dan pada ulang tahunnya yang terakhir, dia dibelikan celana jeans dari luar negeri oleh mantan pacarnya.”

“.... Gambar Indira memang jadi mirip banget sama Lulu Tobing. Tapi gambar gue jadi kayak Nobita kena AIDS.”

“.... Orang yang jatuh cinta diam-diam selalu bertingkah seperti seorang penguntit. “

“.... [....] Tapi bedanya, Aldi dan Widya bukan dua kapal yang berpapasan. Widya adalah kapal, sedangkan Aldi adalah singa laut yang kepalanya bocor ditabrak kapal tersebut. Lalu si singa laut mati ngambang di tengah lautan luas. Dan dimakan ikan hiu.”

“Hampir semua orang yang jatuh cinta diam-diam pernah menelepon orang yang mereka taksir dan langsung menutup teleponnya kembali.”

“.... Niatnya mau ngajak ngobrol, malah dikira mbak-mbak. Nasib punya suara seperti Doraemon yang belum akil balig.”

“.... Apakah memang karena gaya ngomongnya yang agak melambai (padahal kenyataannya, gak begitu sama sekali)?

“.... Malam itu kita tidur berdampingan seperti dua orang lelaki yang punya disorientasi jenis kelamin.”

“.... Sayang sekali, gue gak ngerti fashion. Gue bukanlah fashionista, gue mungkin lebih cocok disebut sebagai gembelnista: gue berpakaian seperti gembel, dan gue nista.”

“Gue sendiri gak ngerti sama sekali bagaimana metode ‘dansa’ yang benar. Gue hanya bisa menggerakkan kaki dan tangan gue secara asal. Setengah jam kemudian turun hujan di luar. Tarian gue secara tidak sengaja mirip dengan tarian pemanggil hujan. [....] Gue, hanya bisa terus-menerus melakukan tarian hujan, berharap ada badai menyapu bersih semua ruangan ini.”

“Orang yang jatuh cinta diam-diam pada akhirnya selalu melamun dengan tidak pasti, memandang waktu yang berjalan dengan sangat cepat dan menyesali semua perbuatanyang tidak mereka lakukan dulu. [....] Orang yang jatuh cinta diam-diam harus bisa melanjutkan hidupnya dalam keheningan.”

“Impian Aldi: jadian sama cewek kayak Lindsay Lohan, kenyataan: ditaksir cewek kayak ikan Lohan.”

“Pada akhirnya, orang yang jatuh cinta diam-diam hanya bisa mendoakan. Mereka Cuma bisa mendoakan, setelah capek berharap, .... [....] Orang yang jatuh cinta diam-diam hanya bisa, seperti yang mereka selalu lakukan, jatuh cinta sendirian.”

-----

Dari pada jatuh cinta sendirian, lanjut nyanyinya ah..............

Pindah Ke Lain Hati Sungguh Kuakui TakBisa Ke Lain Hati..................

Bersambung….

Akhirnya, selamat menulis dan merangkai kata-kata seindah dunia kita ini seturut selera dan uniknya diri kita masing-masing….

Semoga bermanfaat…!***

03-08-2010 bp

Baca juga tulisan terkait sebelumnya:

Metafora-metafora “Ngawur” Andrea Hirata

Metafora dalam “Padang Bulan” Andrea Hirata #1

Belajar dari Andrea Hirata - Metafora dalam “Padang Bulan” #2

Catatan:

Semua kutipan bersumber dari buku Raditya Dika, “Marmut Merah Jamu”, Penerbit Bukune, 2010, hal. 1-15.

*Judul lagunya “Tak Bisa ke Lain Hati”.

** Jakob Sumardjo, “Catatan Kecil Tentang Menulis Cerpen”, Penerbit Pustaka Pelajar, Cet. Kedua 2001, Hal. 208-209.

Sumber gambar: radityadika.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun