Mendengar suara jeritan di kamar Odi, Mama segera masuk melihat apa yang terjadi. Aga, sepupu Odi, tengah menyembunyikan kepala di balik bantal. Belum sempat bertanya, Mama nyaris terlonjak kaget mendengar suara cekikikan. Dilihatnya ada sosok yang bersembunyi di balik pintu. Ternyata Odi tengah menakut-nakuti Aga. Dalam keremangan cahaya sosoknya tampak menyeramkan karena memakai mukena putih milik Mama dan topeng bertaring berambut gimbal.
“Odi! Sudah berapa kali Mama bilang, jangan menakut-nakuti Aga! Ayo copot semuanya!” perintah Mama. Odi pun membuka topeng dan menanggalkan mukena putih itu. Wajahnya senang berhasil menakut-nakuti Aga yang masih duduk di kelas 1 SD.
“Aga takut, Tante! Aga kira hantu beneran!”
“Tidak apa-apa! Kak Odi hanya iseng menganggu kamu.”
“Ah, dasar penakut! Jadi anak laki-laki jangan penakut dong!”
Mama melotot menatap Odi.
“Kamu itu! Ayo minta maaf!”
“Iya deh maaf!” ujarnya santai tanpa rasa bersalah. “Tapi Aga masih mau dengar cerita hantu rumah kosong di ujung jalan, kan?” lanjutnya lagi.
“Odi!” Mama mulai benar-benar marah.
“Ups, sori! Yuk, kita tidur saja!” ujar Odi sembari menghempaskan tubuhnya di ranjang.
***
Keheningan malam begitu mencekam. Kamar pun terlihat remang-remang. Satu-satunya penerang hanyalah cahaya bulan yang masuk melewati kisi-kisi jendela. Aga sekuat tenaga memejamkan mata. Semakin berusaha tidur, semakin kuat hasratnya untuk pipis. Aduh, bagaimana ini? Pergi ke kamar mandi sendirian jelas ia tak berani. Tempatnya jauh di belakang.
“Kak Odi, bangun!” Aga mengguncang tubuh dan menarik selimut Odi, tapi ia hanya menggeliat sebentar.
“Kak Odi, temani aku ke kamar mandi.”
“Kamu pergi sendiri saja,” jawabnya enteng.
“Aku nggak berani. Takut.”
Odi tak menggubris. Aga duduk di pinggir ranjang. Ini hari terakhir ia berlibur di sini. Setiap malam Odi selalu bercerita hal-hal menyeramkan. Walau sudah dinasehati Mama, tetap saja ia menceritakan hal-hal menakutkan. Awalnya Aga senang, tapi lama-lama rasa takut melebihi rasa ingin tahunya. Hiii…ternyata banyak sekali hantunya di sini.
Aga kembali merebahkan diri dan memejamkan mata. Ingin sekali malam cepat berganti pagi. Tapi jam weker baru menunjukkan pukul dua dini hari. Tak beberapa lama, akhirnya ia tak tahan lagi. Ia pun bangun dari tidur.
***
“Kalau kamu terus menakut-nakuti Aga, Mama yakin ia tak mau lagi berlibur ke sini,” ujar Mama sembari mengumpulkan pakaian Odi yang digantung. “Mama juga sudah sering bilang, pakaian kotor jangan digantung begini. Kamu kok tidak mengerti sih?”
Odi hanya diam, sibuk membaca buku komik misteri kegemarannya.
“Odi? Kamu dengar Mama nggak?”
“Dengar kok!”
“Ayo bantu bereskan!”
“Lagi tanggung. Odi selesaikan dulu membaca komik ini.”
Mama hanya menghela napas sembari menatap Odi. Kalau lagi asyik dengan bacaan ia suka lupa segalanya. Sebelum berbalik Mama seperti membaui sesuatu.
“Bau apa ini? Kok pesing?”
“Ah, tak ada bau apa-apa kok.”
“Masa sih? Bau ompol begini?”
“Nggak mungkin aku ngompol, Ma! Aku bukan anak kecil lagi!” ia pun protes.
“Sudahlah! Mungkin bau yang dibawa angin.” Mama pun berlalu. “Jangan lupa nanti kamarnya dibersihkan!”
***
Odi mulai kelabakan. Bau itu semakin merebak saja. Perutnya mulai mual berada di dalam kamar. Karena nggak tahan, malam itu ia pun pindah ke ruang tengah.
“Kenapa tidur di sini?” tanya Papa.
“Di kamar bau pesing, Pa. Odi nggak tahan.”
“Bau pesing? Jadi benar, bau yang Mama cium tadi siang?” tiba-tiba Mama muncul. Odi tak menjawab.
“Yuk, kita cari sumber baunya!”
“Besok pagi saja,” Odie mengelak.
“Sekarang! Mama jadi penasaran!” tegas Mama. Mereka akhirnya masuk ke kamar Odi. Mereka mengendus ke sana- kemari. Di balik pintu, di balik lemari, bahkan memeriksa ranjang tapi sumber bau tak ditemukan. Tapi tak beberapa lama kemudian, Mama berteriak sembari menutup hidung.
“Astaga, Odi! Kamu ngompol di sini?” Mama menemukan genangan ompol di bawah ranjang.
“Enggaaakk!” Odi menggeleng cepat.
“Lantas siapa?”
Tiba-tiba Odi teringat Aga. Bukankah ia minta diantar ke kamar mandi malam terakhir ia di sini?
“Aga!” teriak Odi. Ia pun menceritakan semuanya. Bukannya marah, Papa dan Mama malah tertawa sejadi-jadinya.
“Mungkin itu balasannya karena kamu menakut-nakuti dia! Sekarang tugasmu membersihkannya!”
Odie termangu. Tak bisa berkelit lagi. Tanpa disadari, Aga membalas ‘perlakuan’ Odi padanya. Ya, apes deh membersihkan ompol Aga yang berserakan di kolong ranjang!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H