Keheningan malam begitu mencekam. Kamar pun terlihat remang-remang. Satu-satunya penerang hanyalah cahaya bulan yang masuk melewati kisi-kisi jendela. Aga sekuat tenaga memejamkan mata. Semakin berusaha tidur, semakin kuat hasratnya untuk pipis. Aduh, bagaimana ini? Pergi ke kamar mandi sendirian jelas ia tak berani. Tempatnya jauh di belakang.
“Kak Odi, bangun!” Aga mengguncang tubuh dan menarik selimut Odi, tapi ia hanya menggeliat sebentar.
“Kak Odi, temani aku ke kamar mandi.”
“Kamu pergi sendiri saja,” jawabnya enteng.
“Aku nggak berani. Takut.”
Odi tak menggubris. Aga duduk di pinggir ranjang. Ini hari terakhir ia berlibur di sini. Setiap malam Odi selalu bercerita hal-hal menyeramkan. Walau sudah dinasehati Mama, tetap saja ia menceritakan hal-hal menakutkan. Awalnya Aga senang, tapi lama-lama rasa takut melebihi rasa ingin tahunya. Hiii…ternyata banyak sekali hantunya di sini.
Aga kembali merebahkan diri dan memejamkan mata. Ingin sekali malam cepat berganti pagi. Tapi jam weker baru menunjukkan pukul dua dini hari. Tak beberapa lama, akhirnya ia tak tahan lagi. Ia pun bangun dari tidur.
***
“Kalau kamu terus menakut-nakuti Aga, Mama yakin ia tak mau lagi berlibur ke sini,” ujar Mama sembari mengumpulkan pakaian Odi yang digantung. “Mama juga sudah sering bilang, pakaian kotor jangan digantung begini. Kamu kok tidak mengerti sih?”
Odi hanya diam, sibuk membaca buku komik misteri kegemarannya.
“Odi? Kamu dengar Mama nggak?”