Mohon tunggu...
Boy Anugerah
Boy Anugerah Mohon Tunggu... Administrasi - Direktur Eksekutif Literasi Unggul School of Research (LUSOR)

Pendiri dan Direktur Eksekutif Literasi Unggul School of Research (LUSOR)

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Mendambakan Dunia Nir Terorisme

23 Desember 2017   20:52 Diperbarui: 23 Desember 2017   21:04 673
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Indonesia dan Kearifan Lokal

Terorisme sudah menjadi isu global dan menuntut perhatian dan partisipasi dari banyak pihak untuk menanganinya. Indonesia tentu tidak boleh ketinggalan dalam berpartisipasi terlebih lagi fakta berbicara bahwa Indonesia sendiri sudah dijadikan target dan menjadi korban terorisme. Pasca teror Kampung Melayu, menguat harapan dari masyarakat agar pemerintah lebih menekankan penanggulangan terorisme pada pendekatan politis, penegakan hukum, serta pemantapan nilai-nilai kebangsaan nasional yang berlandaskan empat konsensus bangsa.

Dalam konteks politis, muncul aspirasi untuk pelibatan TNI dengan berpegang pada prinsip kehati-hatian. Dalam tataran penegakan hukum, instrumen hukum yang digunakan tidak hanya pada aspek penindakan saja, tapi juga harus tangguh dalam hal intelijen dan mitigasi teror. Sedangkan dari sisi penguatan nilai-nilai kebangsaan, momen peringatan hari lahir Pancasila 1 Juni yang lalu dapat menjadi momentum untuk mewujudkan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, serta bernegara yang rukun, adil, makmur, damai serta sejahtera.

Sebagai bagian dari komunitas ASEAN dan tentunya warga global, Indonesia harus lebih mengintensifkan kerja sama dengan semua pihak. Kerja sama ini dapat diwujudkan melalui perumusan solusi bersama, pertukaran data intelijen dan informasi, alih teknologi militer dari negara maju ke negara berkembang, termasuk juga upaya-upaya untuk mendiversifikasi bentuk-bentuk kerja sama yang eksisting. Apabila kerja sama dalam level bilateral belum cukup mumpuni mengatasi ancaman, kerja sama dapat diperluas ke dalam skala trilateral atau multilateral. Sebagai contoh, kerja sama keamanan di Laut Sulu dapat diperluas dengan keterlibatan Thailand, Singapura serta Vietnam di dalamnya.

Belajar dari contoh teror di negara-negara adidaya dimana kapasitas militer dan kecanggihan teknologi ternyata tidak cukup mampu mengatasi terorisme, Indonesia dapat menggunakan kapabilitas soft power-nya dalam bentuk kearifan lokal yang mewujud ke dalam berbagai kebijakan, utamanya sosial dan ekonomi. 

Indonesia punya falsafah ngewongke (how to treat human as human). Indonesia juga punya spirit gotong royong yang menjadi saripati Pancasila. Kedua nilai budaya bangsa tersebut harus bisa dijadikan pedoman serta menjadi roh berbagai kebijakan sosial dan ekonomi. Harapannya tentu saja apa yang menjadi akar terorisme seperti kemiskinan dan kesenjangan sosial bisa ditangani tuntas. Dunia tanpa terorisme adalah mungkin![***]

Boy Anugerah

  • Penulis adalah alumnus Magister Ketahanan Nasional Universitas Indonesia/Anggota DPP PA GMNI Bidang Polugri dan Hankam 2015-2020
  • jakartarakyat.web.id

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun