Mohon tunggu...
Boyke Abdillah
Boyke Abdillah Mohon Tunggu... Wiraswasta - Hanya manusia biasa

sahabat bisa mengunjungi saya di: http://udaboyke.blogspot.co.id/

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Bersua Pak Tjiptadinata Effendi dan Ibu Roselina di Pekanbaru

9 April 2014   02:08 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:53 304
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tanggal 7 April jam 6 sore kemarin, entah mengapa saya menghidupkan TV. Tak biasanya saya menonton TV di jam-jam itu. Biasanya Saya nonton TV kalau sudah di atas jam 9 malam. Saat memencet remote mencari tayangan menarik, perhatian tiba-tiba tertuju di saluran TVRI yang sedang menayangkan acara talkshow interaktif. Seorang presenter sedang mewancarai dua orang narasumber yang sepertinya saya kenal. O my God! Mereka itu Pak Tjiptadinata Effendi dan Ibu Roselina, Master Reiki sekaligus Kompasianer. Siapa warga kompasiana yang tak kenal mereka? Ternyata mereka sedang berada di Pekanbaru. Di tengah wawancara dengan topik self healing, pikiran saya melayang seandainya saya bisa bertemu langsung dengan mereka seperti halnya Mas Agung Soni ketika Pak Tjip menghadiri pernikahan keponakannya di Bali. Mas Agung sengaja memburunya di hotel tempat mereka menginap.

Ternyata Pak Tjip dan Ibu Lina akan mengadakan lokakarya tanggal 8 di hotel Arowana. Tak akan saya sia-siakan kesempatan ini, batin saya berteriak. Kapan lagi bisa bertemu mereka?

Jadilah pagi ini jam sembilan kurang saya ke Arowana hotel. Tapi saya datang agak terlambat (bukan agak tapi emang terlambat). Acara sudah dimulaiyang dijadwal jam 8. Setelah mengisi registrasi, saya masuk dan duduk di deretan kursi nomor 2 dari belakang. Ada belasan peserta yang hadir. Ibu Lina sedang memaparkan materi tentang Reiki.

Saya amati mereka. Pikiran saya belum bisa nyambung dengan apa yang dipaparkan. Di pikiran malah menyeruak tanya, apakah Ibu Lina dan Pak Tijp akan mengenali saya? Di Kompasiana saya sering mengunjungi lapaknya, walau tak selalu meninggalkan jejak. Bukannya sok akrab lho. Soalnya bila Pak Tjip dan Ibu Lina menulis artikel tentang kehidupan mereka dulu di Padang, saya seakan terhanyut dibuatnya. Pak Tjip orang Pulau Karam, tinggal di Kampung Nias dan Wisma Indah. Tempat-tempat itu pernah akrab dengan kehidupan saya masa lalu. Saya dulu sekolah di SD Purnama (SD di samping eks bioskop Purnama), SMP di Pulau Karam, dan saya juga punya famili yang tinggal di wisma Indah. Jadi kalau berangkat sekolah, Kampung Nias, Tanah Kongsi, dan Pulau Karam, selalu saya lewati saban hari.

Ketika sesi pemaparan materi usai, suasana mulai agak santai. Bu Lina mengedarkan kertas formulir untuk peserta yang ingin pelatihan Reiki. Pak Tjip terlibat pembicaraan dengan seseorang persis di deretan kursi belakang saya. Jujur saja, saya ingin memperkenalkan diri pada mereka, tapi kondisi masih belum memungkinkan. Ya, sudahlah. Nanti saja bila acara usai. Yang jelas saya sudah bertemu langsung.

Akhirnya kesempatan itu datang juga ketika para peserta akan diinisiasi cakra oleh Pak Tjip. Saya mendapat giliran ke 2. Saya dipersilahkan duduk di kursi yang disediakan, dan saya menyalami Pak Tjip dan menyerahkan kertas registrasi. Ketika Pak Tjip mengkonfirmasi nama, dan saya bilang saya Boyke Abdillah, Kompasianer. Pak Tjip tertegun.

“Bener, saya Boyke! Senang ketemu dengan Pak Tjip dan Ibu Lina,” saya nyengir.

Pak Tjip Langsung menjabat tangan saya seraya berkata,“Pak Boyke? Saya ingat. Pantas tadi saya rasa-rasa ingat wajahnya. Tapi di mana? Ternyata penulis di Kompasiana juga ya?”

Saya mengangguk.

“Kenapa nggak bilang dari tadi?” saya kembali cengengasan.

“Iya, tadi saya mau bilang, tapi belum ada kesempatan. Saya ke sini ingin bertemu bapak dan Ibu. Senang rasanya bisa bertemu langsung.” Saya pun menceritakan ihwal acara TV yang saya tonton kemarin.

“Tinggal di Pekanbaru?” tanya Pak Tjip lagi.

“Iya, baru 6 bulan ini. Sebelumnya di Padang.”

Pak Tjip pun memberitahu Ibu Lina. Kami pun bersalaman. Ibu lina juga bilang kalau beliau rasa-rasanya pernah melihat saya. Ah, ternyata warga Komapasiana juga.

“Tapi kok kurus ya? Di PP nya nggak kurus?”

Lagi-lagi saya cengengesan dengan pertanyaan itu. Yah, foto kan suka menipu. Aslinya kurus dan jelek tapi di foto terihat menarik. Biasalah. Orang kan selalu memasang foto yang terbaik.

Dan Pak Tjip pun menginisiasi saya. Tapi saya takkan menceritakan detil inisiasi ini dan pelatihan Reiki. Yang jelas hati saya sudah cukup senang bisa bercakap-cakap langsung dengan beliau. Yang biasanya hanya lewat dunia maya, tapi kali ini dunia nyata. Kemudian suasana pun semakin cair hingga pelatihan berakhir. Kami sempat foto-foto juga.

[caption id="attachment_319257" align="alignnone" width="500" caption="Pak Tjip dan Ibu bersama peserta pelatihan ( dok.pri)"][/caption]

[caption id="attachment_319260" align="alignnone" width="400" caption="ki-ka Pak Dauwir, Pak Tjip, dan saya (dok.pri)"]

1396958581163911400
1396958581163911400
[/caption]

Ketika acara usai, para peserta yang lain satu persatu pulang, saya masih bertahan. Dan ternyata Pak Tjip seakan mengerti apa yang ada di kepala saya. Beliau pun menghampiri saya dan kami saling berbincang santai cukup lama. Banyak yang kami perbincangkan seperti dua orang yang sudah lama tak bertemu. Padahal sungguh, saya baru kali ini bertemu langsung dengan beliau. Kesan yang saya tangkap, Pak Tjip memang friendly, kebapakan, dan baik hati. Saya seperti bicara pada bapak saya sendiri ( O iya, bapak saya dan Pak Tjip sepantaran. Bapak saya lahir Juli 42, sedangkan Pak Tjip Mei 43. Ibu Lina juga sepantaran ibu saya). Jadi bertemu mereka seperti menemui orangtua sendiri.

Waktu terus merambat, dan saya pun mesti tahu diri. Pak Tjip pasti punya urusan penting lainnya. Saya pun mohon pamit dan menyalaminya dan menghampiri Ibu Lina yang kebetulan juga lagi sedang melayani konsultasi seorang peserta. Katanya hari ini juga mereka akan melanjutkan perjalanan ke daerah lain. Ah, waktu berjalan begitu cepat rasanya. Tapi keinginan saya untuk bertemu Pak Tjip dan Ibu Lina sudah terpenuhi. Kalau saya tidak menyetel TV kemarin jam 6 itu, pasti saya tidak akan tahu kalau mereka ada di Pekanbaru, dan saya takkan bisa bertemu mereka. Semoga saja saya bisa bertemu dengan mereka lagi di kesempatan lain. Saatnya sekarang saya mempelajari ilmu Reiki yang saya peroleh dari mereka....

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun