Mohon tunggu...
Oyong Liza Piliang
Oyong Liza Piliang Mohon Tunggu... Wiraswasta, wartawan -

http://www.pariamantoday.com/ Praktisi media, pengamat politik, sosial dan hukum

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Konsep Wisata Terpadu untuk Sumatera Barat

15 Juli 2014   21:27 Diperbarui: 18 Juni 2015   06:15 530
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketiga, tata kelola Pariwisata. Moment TdS bisa dijadikan sebagai acuan untuk melihat standar kesiapan masyarakat Sumatera Barat dalam menghadapi masyarakat ekonomi ASEAN (MEA) yang akan di-implementasikan pada tahun 2015 ini. Siap tidak siap masyarakat sumatera barat harus menghadapi era perdagangan bebas asean 2015.
Kalau kita mampu melaksanakan even yang berstandar internasional semacam TDS dengan baik maka Sumatera Barat seyogyanya mampu bersaing di gelanggang Asia Tenggara.
Kita sebagai pemilik daerah belum terbiasa mengelola even internasional. Event TdS yang motori oleh Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif telah menunjukan manajemen even yang profesional dan telah melakukan transfer ilmu ke pemerintah daerah terutama tentang standar, disiplin, keamanan dan lain lain. Hal tersebut mestinya dapat menjadi modal bagi pemerintah daerah dan masyarakat yang bergerak di bidang pariwisata nantinya.

Pelajaran dari negara tetangga

Berkaca dari kekuatan negara-negara ASEAN lainnya tentang kesiapannya menghadapi MEA (Masyarakat Ekonomi Asean) tahun 2015 ini, misalkan Malaysia. Pemerintah nasional Malaysia secara institutional sudah secara massif mengkampanyekan bahwa Malaysia adalah gerbang ASIA (terutama asia tenggara, tengah dan selatan). Malaysia diakui berhasil mempromosikan negaranya tersebut. Hal itu bisa dilihat dari banyaknya kunjungan wisatawan Asia ke malaysia setiap tahunnya dalam statistik.

Tahun lalu, saya menghadiri Bangladesh International Tourism Fair di Dhaka Ibukota Bangladesh. Acara ini merupakan pertemuan tahunan para pebisnis pariwisata (provider) dari Asia, Eropa dan Amerika. Malaysia mengirim delegasi ke Banglades tersebut dipimpin Kementrian Pariwisata Malaysia sedangkan Indonesia tidak mengirim delegasi sebagaimana negara tetangga kita itu.

Pertanyaan terbesar di benak saya kenapa Malaysia begitu antusias mempromosikan pariwisatanya ke Banglades, bukankah Banglades adalah negara miskin? Alhasil, ternyata Banglades adalah pasar pariwisata yang terbesar bagi Negara malaysia.

Analisanya Bangladesh berpenduduk 130 juta jiwa dengan kelas menengah sebesar 30 persen, berarti sekitar 43 juta, memiliki kebiasaan liburan ke luar negeri.  Dari kelas menengah ini malaysia dengan slogan “Malaysia Truly Asia” dengan 60 acara wisata dan festival telah berhasil mengaet sampai angka 30 persen atau sekitar 14 juta warga Banglades mengunjungi Malaysia setiap tahunnya.

Coba bayangkan berapa banyak devisa yang masuk ke malaysia, cuma dari satu negara Banglades yang kita anggap bukan pasar potensial. Data secara keseluruhan yang bertamu ke Malaysia menunjukan industry pariwisata Malaysia selama 2011-2013 tumbuh 8 persen dengan perolehan devisa sebesar US$ 22,4 milyar.

Negara kita lebih menyukai melobi bangsa eropa yang dianggap lebih kaya dibanding negara asia lainnya, seperti Banglades, India, dan negara-negara Asia tengah lainnya, bahkan Iran sekarang sedang bangkit pariwisata islaminya. Khusus Iran, sekarang ini pasar wisata Iran juga sedang digarap secara optimal oleh Malaysia, lagi-lagi kita terlambat.

Wisatawan eropa secara kuantitas/jumlahnya lebih sedikit menurut penulis. Potensi ini belum begitu kuat untuk tahap sekarang, kecuali untuk wisatawan berasal dari kalangan mahasiswa yang memerlukan program internship atau magang ke luar negeri. Peluang ini bisa diambil oleh Indonesia atau Sumatera Barat khususnya.

Saya sengaja menulis ini, karena sudah menjadi bagian dari eksekutif yang memang konsen dengan kebijakan pariwisata sebagai penunjang ekonomi masyarakat. Namun yang diharapkan adalah sedikitnya tulisan saya ini memberikan masukan untuk mengingatkan kita semua.

Pertama, pariwisata adalah industri yang dapat menjadi tonggak utama ekonomi Sumatera Barat, namun yang diperlukan integrasi/keterpaduan antar Kabupaten/Kota se Sumatera Barat dengan koordinator Pemerintah Provinsi Sumatera Barat dengan pola single entry dan single marketing pada level Sumatera Barat yang akan berdampak kepada keberagaman destinasi dan produk pariwisata ranah minang yang akan memperpanjang lama tinggal wisatawan di Sumatera Barat. Hal ini sebagian sudah dilakukan seperti dalam acara TdS.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun