Mohon tunggu...
Boy Rachmad
Boy Rachmad Mohon Tunggu... profesional -

Seseorang yang mencintai tanah airnya, melebihi cintanya kepada diri sendiri.. ______________________________\r\n\r\nIr. Soekarno adalah tokoh yang menjadi inspirasi dalam pandangan dan pemikiran untuk Bangsa, ______________________________ Dr. Moch. Hatta adalah tokoh yang menjadi inspirasi dalam kejujuran, ______________________________ Kumbokarno adalah tokoh wayang yang menjadi inspirasi dalam pengabdian kepada tanah air... ______________________________ Syair dibawah ini yang menjaga cintaku kepada tanah air, ______________________________\r\nSemua leluhurku bisa hidup karena dihidupi ibu pertiwi................................... Makanan, minuman, napas yang kuhirup, pakaian, peralatan, tempat tinggalku dan bahan-bahannya semuanya disediakan oleh bumi pertiwi.......................................................... Disamping ibu genetikku yang melahirkanku, ibu pertiwilah yang menyediakan segala keperluan hidupku....................................................... Sekarang ibu pertiwiku, Ibu leluhurku dijarah orang. Dan, aku tidak rela. Aku akan berjuang demi ibu pertiwiku sampai hembusan nafas yang terakhir........................................................ Aku tidak akan menyia-nyiakan kesempatan mulia berbhakti demi ibu pertiwi. Mati pun aku rela, ibu................................................................ Dan beberapa panah Sri Rama membinasakannya.................................. Menjelang kematiannyapun dia memilih tubuhnya jatuh ke depan menjatuhi ratusan kera musuh ibu pertiwinya................................................... Setelah Kumbakarna mati, Sri Rama pun mengadakan upacara penghormatan atas kematiannya sebagai pahlawan bagi negerinya. _______________________________ (Disarikan dari : http://www.oneearthmedia.net/ind/?p=547 )

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Aku bukan suami terbaik bagimu, Tetapi dirimu adalah isteri terbaik dalam hidupku

14 November 2009   16:56 Diperbarui: 26 Juni 2015   19:20 1557
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="" align="alignleft" width="188" caption="-"][/caption]

Dikeheningan malam, aku tuliskan ini

Kuketik kata satu demi satu menjadi kalimat

Pada banyak waktu, kala aku jauh darimu

Ada terkadang satu pikiran melintas dalam benakku

Apakah aku memang seorang suami yang pantas untukmu

Ataukah dirimu yang telah salah menetapkan pilihanmu

Namun, tak berani kuutarakan pikiran itu kepadamu

Karena kutakut dirimu salah terima saat hal ini kusampaikan padamu

Juga karena ada kekhawatiran yang lebih besar dari sekedar salah mengartikan

Yaitu, aku khawatir jawaban yang kuterima benar persis seperti apa yang terpikir olehku

Kadang pikiran semacam ini telah sangat mengganggu diriku

Tetapi tetap aku tak berani sampaikan kepadamu

Kupikir bukanlah hal yang pantas, pikiran ini kutanyakan kepadamu

Karena hanya akan membuat aku seoalah menyangsikan ketulusan cintamu

Aku mungkin bukan suami yang terbaik bagimu

Mengingat hari-hari yang seringkali harus dirimu lalui tanpa diriku

Teringat pula delapan bulan yang harus dirimu jalani tanpa aku disisimu

Meski baru sehari anak pertama kita tiba di rumah dari rumah sakit tempatnya dilahirkan

Teringat pula delapan bulan yang harus dirimu hadapi sendiri

Ditengah kehamilanmu untuk anak kita yang kedua

Dan aku baru datang beberapa hari sebelum kelahiran anak kita yang kedua

Rupanya itu bukan pula yang terakhir bagimu ditinggalkan olehku seorang diri

Aku mungkin bukan suami yang terbaik bagimu

Karena telah membuatmu menjaga dan membesarkan anak-anak kita tanpa kehadiranku

Meski demikian tiada pernah aku dengar satu keluh darimu

Tentang betapa susahnya menjaga dan membesarkan anak seorang diri

Aku bukan suami yang terbaik bagimu, itu aku tahu pasti.

Dirimu adalah isteri yang terbaik dari Allah untukku, itu kuyakinkan selalu

Karena dengan aku yang selalu lebih banyak meninggalkan rumah

Telah dirimu jadikan anak-anak kita, anak-anak yang baik dan berbakti

Dan tetap selalu dirimu sambut aku dengan senyum terkembang dan peluk erat ketika kudatang

 

 

 

 

(Dengan kerinduan, menjelang ultah pernikahan ke 12 yang sebentar lagi tiba)

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun