Mohon tunggu...
Boy Anugerah UI
Boy Anugerah UI Mohon Tunggu... Consulting Group (Political, Education and Literacy) -

Literasi Unggul Group adalah sebuah perusahaan swasta yang didirikan oleh Boy Anugerah, mantan pegawai pemerintah dan perusahaan swasta yang mengabdikan dirinya pada dunia literasi, pendidikan dan riset. Literasi Unggul Group menyediakan jasa pendidikan privat di bidang Bahasa Inggris, pengembangan literasi di daerah Jakarta dan Bekasi, riset independen di bidang politik, ekonomi, pertahanan keamanan, serta sosial budaya, serta menerima jasa pembuatan buku, jurnal, serta artikel opini dan ilmiah untuk diterbitkan. Literasi Unggul Group dipimpin langsung oleh Boy Anugerah yang membawahi beberapa periset independen di bidang politik, ekonomi, serta pendidikan dan sosial budaya. Dapat dihubungi di alamat email boy.anugerahsip@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Bara di Teheran dan Sengkarut Doha

14 Desember 2017   13:14 Diperbarui: 14 Desember 2017   13:20 877
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Fakta ini secara implisit juga menyiratkan bahwa tuduhan AS, negara-negara Barat, serta Israel bahwa Iran adalah ancaman global seakan terpatahkan. Hal ini menjadi semacam blessing in disguise bagi Iran bahwa tuduhan yang dilancarkan selama ini hanyalah perwujudan saling curiga dan ketidaksenangan di kawasan.

Namun demikian, pembelajaran penting yang bisa dipetik Iran dari serangan tersebut adalah setiap kebijakan dan politik luar negeri selalu membawa konsekuensi, baik positif maupun negatif. Sikap politik Iran yang memberikan dukungan kepada rezim Bashar Al Assad, pemimpin Suriah, merupakan faktor picu serangan teror NIIS.

Eskalasi Konflik

Merujuk pada kasus Qatar dan negara-negara Arab, peluang tereskalasinya konflik sangatlah besar. Ada beberapa faktor yang bisa didedahkan. Pertama, relasi antara Arab Saudi dan Qatar bisa dikatakan relasi yang asimetris. Qatar begitu tergantung kepada Arab Saudi dalam hal suplai pangan.

Seratus persen kebutuhan pangan Qatar bersumber dari luar, empat puluh persen diantaranya bersumber dari Arab Saudi. Dalam konteks ini, Arab Saudi begitu lihai membaca situasi. Demikian pula (mungkin) negara-negara sponsor di belakang Arab Saudi (AS dan sekutunya).

Kedua, adalah suatu hal yang mustahil Qatar tidak memiliki koalisi. Tekanan politik yang dilancarkan Arab Saudi dan kawan-kawan akan memancing resistensi dari Turki dan Iran. Hal inilah yang dapat memicu konflik yang lebih besar. Menyikapi konflik Qatar, baru-baru ini Parlemen Turki menyetujui rancangan undang-undang yang memperkenankan Turki mengirim pasukan ke Qatar. Ditaksir Turki akan mengirimkan sedikitnya 3000 pasukan untuk melindungi penguasa Qatar dan menjaga perbatasan Qatar dengan Arab Saudi.

Pemerintah Iran juga tak tinggal diam menyikapi isu Qatar. Di tengah ancaman domestik yang mereka hadapi pasca teror Teheran, Menlu Iran melakukan langkah-langkah taktis strategis dengan menggalang koordinasi dengan Menlu Turki untuk menyikapi krisis tersebut.

Dalam konflik ini, suka tidak suka Iran mendapatkan keuntungan politis. Tergantungnya Qatar akan wilayah udara Iran sebagai jalur alternatif suplai bahan pangan pasca pemutusan hubungan diplomatik dengan Arab Saudi, UEA dan Bahrain menjadi kapital politik bagi Iran dalam hubungannya dengan Qatar ke depan. Namun demikian, ada bahaya laten yang mengancam. Semakin harmonisnya hubungan Qatar dan Iran saat ini akan menjadi faktor sulit terwujudnya resolusi konflik antara Qatar dengan koalisi Arab Saudi saat ini.

Berbicara kawasan Timur Tengah memang seakan tiada habis-habisnya membahas isu konflik dan ketegangan. Kawasan ini seakan-akan dikutuk untuk selalu berkonflik tiada ujung. Dibutuhkan kearifan banyak pihak untuk mewujudkan perdamaian.

Dibutuhkan mawas diri yang bersifat regional agar kepentingan kawasan tidak mudah tercemar oleh anasir-anasir kepentingan pihak luar. Juga dibutuhkan kerja sama kawasan yang bersifat komprehensif dengan berpijak pada isu-isu low politics agar tensi politik kawasan bisa melandai. Terpenting dari semua itu, negara-negara kawasan Timur Tengah harus meredam nafsu besarnya sendiri untuk berkonflik. Ini yang paling sulit.

*)Penulis Anggota DPP PA GMNI Bidang Politik Luar Negeri dan Pertahanan Keamanan 2015-2020 (Pendapat Pribadi)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun