Mohon tunggu...
Boyke Pribadi
Boyke Pribadi Mohon Tunggu... Dosen Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Banten -

menulis berbagai hal dalam kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Panta Rei, Hijrah, dan Move On

25 Oktober 2014   14:04 Diperbarui: 17 Juni 2015   19:47 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dasar penetapan awal tahun baru hijriyah sebagai penghitungan waktu yang mendasarkan peredaran bulan sebagai acuannya, di ‘resmikan’ penggunaannya pada masa khalifah Umar bin Khatab R.A yang berdasarkan usul dari Ali bin Abi Thalib R.A dengan menetapkan ‘mile stone’ atau titik tonggaknya adalah peristiwa hijrah (berpindah)nya Baginda Rasul Muhammad SAW dari mekah ke madinah.

Hijrah sebagai titik tonggak penentuan tersebut tentu tidak lepas dari pentingnya peristiwa hijrah dalam sejarah peradaban manusia. Dimana sekelompok ummat pilihan harus berpindah tempat guna mempertahankan keyakinannya akan kebenaran. Sehingga hijrah dapat sejajarkan dengan perjuangan yang sangat mulia atau jihad karena semata mata membela kebenaran.

Meskipun banyak makna tentang hijrah, tapi yang paling umum adalah berpindahnya sesuatu baik fisik, kebiasaan, maupun pola pikir dari sebuah keadaan yang kurang/tidak baik menuju keadaan yang lebih baik. Dan perpindahan ini merupakan suatu keniscayaan bagi semua ummat manusia. Karena semua yang ada di alam semesta merupakan sebuah variabel yang bisa berubah ubah, dan hanya ada satu konstanta atau sesuatu yang tetap dan pasti benar yaitu Sang Maha Pencipta yaitu Allah SWT.

Ketetuan alam tentang inipun pernah disampaikan kira kira sebelas abad sebelum cahaya Islam diturunkan melalui Rasulullah SAW. Yaitu ketika Herakleitos, seorang filsuf yang hidup sekitar abad ke-5 sebelum masehi, yang terkenal dengan ucapannya yang berbunyi “panta rhei kai uden menei “ yang berarti, "semuanya mengalir dan tidak ada sesuatupun yang tinggal tetap."

Dan memang pendapat tersebut terbukti benar, karena alam semesta dan lingkungan tempat hidup kita, termasuk kisah kehidupan yang sedang kita jalani, semuanya dipastikan selalu mengalami perubahan. Paling tidak, waktu yang selalu bergerak, sehingga tidak bisa diulang kembali, itulah contoh sebuah perubahan yang pasti. Itulah sebabnya Herakleitos mengumpamakan fenomena air pada aliran sungai yang tidak pernah tetap dari waktu ke waktu, karena ketika kita turun ke sungai tentunya air yang kita nikmati berbeda dengan air sungai sebelumnya, karena ia telah mengalir menjauh meninggalkan kita.

Tema perubahan terus menerus menjadi tema yang aktual, hingga hari ini bermula dari istilah para ABG atau remaja kita, yaitu move on, atau berpindah sebagai suatu istilah yang diberikan kepada seseorang remaja galau agar berpindah berganti suasana menjadi lebih positif.

Bahkan seorang guru besar sekaliber Rhenald Kasali pernah menulis sebuah buku yang diacu oleh banyak orang, berjudul CHANGE (berubah). Dan yang meng-ispirasi banyak orang dari buku tersebut adalah kalimat “Tak peduli berapa jauh jalan salah yang Anda jalani, putar arah sekarang juga” yang menjadi tagline dari buku tersebut. Sehingga beliaupun mendirikan sebuah institusi bernama “Rumah Perubahan” sebagai aplikasi dari berbagai buku yang ditulisnya terkait perubahan.

Dari tulisan kecil ini, penulis ingin mengambarkan bahwa tema dan topik perubahan selalu aktual, sekalipun dengan istilah yang ikut berubah pula dari waktu ke waktu. Prinsip yang penting agar setiap perubahan dapat bermakna sebagai bentuk Ibadah sebagaimana simbol hijrah yang dilakukan oleh Rasulullah SAW adalah dengan menjadikan Allah SWT sebagai pendorong atau niat yang menyebabkan kita berubah, dan perubahan yang kita lakukan semata mata bertujuan untuk mencari rahmat, keberkahan, dan keridhoan Allah SWT.

Selamat tahun baru, 1 Muharam 1436 H. Semoga Allah SWT selalu menjaga niatan hati kita untuk selalu ber-ibadah dan mengabdikan hidup hanya untuk-NYA.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun