Mohon tunggu...
Oyong Liza Piliang
Oyong Liza Piliang Mohon Tunggu... Wiraswasta, wartawan -

http://www.pariamantoday.com/ Praktisi media, pengamat politik, sosial dan hukum

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pariaman Kota Modern Lima Abad

23 November 2015   08:53 Diperbarui: 23 November 2015   10:15 553
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bicara sejarah tentu tidak lepas dari pemimpinnya. Anas Malik kala menjabat Bupati Padangpariaman (1980-1990) banyak hal dia perbuat yang mencatatkan namanya sebagai pemimpin melegenda di lubuk hati masyarakat yang dia pimpin hingga sekarang ini. Untuk menjadikan Kecamatan Pariaman jadi Kota Administratif sangat berat hal yang dia lakukan. Berbagai fasilitas sebagai syarat mesti terpenuhi semacam sekolah menengah kejuruan, perguruan tinggi serta persyaratan bangunan lain, mesti dibangun dari nol. Buktinya hal itu mampu dia wujudkan. Tidak akan pernah ada nama Perumnas Kampung Baru jika lecut tangannya tidak sampai ke sana.

Pariaman kota metropolitan yang tua

Jalan kereta api dari Padang menuju Pariaman dibangun oleh pemerintahan Hindia Belanda di abad ke-19. Untuk wilayah Pariaman setidaknya terdapat sejumlah stasiun kereta api, yakni di Pasar Pariaman, Nareh, Kuraitaji, Sungai Limau, Cimparuah, Pauh Kambar, Lubuk Alung, Sicincin dan Kayu Tanam. Hal itu membuktikan Pariaman sebagai sebuah peradaban kota besar masa lalu melebihi dari cukup. Kuburan Belanda dan Kuburan China hingga kini masih ada di Pariaman sebagai pembuktian sejarah.

Sejumlah pabrik, bangunan pemerintahan kolonial juga mudah didapati. Ketika peralihan status dari kolonial Belanda ke penjajah Jepang, Pariaman juga menjadi kota penting. Ratusan benteng pertahanan dibangun. Pariaman dijadikan basis militer oleh mereka.

Sebelum itu, atau sebelum zaman penjajahan Belanda, seorang bangsawan Portugis bernama Tome Pieres juga menulis dalam bukunya Suma Oriental bahwa di Pariaman terdapat sebuah dermaga bongkar muat amat besar. Lokasinya tidak dijelaskan. Kapal-kapal besar berlabuh, transaksi perdagangan sudah modern tidak lagi sistem barter. 

Tome Pieres mengatakan Pariaman abad 15 merupakan kota yang ramai dan sibuk. Berbagai suku bangsa ada di sana seperti Hispanik, Arab, India, China pun bermukim pula di sepanjang pesisir. Bukti tertulis untuk memperkuat argumen saya ini sangat sulit ditemukan secara empirik, namun, jangan dikira keyakinan saya akan hal itu berkucak. Riset yang saya lakukan hendaknya didukung oleh sebuah lembaga yang peduli, baik pemerintahan atau siapa saja yang tergerak hatinya. 

Apa yang saya tulis tidak merujuk pada satu bait kalimat yang pernah ditulis periset lain. Perihal sejarah Pariaman, sudut pandang saya sangat jauh berbeda. Saya melihat dari catatan empirik abad per-abad yang terpotong bukan dari catatan yang sudah ada. Tugu Angkatan Laut (dibangun kolonial Belanda), tugu Kapal Layar pernah berdiri di mana sekarang menonggok Tugu Tabuik bukti simbolik akan kemaritiman Pariaman sebagai zona kota.

Di Pariaman, dahulunya juga terdapat pabrik garam terbesar. Gudang Garam terbesar persis di samping Stasiun Kereta Api Pariaman. Berton-ton garam di distribusikan dari Pariaman menggunakan kereta api menuju Teluk Bayur untuk dipasarkan seterusnya ke wilayah lain via kapal. Saya meyakini mulai dari garam tanak hingga garam tambak pernah diproduksi penduduk asli Piaman. Teringat saya kata-kata kaum sulah (berambut rontok) adalah para pedagang garam Piaman. Rambutnya berhamburan keluar dari akarnya karena acapnya menjujung ketiding berisi garam. Asinnya garam yang dia jujung membuat rambutnya menjadi halus kemudian tercabut dengan sendirinya. Sulah di kepalanya mengkilat macam profesor ahli pikir.

Perihal cerita itu saya ketahui dari nenek saya (ibu dari ayah saya yang sekarang berusia 87 tahun) sendiri yang jika dia masih hidup umurnya 110 tahun. Nenek saya itu wafat saat saya sudah berumur 25 tahun.

Mengembalikan kejayaan Pariaman

Kembali persis ke masa lalu tentu sesuatu yang muskil. Tapi dengan pernah punya pengalaman menjadi kota besar, tentu Pariaman memiliki berbagai kelebihan dibanding wilayah lain. Dengan kata lain kita hanya perlu memanggil "dukun" untuk membangkitkan rohnya. Tinggal menjampi-jampikannya saja lagi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun