Mohon tunggu...
Bozz Madyang
Bozz Madyang Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Food Blogger

#MadYanger #WeEatWeWrite #SharingInspiringRefreshing #FoodBlogger - Admin Komunitas Kompasianer Penggila Kuliner (KPK) Kompasiana - Email: bozzmadyang@gmail.com - Instagram/Twitter: @bozzmadyang

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Solidaritas La Piazza Summarecon Kelapa Gading untuk Pasar Klewer Solo

10 Juli 2015   02:53 Diperbarui: 10 Juli 2015   02:53 535
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ada apa dengan Pasar Klewer Solo/ Surakarta? Pasar Klewer yang dikenal sebagai Pasar Batik nan legendaris tentu cukup popuper di tanah air. Wajar saja soalnya pasar tekstil terbesar di Kota Solo yang lokasinya bersebelahan dengan Keraton Surakarta, di Jl. Dr. Radjiman Solo itu merupakan pusat perbelanjaan kain batik yang menjadi rujukan para pedagang dari Yogyakarta, Surabaya, Semarang dan kota-kota lain di Pulau Jawa. Hingga musibah kebakaran yang melalap 2000an unit kios itu pada 27 Desember 2014 malam menorehkan kenangan pahit. Bagaimana tidak, pasar rakyat yang telah menjadi pusat perekonomian, telah menjadi tujuan wisata dan simbol kebanggaan Kota Surakarta.

Membangkitkan kembali semangat para pedagang seiring beroperasinya kembali Pasar Klewer awal tahun 2015 ini, La Piazza Summarecon Kelapa Gading menggelar ajang kepedulian dan kecintaan terhadap pasar yang telah berdiri sejak tahun 1942. Kemasan even cukup unik, dalam kemasan budaya Solo khususnya Pasar Klewer sebagai ikon kota Solo. Bertema “Ngenteni Buka Ning Pasar Klewer” even berupa festival kuliner dan juga bazaar batik nusantara digelar mulai 19 Juni - 5 Juli 2015.

Sikap solidaritas kepedulian Summarecon itu ditegaskan oleh Liliawati Rahardjo, selaku Direktur Summarecon dalam rilisnya.

“Kami tergerak memilih tema Pasar Klewer adalah berawal dari terjadinya insiden kebakaran di Pasar Klewer pada bulan Desember tahun lalu,” katanya seperti tertulis dalam rilisnya.

Lebih jauh Liliawati menjelaskan bahwa Summarecon mempunyai event tahunan yaitu Jakarta Fashion & Food Festival (JFFF), yang diselenggarakan setiap bulan Mei, yang secara konsisten bertujuan menjadi sarana memelihara kekayaan budaya Indonesia, serta mendorong industri berbasis budaya untuk maju. Oleh sebab itu, adanya momentum bulan Ramadhan yang relatif cukup dekat dengan periode penyelenggaraan JFFF, pihaknya berharap akan memberikan keuntungan yang baik bagi usaha mereka, maka dikolaborasikan pula event Pasar Klewer ini dengan program kuliner ala Solo sebagai alternatif masyarakat berbuka puasa, serta dilengkapi dengan hiburan khas Jawa.

Oleh karenanya ajang “Ngenteni Buka Ning Pasar Klewer” yang digelar dalam nuansa Ramadhan menjadi tepat untuk ajang ngabuburit dalam balutan nuansa budaya Jawa/ Solo. Nah tak ketinggalan pula, saya bersama komunitas blogger kuliner KPK (Komunitas Penggila Kuliner) Kompasiana, mengunjungi ajang ini dalam aksi #KPKGerebek 15 pada Selasa, 30 juli 2015 lalu. Seperti biasa mencicipi kuliner nusantara yang khas untuk menjadi bahan review yang bermanfaat bagi semua orang.

Ritual wajib, foto bareng.  (Ganendra)

Oya, aksi #KPKGerebek ke La Piazza ini adalah untuk ke 5 kalinya. Maklum sudah mengenal baik dengan PR-nya Mbak Indri. Dan tentu saja #KPKGerebek ini sekaligus menjadi ajang ngabuburit para ‘Pasukan Gerebek’ KPK yang telah mendaftar sebelumnya.

Jam 17.00 wib lewat saat saya dan teman saya Conni, sampai di La Piazza Summarecon Kelapa Gading, tepatnya di belakang panggung Dock 88. Ada panggung live music yang telah dirancang sedemikian rupa. Wah halaman yang lumayan luas itu sudah disulap dengan tatanan meja kursi, booth berdesain budaya Solo, lebih kental lagi ada pelayan yang memakai pakaian khas Jawa, ornamen pun Jawa banget. Ada lampu sangkar burung, payung unik, topeng khas Jawa yang lumayan besar dan lain-lain.

Ini dia sebagian kawan-kawan KPK.  (Ganendra)

Ternyata kawan-kawan KPK sebagian besar sudah tiba. Ada Bu Muthia, Syaiffudin, Kang Arul, Topik Irawan dan tentu saja Mbak Indri. Kami berkumpul di spot khusus beratap peneduh, bersama dengan kawan-kawan dari komunitas lainnya. Beberapa kawan sudah memesan alias memilih makanan sambil menanti berbuka puasa. Ada yang pesan Kelapa muda utuh! segar keliatannya.

Menyapa kawan-kawan dan ngobrol dengan mbak Indri seputar ajang acara, saya mendapat materi brosur, jadi lengkap untuk bahan tulisan. Menurut mbak Indri di acara itu terdiri dari ajang khusus festival kuliner, terus ada juga bazar batik khas Solo, juga dihibur oleh hiburan khas Jawa. Selanjutnya ‘berburu’ makanan deh.

Festival Kuliner ala Solo

Ragam menú kuliner khas Solo tersedia. Bahkan nuansa asli Solo kental banget dengan mendatangkan 10 peserta kuliner Pasar Klewer yang khusus didatangkan dari Solo. Pernah dengar Markobar? Milik putra pertama Presiden RI, Joko Widodo itu? Ya Markobar hadir menjadi salah satu pengisi stand. Dan menjadi salah satu stand yang ramai diminati pengunjung. Antrinya bahkan sampai berjam-jam untuk memperoleh menú martabaknya.

Sate kambing ngebul 789, sedappp.  (Ganendra)

Nasi timlo khas Solo.  (Ganendra)

Standnya didesain cantik.  (Ganendra)

Selain Markobar hadir pula menú-menu tradisional seperti Srabi Solo Notosuman Ny. Handayani, Jamu Arum Sari, Pukis Telur Kampung Asli & Lekker Solo Sumber Rejeki, Oleh-Oleh Khas Solo Ny. Handayani, Nasi Liwet & Ayam Goreng Kampung Solo Asli Ny. Lany, Selat Segar Galantin & Nasi Langgi Solo, Bakso Pak Min Penumping Solo, Dawet Bu Dermi Pasar Gede Solo, dan Soto Ayam Lek Sri Asli Solo. Nah anda pernah coba yang mana?

Saya sendiri awalnya berkeliling, mencoba membangkitkan selera dengan melihat-lihat stand makanannya. Pilihan jatuh ke Dawet Bu Dermi Pasar Gede Solo. Soalnya rasa haus bikin ngiler rasanya heheee. Lalu sate kambing menjadi menú pilihanku. Biasa menú paling favorit sih. Beberapa kawan lain memesan beraneka rupa menú, ada sate ayam, cempedak goreng, lontong sayur, ayam goreng dan lain-lain. Nuansa kulineran yang benar-benar berasa ala kampung Solo. Lumayan memuaskan, berbuka puasa dengan menu dan suasana yang berbeda ala khas Solo.

Sate, satee menu favoritku.  (Ganendra)

Goreng-goreng.  (Ganendra)

Ini nasi dan lauk-pauk serba 4000K.  (Ganendra)

Bazar Batik

Selain festival kuliner, ada juga bazar batik klewer dan juga galeri batik eksklusif. Bertujuan untuk memberikan wawasan kepada masyarakat mengenai berbagai kualitas batik, maka terdapat dua area pemaparan batik. Pertama yaitu di Multi Purpose Hall, pengunjung dapat mengeksplorasi batik umum dengan kualitas rata-rata dan harga yang lebih terjangkau. Ada sekitar 38 produsen batik. diantaranya, Batik Bendoro, Batik koe, batik Solo Fiko, Batik dakon mas, batik rejosari, batik kusumasari dan lain-lain.

Kedua adalah Galeri Batik Eksklusif di La Prisma, yang menyediakan batik-batik terbaik berkualitas tinggi dengan tingkat pembuatan cukup rumit. Batik ekslusif ini cukup ternama di tanah air, seperti Danar Hadi, Djawa, Puro Mangkunegaran, dan Buana Alit Gallery. Eeh selain batik ada juga seni kerajinan loor, seperti topeng maupun aksesoris lainnya.

 

Salah satu stand batik yang ternama Danarhadi.  (Ganendra)

Desain di lorong menuju bazar batik. Keren yaa.  (Ganendra)

Batiknya macam-macam, ada batik tulis, printing, cap/ sablón. Tinggal pilih saja sesuai selera. Soal harga masih terjangkau, khususnya aneka batik di Multi Purpose Hall. Satu stel baju batik wanita dipilih teman saya, Connie. Sebelumnya sempat bingung juga milih dari sekian model batik. Akhirnya cocok memilih di stand Batik Koe. Harganya ekonomis 95K. Dan serunya setiap pembelian batik apa saja, dapat layanan gratis minum jamu gendong arumsari. Seger tenan. karena Conni tidak biasa minum jamu (Mungkin di Batak jarang jamu-jamuan yaa heheee), maka akulah yang menikmatinya. Jamu beras kencur. Heheee

Jamu gendong.  (Ganendra)

Ada wayang golek dengan mengenakan batik Djawa. (Ganendra)

Hiburan Khas Jawa

Suasana menjadi semakin kental dengan adanya hiburan khas Jawa. Wah bener-bener ngingetin ala kampong saya di Wonogiri yang hanya sejam perjalanan dari Solo. Musik ditampilkan dengan beragam kemasan, campur sari, keroncong, dan gamelan. Selain itu ada tarian Jawa dan wayang humanoid.

Beberapa yang ditampilkan seperti Tari Bedoyo Kirono Ratih yang langsung dibawakan oleh penari dari Keraton Surakarta Hadiningrat pada 19 Juni 2015. Sementara untuk musik Keroncong dibawakan oleh Sundari Soekotjo dan putrinya Intan Soekotjo pada 19 Juni 2015. Ada juga penampilan Endah Laras. Saya sempat menikmati music campursari sesaat setelah aksi KPK gerebek. Berasa di kampong beneran, soalnya di ibukota sudah jarang dengernya.

 Campursari. (Ganendra)

Secara keseluruhan ajang “Ngenteni Buka Ning Pasar Klewer” yang digelar di La Piazza Summarecon Kelapa Gading cukup menarik, dan perlu diapresiasi karena masih adanya kepedulian terhadap budaya tradisional. Memperkenalkan dan melestarikan budaya nusantara baik itu kuliner, musiknya maupun busana menjadi hal yang penting saat ini di tengah merebaknya modernisasi. Dan La Piazza sebagai sebuah Lifestyle Center di Jakarta, khususnya untuk daerah Kelapa Gading dan sekitarnya, telah menunjukkan solidaritasnya dan tentu saja layak dicontoh oleh pengelola mall lainnya. Dan semoga event-event budaya seperti ini selalu digelar di La Piazza Summarecon Kelapa Gading. Lestarilah budaya nusantara. Sukses buat La Piazza Summarecon Kelapa Gading.

@rahabganendra

Bulan diatas La Piazza saat ajang “Ngenteni Buka Ning Pasar Klewer”. (Ganendra)

 

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun