Makanannya ludess semuaaaaa hahaaa. (Foto kevin)
Pada tulisan sebelumnya berjudul "Grebeg Perdana KPK di Jakarta BBQ Festival 2014" telah kuceritakan serunya lokasi acara di La Piazza. Seting tempat ala western dengan beragam ornament ala Amerika dan Indian hingga beragam tenant yang menawarkan beragam menu bakar. Ya menu bakar menjadi mayoritas disamping ada tenant camilan nusantara lainnya. Ada juga food truck, yakni tenant dengan menggunakan truck sebagai tempat jualannya.
Nah seperti janji saya sebelumnya untuk menceritakan, apa saja menu yang saya santap bareng dengan para anggota buru sergap KPK ini. Dari puluhan tenant dengan ragam menu, apa saja yang menarik hati untuk mencicipinya?
Terus terang jikalau perut mempunyai daya tampung ‘karet' alias mampu menampung sebanyk-banyak makanan, maka mungkin semua jenis menu akan dicicipi. Namun apa daya... heheee. Nah langsung saja berikut ini menu-menu di Jakarta BBQ Festival 2014 yang sempat saya incip bersama kawan KPK. Sebelum berburu kuliner kami sepakat untuk ‘sharing' makanan yang kami beli. Jadi semua anggota KPK bisa mencobanya.
Sate Domba Afrika
Nah menu ini telah kuincar sejak pertama kali melihat tenantnya. Menu yang buat saya agak ekstrem. Maklum sebelumnya kebanyakan berjumpa dengan menu sate kambing. Dan satu hal yang wajib diketahui, saya adalah penggemar menu makanan sate. Apapun bahan satenya (asal halal) saya pasti menyukainya. Apalagi yang ini.... Sate dombaaa Afrika !!
Stand penjual sate domba Afrika belum ramai. Jadi saya dan Sayuti tak perlu repot ngantri. Kami memesan 2 porsi. Tak lama Mas Koki-nya mulai menyiapkan menu pesanan. Ada sejumlah daging yang dipanggang di atas api arang. Tak lama kemudian daging domba itu ditaruh di sebuah panci lengkap dengan penutupnya. Lalu apa yang terjadi? Koki itu mengangkat panci dan memutar-mutarnya kayak menari ndangdut heheee.
"Mas lagi ngapain?" Tanya saya.
"Ini biar bumbunya merata mas," jawabnya.
"Oooooo."
Setelah ‘puas' joget, daging ditaruh diatas piring, diberi bawang Bombay, mayonnaise, sambal dan pisang goreng! Kok pisang?
"Iya ini cara makannya ga pake nasi, tapi pisang," Tanya Encik pemilik yang ada disitu.
"Dombanya dari Afrika yaa Cik?" tanyaku penasaran.
"Enggak, domba local saja. Nama Afrika adalah dari proses masaknya ala Afrika," jawabnya.
"Wah belajar darimana CIk?" Tanya saya lagi.
"Itu papi saya yang pernah disana," Jawabnya.
Setelah beres pesanan dan membayar seharga Rp. 59.000, maka kami bergegas kembali ke meja. Melihat ‘perform' sate domba Afrika di atas piring benar-benar menerbitkan air liur. Daging yang berwarna hitam masak, ditambah pisang goreng yang kecoklatan matang semakin menggoda mencicipinya. Dagingnya empuk, dan tidak alot. Kemungkinan domba muda, namun enciknya bilang bahwa daging domba dimasak 6 jam sebelum dipanggang. Lama waktu memasak daging itu membuat daging empuk, teksturnya lembut. Dan tentunya tidak ada masalah saat mengunyahnya. Rasanya? Sedaaap. Ada pedasnya karena dicocol ke sambal. Menggairahkan. Demikian pula pisang gorengnya. Empuk dan manis. Bahkan dicocol sambal pun, pedasnya membuat rasa semakin menggairahkan. Sangat cocok menjadi menu favorit saat sewaktu-waktu bosan dengan menu mainstream. Atau saat ada kunjungan teman, boleh menjadi menu jamuan.
Bebek Bakar Ireng Suroboyo Cak Baz
Menu kedua yang saya coba adalah Bebek Bakar Ireng Suroboyo ‘Cak Baz'. Menu ini benar-benar sangat rekomen buat dicicipi. Bintang 5 apabila dikasih nilai bintang. Menu ini pasti sangat familiar. Karena banyak penjual menu bebek bakar maupun goreng. Lalu apa spesialnya?
[caption id="attachment_325708" align="aligncenter" width="600" caption="Itu dia rempahannya. (Ganendra)"]
[caption id="attachment_325709" align="aligncenter" width="600" caption="Sambal bawangnya Cak Baz. (Ganendra)"]
[caption id="attachment_325710" align="aligncenter" width="600" caption="Cak Baz di tenan Bebek Irengnya. (Ganendra)"]
Cak Baz menyediakan menu khusus bebek. Ada dua pilihan yakni bebek Peking dan bebek local. Bedanya adalah bebek local lebih kecil ukuran dada dan tepongnya (paha). Harganya juga tentu berbeda. Saya memilih pesanan Bebek Bakar Peking bagian dada. Soalnya kelihatan besar seeh heheee. Tak butuh waktu lama untuk meamnggangnya, karena sebelumnya dagingnya juga udah dimasak. Lalu a lot gak yaaa? Kata Cak Baz, bebek jualannya tak mungkin alot. Soalnya meski daging bebek Pekingnya masih nomer 2 dibanding resto, namun dia memasak tak kalah lezat. Agar daging empuk Cak Baz memasak daging mentahnya selama 1 jam. Ya 1 jam! Dengan catatan selama 1 jam itu alat pemasaknya harus tertutup. Tak boleh dibuka.
"Saat daging dimasak, di dalam panci, akan keluar semacam minyak. Minyak itulah yang membuat daging menjadi empuk. Jadi jangan sekali-kali membuka tutup saat memasaknya," jelas Cak Baz.
Sajian bebek bakar dibarengi dengan rempahan. Rempahan adalah sisa-sisa bebek yang digoreng. Biasanya nempel ke wajan. Lalu dikorek-korek, jadilah rempahan itu. sebagai temannya ditambahin sambal dan irisan timun. Sambalnya seperti sambal bawang. Ada cabe, bawang putih taburi garam ditambah minya goreng sedikit. Hasilnya pedas gurih beraroma.
Nah, saat kucicipi, daging bebeknya benar-benar empuk. Dagingnya tebal, kehitaman. Ada sedikit berserat-serat lapisan dagingnya. Bagian dada bersatu dengan tulang dada. Namun dagingnya tidak lengket ke tulang. Jadi mudah saja saat mengupasnya. Hasilnya? Satu dada bebek bakar, ludes aku habisi. Heheee. Benar-benar rekomen bebek seharga Rp. 45 ribu dengan nasi itu. Bahkan saat pulang aku masih sempat membeli satu bungkus dan juga satu tongseng domba. Wis, nikmaaatt betul dan maknyusss.
Tongseng Adu Domba
Nah ada satu menu yang saya cicipi di rumah. Maklum karena perut udah penuh bebek bakar dan sate domba Afrika, maka tongseng adu dombanya saya bawa pulang. Rasanya berbeda dengan tongseng kambing ataupun ayam yang sering saya beli di kampong dulu. Tongseng di kampong saya lebih kuat pedas dan kecapnya, warnanya pun warna kecoklatan kecap. Kalau tongseng domba ini rempah-rempahnya kuat. Aromanya juga khas domba. Tercium seeh saat makan. Dagingnya juga empuk karena dimasak sempurna. Rasanya pedas aroma daging. Warnanya mirip warna kari. Lumayan buat icip-icip seharga Rp. 30 ribu seporsi.
[caption id="attachment_325711" align="aligncenter" width="600" caption="Tongseng Adu domba yang mirip kari. (Ganendra)"]
[caption id="attachment_325712" align="aligncenter" width="600" caption="Rasanya pedas dari rempah-rempahnya yang kuat. (Ganendra)"]
Es Duren
Nah untuk minumnya saya mencoba es duren. Mungkin tak ada bedanya. Karena duren diproses dengan blender dan jadilah es jus duren. Simple. Saya sebenarnya lebih suka duren dimakan langsung tanpa diolah macam-macam. Namun sebagai minuman, lumayanlah buat melegakan dahaga dengan aroma kuat durennya. Maknyuuss.
Nah itu menu yang sempat saya incip bersama KPK di Jakarta BBQ Festival 2014. Ada lagi menu lainnya, mencicipi sedikit dari kawan lainnya. Ada Sate Adu Domba-nya mbak Novrianti yang unik karena dikemas dengan gambar Jokowi. Oke, bagi teman-teman yang berselera dan ingin mencicipi menu bakarnya masih ada kesempatan hingga Minggu, 28 September 2014 mendatang. Saya siih masih pengen merasakan lagi Bebek Bakarnya Cak Baz. Yummiii dan maknyoosssssssss!!
Sekian. #SalamLahab #Salam Kenyang #KPKGrebeg
@rahabganendra
*Foto-foto dokumen pribadi.
[caption id="attachment_325713" align="aligncenter" width="600" caption="Sate adu domba Jokowi. (Ganendra)"]
[caption id="attachment_325714" align="aligncenter" width="600" caption="Pasukan Buser KPK. (ganendra)"]
Silakan Gabung di Grup Facebook “Kompasianer Penggila Kuliner” dan nikmati segala macam acaranya. #SalamKenyang
Baca Artikel Sebelumnya:"Grebeg Perdana KPK di Jakarta BBQ Festival 2014"
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H