Mohon tunggu...
Bambang Pribadi
Bambang Pribadi Mohon Tunggu... profesional -

B. Pribadi (Bambang Pribadi) sering dipanggil BP saja, pernah belajar ilmu kehutanan dan ekonomi, selain sebagai penulis dan editor, ia juga pelukis, perancang grafis, karikaturis, ilustrator, pernah menjadi dalang wayang kulit gagrak Ngayogyakarta…. www.bambangpribadi.com

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Yang Ringan #2 Pawang Hujan

4 Juli 2010   02:44 Diperbarui: 26 Juni 2015   15:06 162
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Mengapa musim kemarau dan musim hujan semakin keluar dari pakem? Alias turun hujan semakin tak tepat jadwal? Apa penyebabnya? Saya punya jawabannya walaupun ngasal dan tentu tidak ilmiah.

Begini. Penyebabnya adalah semakin banyaknya aktivitas pawang hujan. Hampir semua hajatan orang kebanyakan membutuhkan keahlian pawang hujan. Sebab, orang kebanyakan masih menggelar hajatan di rumah dan pelatarannya. Hujan pada acara itu sangat tidak diinginkan. Jika sampai turun hujan, tamu undangan banyak tak datang. Makanan banyak tersisa. Dan, tentu modal hajatan tak bakal balik. Kegembiraan bisa musnah dilalap air hujan. Makanya, pawang hujan harus ada.

Tak hanya hajatan semisal sunatan atau pernikahan yang menggunakan jasa pawang hujan. Banyak lagi aktivitas lain yang juga sudah kecanduan pawang hujan. Acara berbagai pergelaran musik di lapangan, wayang kulit, kampanye, demonstrasi, pertandingan golf, sepakbola, pesta kebun, barbeque, dan lain sebagainya. Juga, sirkus kampung, pasar malam, dan acara-acara nobar (nonton bareng) secara outdoor.

Oleh para pawang itu hujan dialihkan atau ditunda. Bisa jadi ditunda terlalu lama sehingga hujan jatah Januari baru turun bulan Juni atau Juli. Nah, bulan Juni atau Juli itu bulan-bulan penuh hajatan. Maka, hujan akan ditunda jatuh lebih lama lagi. Jadwal turun hujan jadi amburadul. Langit mungkin bingung dan pening kepala. Orang Indonesia memang banyak akalnya.

Untung saja karena letak geografisnya Indonesia hanya mengenal dua musim. Coba kalau empat musim. Selain pawang hujan pasti ada juga pawang salju. Salju bulan Desember bisa ditunda turun hingga berbulan-bulan kemudian.

Akan tetapi, ada sebuah harapan yang semoga kelak bisa dilakukan juga oleh semacam pawang hujan. Kelak suatu saat nanti ketika timnas sepakbola Indonesia masuk sebagai peserta Piala Dunia. Official kita pasti akan menyertakan beberapa pawang hujan agar ketika kita bertanding hujan tak bakal turun. Sebab, tak baik main bola hujan-hujan nanti bisa masuk angin. Kita tak terbiasa main bola basah. Tak asyik main bola di kala hujan.

Selain pawang hujan, official kita juga perlu menyertakan beberapa paranormal sebagai asisten pelatih kita untuk membuat prediksi strategi lawan. Pawang kartu kuning dan kartu merah juga harus diajak serta berangkat ke stadion. Kalau tidak tim kita akan kebanjiran kartu-kartu sialan itu. Juga diperlukan beberapa ahli hipnotis yang bertugas menghipnotis wasit dan hakim garis supaya tak terlalu jeli penglihatannya.

Dan yang terakhir dan paling penting, kala itu sebuah pawang jenis baru akan sangat dibutuhkan kehadirannya. Pawang ini akan menjadi profesi bergengsi dengan bayaran supermahal. Pawang yang mampu menolak gol-gol masuk ke gawang kita, yaitu pawang gol. Jika official kita sudah sangat komplet sedemikian rupa, kita boleh yakin timnas sepakbola kita akan mengusung Piala Dunia. Yang penting masuk dulu menjadi peserta Piala Dunia. Lho, gimana bisa masuk Piala Dunia jika gawang kita masih rawan gol? Pawang gol harus ada sejak sekarang.***

04-07-2010 bp

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun