Mohon tunggu...
Bozz Madyang
Bozz Madyang Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Food Blogger

#MadYanger #WeEatWeWrite #SharingInspiringRefreshing #FoodBlogger - Admin Komunitas Kompasianer Penggila Kuliner (KPK) Kompasiana - Email: bozzmadyang@gmail.com - Instagram/Twitter: @bozzmadyang

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

"Ngeteh", Tempe dan Kenangan yang Tak Mungkin Terbuang

6 Agustus 2021   17:46 Diperbarui: 6 Agustus 2021   18:45 336
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi tempe. (Sumber https://www.kompas.com)

Makanan bisa menjadi sarana menghadirkan kembali kenangan-kenangan lama.

ASAP mengepul dari cangkir blirik di sore gerimis. Suara sisa-sisa air hujan berpadu dengan aroma khas tanah basah. Sesekali terdengar suara "srruuppppp" dari nikmat secangkir teh. Sepiring "tempe kemul", dan pisang goreng tersaji di meja kayu tanpa taplak. 

Itu kebiasaan bapak dan ibu yang hampir dilakukan tiap petang. Kenangan indah  masa dulu saat aku masih di kampung. Kenangan yang teriang selalu meski sudah puluhan tahun merantau hingga saat ini. Kebiasaan yang hanya bisa kulakukan saat aku mudik. Aku bersyukur, mereka berdua masih sehat tinggal serumah berdua di kampung. 

Kangen orang tua di kampung, beriring pula kangen dengan suasana, masa, dan makanannya. Makanan baik itu racikan ibu ataupun makanan khas kampung yang dibeli di pedagang-pedagang kecil. 

Jajanan jadul yang membawa kisah-kisah tersendiri dan selalu lekat sepanjang masa. Makanan tradisional khas kampungku Wonogiri, selalu ngangenin. Nasi tiwul, gatot, dan aneka terbuat dari singkong, ketela, kedelai dan lainnya.

Siapa yang gak kangen mencicipi mie pentil khas Wonogiri? Tempe keripik? Keripik Ubi, singkong, dan aneka olahan camilan lainnya. 

Siapa yang gak merindu olahan tempe beraneka rupa. dari olahan "Jangan" atau Sayur lombok tempe, tempe goreng garit, keripik tempe, sampai tempe bacem? Dipadu dengan Sayur bening, bobor, ataupun sayur lodeh? Wuiihh jiaan, nikmatnya tiada tara. 

Gak kalah bikin rindu adalah camilan khas kampung yang beragam. Olahan ubi, ketela menjadi keripik. Ataupun kedelai yang disulap menjadi camilan tempe keripik. Tempe keripik berbahan kedelai, khas racikan Mbah Mangun, penjual tempe yang dibungkus dengan daun jati. Tempe kedelai dibentuk persegi panjang diikat dengan "damen" tali jerami.  

Ilustrasi tempe. (Sumber https://www.kompas.com)
Ilustrasi tempe. (Sumber https://www.kompas.com)
Tempe pun menjadi camilan sederhana, tempe keripik. Dibungkus plastik. Isi tiap plastik 10 biji tempe keripik berbentuk segi empat. tipis dan memanjang. Warung kelontong ibuku  menjualnya. Dan aku bagian yang nyomot kala butuh lauk nasi ataupun sekedar pengen ngemil. Belakangan baru deh kena tegur ibu, karena gak bilang-bilang. 

"Dagangan Lee (Nak)," katanya, dengan tetap tanpa amarah. Mungkin itu cara ibu mendidikku untuk belajar mengkomunikasikan hal-hal sekecil apapun dalam keluarga. Dan itu bikin kangen. 

Melalui sekeping tempe keripik pun bisa mengingatkan hal-hal manis di suatu masa. Tentu saja makanan lain pun demikian pula berarti. Termasuk kebiasaan-kebiasaan yang terawat dalam kenangan. Seperti rutin mengkonsumsi teh tiap pagi ataupun sore hari. Teh manis yang panas, kental plus "jarang" / air panas yang harus benar-benar panas dimasak pakai kayu bakar. 

Waktu sudah berlalu. Usia beranjak. Bekerja di perantauan. Hidup terpisah jarak. Tapi kenangan tak pernah terbuang. Tak pernah berjarak. Kenangan yang bisa kuhadirkan kembali melalui makanan sehari-hari. Makanan ala kampung yang membekas. Mungkin dulu sulit diperoleh, tapi zaman sekarang apa sehh yang sulit?  

Ya, gampang nyari makanan/ camilan meski masa pandemi Covid 19 saat ini. Via daring banyak. Sambil rebahan #dirumahaja bisa 'tap tap tap" smartphone berburu jajanan. 

Tarammm. Ketemulah web omiyago.com yang ternyata menyediakan begitu banyak jajanan, camilan. Makanan tradisional pun ada banyak. Senangnya. Ini marketplace yang paling cocok untuk berburu makanan ala kampung. Menurutku seeh ini cocok buat Jelajah Camilan Khas Indonesia. 

Screenshot tampilan web Omiyago. (Bozzmadyang)
Screenshot tampilan web Omiyago. (Bozzmadyang)
Aneka makanan, camilan mudah dicari dengan produsen produk yang beragam. Dah getu setiap makanan dilengkapi dengan deskripsi yang lengkap lhooo. Mulai dari bahan pembuatnya, kandungannya, bahkan asal usul makanan produknya. Ini sekaligus turut mengedukasi konsumen. 

Kucontohin ini produk camilan Keripik Tempe yang aku beli, berikut deskripsinya. Aku buka di aplikasinya Omiyago. Keren, ada keterangan asal usul tempe pula. 

Screenshot web Omiyago. (Bozzmadyang)
Screenshot web Omiyago. (Bozzmadyang)

Cara belanjanya pun gampang aja. Bikin akun, login, pilih produk, masukin keranjang, checkout. Selesai. Tinggal tunggu kiriman barang sambil ongkang-ongkang di rumah.

Oh iya satu lagi yang penting, kualitas produk. Nah produk-produk Omiyago diproduksi oleh Usaha Kecil dan Menegah (UKM) pilihan yang telah dikurasi oleh Omiyago dengan pengawasan dari tim ahli untuk menjaga kualitas tetap terjaga. 

Produk Omiyago teh hijau yang kubeli. Dokpri 
Produk Omiyago teh hijau yang kubeli. Dokpri 

Nah seperti Omiyago Tempe Keripik ini dibuat tanpa pengawet dan tanpa MSG. Dalam kemasan yang modern dan mudah ditenteng kemana-mana. Cantik kemasannya. 

Omiyago keripik tempe. Dokpri
Omiyago keripik tempe. Dokpri

Rasanya? Kalau aku cicipin seeh, tempenya enak, renyah, gurih... "kemripik". Pasti dari tempe premium. Dah getu tempe berbentuk bulat-bulat titpisnya, tak terlihat  berminyak karena sudah dikeringkan dengan sempurna. 

Makanya aku beranilah makan tempe Omiyago ini, meski niatku kurangin makanan berminyak. Aku merasa gak khawatir dengan kualitas produknya. Ini penting, memberi kepercayaan pada konsumen.

Produk Omiyago yang kubeli. Dokpri
Produk Omiyago yang kubeli. Dokpri

Yang jelas, menurutku bolehlah camilan produk Omiyago ini jadi pilihan sebagai Teman Aktivitas sehari-hari dimanapun dan kapanpun. Kali lain aku mau beli tiwul dan gatotlah. Kangen berat, lama gak makan kuliner khas tanah kelahiranku, Wonogiri ini. 

Ngeteh ala gue hahaaa. Dokpri.
Ngeteh ala gue hahaaa. Dokpri.

Dan sore ini, aku bisa "ngeteh" teh hijau plus camilan keripik tempe, macaroni ubi ungu, telur gabus yang nikmat, dan samosa ayam yang renyah gurih. Banyak? Ya, gak apa-apa, gak abis semua kok, bisa disimpan buat besok-besoknya lagi. 

So, gimana penasaran mencoba?

IG @bozzmadyang 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun