Menurut situs Open School of Journalism, photo caption digunakan untuk membantu pembaca memahami makna di balik gambar, ilustrasi, atau foto tertentu yang ada di dalam artikel atau berdiri sendiri dalam satu halaman. Caption kadang-kadang juga disebut sebagai cutlines, yang menjelaskan keseluruhan cerita dalam sebuah gambar.
Bagi seorang jurnalis, memberikan caption pada foto adalah hal wajib, sebab penulisan caption sudah masuk dalam pedoman penulisan berita. Lalu bagaimana dengan foto berita yang diproduksi oleh blogger? Apakah perlu mencantumkan caption? Tentu saja perlu. Itulah alasan mengapa terdapat fitur photo caption pada dashboard blog. Tujuannya sama, untuk mempermudah pembaca blog memahami makna pada foto.
Untuk foto berupa karya jurnalistik atau keperluan berita, caption harus menyediakan informasi dasar yang diperlukan pembaca, setidaknya menjelaskan relevansi foto tersebut dengan berita. Dan yang paling penting adalah akurasi pada penulisan caption. Keterangan yang buruk pada caption dapat menyesatkan pembaca dan dapat melemahkan kredibilitas foto tersebut sebagai karya jurnalistik.Â
Lalu bagaimana membuat photo caption yang benar? Di beberapa media mainstream terkadang memiliki aturan dalam menulis caption, dan tidak semua media memiliki style yang sama. Namun prinsipnya tetap sama, akurat dan dapat dipercaya. Berikut saya contohkan aturan penulisan photo caption dari National Public Radio (NPR), organisasi media yang bertugas sebagai sindikasi bagi radio penyiaran publik di Amerika Serikat. Ada 3 aturan yang digunakan NPR untuk menulis photo caption, berikut penjelasannya:
1. The Who:
Pada aturan ini, caption menjelaskan tentang siapa yang terdapat dalam foto tersebut. Untuk memudahkan pembaca mengidentifikasi subjek pada foto tersebut, penulis bisa menggunakan tanda kurung pada caption. Misalnya: "Menteri Kelautan Perikanan Susi Pudjiastuti (kanan) menjelaskan aturan soal larangan penggunaan trawl."
2. The When:
Pada aturan ini caption menjelaskan tentang kapan peristiwa dalam foto terjadi. Tulis dengan jelas beserta tanggal dan tahun, bukan keterangan seperti "kemarin", "semalam", "tahun lalu", dan sebagainya. Berikut salah satu contoh caption dengan keterangan waktu yang jelas, "Para pemain Chelsea mengejar Pedro yang mencetak gol pembuka timnya pada pertandingan Liga Champions versus Qarabag di Stamford Bridge, Selasa (12/9/2017). (AFP/Ben Stansall)".
3. The Where:
Pada aturan ini caption menjelaskan tentang lokasi pada foto. Style NPR menjelaskan bahwa bila ingin menjelaskan lokasi sebuah kota, ada beberapa kota tidak perlu mencantumkan nama negara bagian atau negara setelah nama kota. Aturan tersebut berlaku bila penulis ingin menjelaskan lokasi yang terdapat di negara perserikatan.
Sedangkan untuk penulisan negara, penulis dapat menyertakan nama negara yang disingkat dan/atau nama negara yang tidak disingkat. Untuk nama negara yang disingkat, perlu diperhatikan bahwa tidak sama dengan kode pos dua huruf. Misalnya untuk penulisan nama Negara Bagian California yang menggunakan Calif, bukan CA.
Setidaknya 3 aturan itu lah yang digunakan NPR dalam membuat caption. Kenapa hanya tiga "W" di sana? Kenapa tidak lengkap saja seperti penulisan berita, yaitu "5W+1H"? Jawabannya, caption akan terlalu panjang. Kecuali untuk penulisan photo caption berita tunggal yang hanya berdiri sendiri.
Perlu di ingat, aturan pemberian caption tersebut berlaku untuk foto yang akan dicantumkan pada berita. Bila ingin mencantumkan foto hanya sebagai ilustrasi, cukup sertakan caption dengan kata "Ilustrasi" diikuti judul foto, dan jangan lupa cantumkan photo credit. Â
Setelah mengetahui aturan pemberian photo caption, berikut beberapa kesalahan yang perlu diwaspadai. Sebab kesalahan ini seringkali tidak disadari oleh penulis atau editor.
1. Menjelaskan Ekspresi.
Terkadang penulis terbawa suasana ketika melihat sebuah foto, dan akhirnya mendeskripsikan emosi yang ia rasakan pada caption. Penulis seharusnya tidak boleh membuat tafsiran perasaan seseorang dari ekspresinya. Langsung saja berikan fakta-fakta pada pembaca, dan biarkan mereka memutuskan sendiri perasaan yang dirasakan. Sebab foto berita tersebut sudah bukan menjadi berita bila dibumbui oleh opini.
2. Kesalahan Ejaan Nama.
Salah mengeja nama orang atau tokoh merupakan kesalahaan yang fatal, sebab mereka bisa menuntut media karena pencemaran nama baik. Oleh sebab itu penulis perlu selalu melakukan cek ulang nama pada photo caption, apakah berhubungan dengan berita atau tidak. Sebagai contoh, pada 2015 lalu pernah terjadi kesalahan penulisan photo caption yang dilakukan oleh Washington Post, mereka salah mengidentifikasi foto Menteri Pertahanan RI Ryamizard Ryacudu sebagai Presiden Jokowi.
Dikutip dari situs AntaraNews, pada halaman A10, Washington Post menampilkan foto Menteri Pertahanan RI Ryamizard Ryacudu sedang hormat bendera di Pentagon pada Senin (27/10) di sisi kanannya yakni Defense Secretary Ashton B. Carter. Namun pada caption foto pada berita itu disebutkan bahwa orang yang sedang melakukan hormat bendera adalah Presiden RI Jokowi. Setelah mendapat laporan tentang adanya kesalahan penulisan caption, Washington Post kemudian memberikian klarifikasi dan berjanji akan melakukan koreksi.
3. Bertele-tele
Meski caption perlu ditulis dengan lengkap, usahakan tidak terlalu panjang atau bertele-tele. Tulis dengan ringkas dan padat, namun pembaca tetap bisa dengan mudah memahami makna pada foto. Buatlah kalimat yang memancing pembaca untuk membaca lengkap isi berita di bawahnya.
4. Tidak Mencantumkan Photo Credit
Photo credit merupakan sebuah catatan yang mengakui sumber sebuah foto yang diterbitkan. Meski postingan artikel memuat foto karya pribadi, tetap perlu dicantumkan photo credit supaya pembaca tahu bahwa foto tersebut adalah karya milik Anda dan tidak melanggar hak kepemilikan apa pun. Misalnya bila foto tersebut adalah karya Anda, cukup tulis nama Anda di bagian akhir caption.
Lalu bagaimana bila foto diambil dari media lain seperti cetak, elektronik, dan internet? Caranya sama, yaitu dengan mencantumkan nama fotografer dan jangan lupa untuk turut menyertakan nama media di mana foto tersebut diambil, contohnya: (KOMPAS.com/Mei Leandha), (foto: Ady Prawira Riandi/Okezone), (ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay), dan lain-lain. Format penulisan photo credit di media berfariasi, sebab masing-masing media memiliki style atau gaya penulisan yang berbeda. Bagaimana dengan blogger? Tentu saja bisa memilih model mana saja yang sesuai.
Bila foto diambil dari internet, kunjungi website foto tersebut berasal dan lihat nama pemilik foto tersebut, kemudian cantumkan nama pemilik dan nama media pada caption. Kesalahan yang sering terjadi ketika mencantumkan photo credit yang berasal dari internet adalah mencantumkan url file foto yang amat panjang. Itu adalah url mentah dari sebuah website, bukan photo credit. Berlaku pula untuk foto yang diunduh dari media sosial dan group chatting. Bila memungkinkan, mintalah izin apakah foto tersebut dapat digunakan pada postingan blog Anda.
Satu lagi, bila Anda menggunakan foto sebagai ilustrasi dan mengambil dari situs penyedia foto gratis atau berbayar, perhatikan keterangan photo credit pada foto tersebut. Biasanya ada beberapa aturan dalam Creative Commons bila orang ingin mengunduh dan menggunakannya. Misalnya foto tersebut gratis digunakan namun bukan untuk tujuan komersial.
Blogger memang bebas melakukan hal apapun pada konten yang mereka produksi, sebab mereka lah sebagai pemilik atas media yang mereka buat sendiri. Namun memberikan kenyamanan bagi pembaca untuk memahami konten yang ia nikmati akan lebih bagus. Memahami fungsi dan manfaat fitur caption adalah hal kecil dalam dashboard blog, sebab masih ada banyak fitur lain yang bisa dikelola dengan maksimal.
Saya sendiri masih banyak berlatih untuk meningkatkan kualitas konten agar mudah dipahami pembaca. Pada postingan saya sebelumnya masih banyak penulisan caption yang kurang tepat, dan kedepan akan terus diperbaiki. Semoga pengalaman saya mempelajari penulisan caption ini dapat bermanfaat bagi blogger.
Semangat menulis dan berkarya!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H