Mohon tunggu...
Boyke Abdillah
Boyke Abdillah Mohon Tunggu... Wiraswasta - Hanya manusia biasa

sahabat bisa mengunjungi saya di: http://udaboyke.blogspot.co.id/

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Sejumput Harapan Pada Tembuni

26 Januari 2014   21:16 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:26 203
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Tembuni dikenal dengan banyak nama, ada yang menyebutnya ari-ari, uri, kakak bayi, tali pusat dan plasenta. Menurut ilmu anatomi reproduksi, tembuni merupakan organ dalam kandungan pada masa kehamilan yang berfungsi untuk pertukaran produk-produk metabolisme, gas, peredaran darah, serta hormon dari ibu ke janin.

Tidak seperti sisa organ tubuh yang lain seperti kuku dan rambut, pada tembuni melekat kepercayaan yang diyakini sebagian masyarakat terutama orang-orang tua dulu dalam bentuk ritual yang berbeda. Mereka percaya bahwa perilaku anak kelak sebagian juga terpengaruh oleh cara menanam tembuni pada waktu anak tersebut lahir.

Di Kalimantan Timur, ada laku kepercayaan di mana tembuni dikubur di depan rumah. Dibungkus dengan kain putih, dilengkapi peralatan alat tulis seperti buku dan pensil. Pada malam hari diterangi lampu selama tujuh hari. Pemberian alat tulis dimaksudkan agar kelak si anak menjadi orang yang pintar dan berilmu. Lampu yang menerangi bermakna kelak bisa menjadi penerang bagi keluarga dan lingkungannya.

Laku kepercayaan Jawa mempunyai tata cara yang lebih kompleks. Ada yang ditanam, dihanyutkan, atau digantung di dapur atau ruang tengah. Tapi walau begitu ada kesamaan yang mendasar yakni, setelah tembuni dibersihkan, dibungkus dengan kain putih, diberi wewangian, kemudian dimasukkan dalam bejana beserta berbagai kelengkapan yang disebut ‘uba rampe’. Kelengkapan tersebut adalah: Garam, uang sepasang, jarum tajam, beras merah, sirih yang digulung dua ikat, dan kertas bertuliskan huruf Arab, Latin, dan Jawa.Garam, simbol kehidupan agar kelak si anak menjadi orang yang menyenangkan, mampu ‘menggarami’ dunia. Uang, simbol harapan agar tidak kekurangan dalam materi dan juga tidak lupa bersedekah. Jarum melambangkan pikiran yang tajam. Beras merah melambangkan kekuatan, kesehatan, kejujuran, keterikatan dalam keluarga. Sirih melambangkan kelak mendapat jodoh yang ideal. Kertas yang bertuliskan huruf Arab, Latin, dan Jawa melambangkanagar si anak menjadi anak yang beragama, cerdas secara spiritual, emosi, dan rasio. Kain putih melambangkan kepasrahan pada Tuhan Yang Maha Esa.

Di daerah Minangkabau ada kepercayaan bahwa tembuni yang dihanyutkan ke sungai menyebabkan anak akan pergi merantau jauh dan tidak akan kembali, sehingga banyak orangtua menguburkan tembuni di pekarangan rumah.Tidak seperti kepercayaan Jawa, saat penguburannya tidak dilengkapi dengan berbagai peralatan. Tapi masih ada yang mempercayai tembuni dimasukkan dalam belanga agar si anak tidak diganggu oleh yang mereka sebut kakak anak. Sebelum dikuburkan oleh orangtuanya, sebaiknya ditatap cukup lama biar si anak kelak menjadi anak yang patuh dan penurut.

Dalam ajaran Islam memang tidak ada tuntunan khusus maupun ada ayat yang menjelaskannya. Sepanjang yang dilakukan tidak bertentangan dengan hukum Islam tidak masalah, dikubur, dibuang dengan plastik, bejana, atau belanga. Namun sebagian ulama berpendapat, bahwa tembuni adalah sisa materi yang telah mati darimanusia, asalkan suci, dipahami dan digolongkan sama dengan kuku dan rambut, dan sebaiknya ditanam.

Berkembangnya ilmu kesehatan, ternyata tembuni juga mempunyai nilai lebih. Tembuni diyakini dapat berfungsi untuk regenerasi sel-sel sehingga dapat mempertahankan kulit tetap sehat, segar, cantik, mengembalikan kulit akibat luka atau penyakit. Tembuni yang sering digunakan untuk kosmetik dan kesehatan berasal dari hewan seperti kambing, sapi dan lain-lain. Namun yang paling banyak justru tembuni manusia yang terdapat di rumah sakit/ tempat bersalin. Contohnya, Maloco B 12 ( perangsang ASI) komposisinya adalah ekstrak plasenta dan vitamin (Indeks Spesialis Obat). Hasil penelitian lain juga mengungkapkan bahwa sel punca juga diambil dari plasenta (sel punca fetal). Sel punca atau sel induk (stem cell) adalah sel yang belum berdiferensiasi, mempunyai potensi yang sangat tinggi untuk berkembang menjadi sel yang berbeda di tubuh. Sel punca juga berfungsi sebagai sistem perbaikan untuk mengganti sel-sel yang rusak demi kelangsungan hidup organisme. Penelitian medis meyakini sel punca berpotensi untuk mengobati penyakit.

Secara sudut pandang, budaya, agama, dan medis, ketiganya mempunyai pandangan yang berbeda. Islam mengharamkan penggunaan sisa tubuh seperti tembuni manusia untuk pengobatan dengan pengecualian bila keadaan terpaksa. Menguburkannya beserta perlengkapan simbolis mungkin jatuh pada perbuatan bida’ah. Berkembangnya zaman, ikut pula merubah pola pikir masyarakat menjadi lebih rasional dan pragmatis sehingga merubah laku kepercayaan menjadi mitos. Karena itu, banyak orang tak begitu peduli lagi dengan tembuni si bayi dan menyerahkan penanganannya kepada pihak rumah sakit atau tempat bersalin daripada dibawa pulang.

Satu hal yang bisa dipahamidari kepercayaan masyarakat dulu, bahwa setiap kelahiran anak terlahir pula harapan mulia agar kelak menjadi orang yang berguna tidak hanya untuk dirinya tapi juga bagi lingkungan sosialnya.

Perilaku buruk seperti kejahatan korupsi, manipulasi, narkoba, perbuatan curang, atau tindakan kriminal dan kekerasan lainnya yang semakin marak belakangan ini tentu menggambarkan ada sesuatu yang salah dalam pola asuh/didik yang bersangkutan.Pendidikan karakter bukan lagi prioritas utama dalam keluarga maupun di sekolah.Lalu apa hubungan antara tembuni dengan perilaku si anak ketika dewasa?

Memang tak ada bukti-bukti empiris yang menunjukkan adanya hubungan itu. Yang ada hanyalah makna yang tergambar lewat simbol yang sekarang sudah banyak ditinggalkan. Banyak orangtua yang tidak tahu lagi atau malah tak mau tahu kelak anaknya mau jadi apa sehingga dalam mendidik anak mereka akan going the flow saja.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun