Selain nama brand, logo adalah salah satu hal yang sering diperhatikan orang ketika mereka mengetahui nama brand untuk pertama kali. Secara sederhana logo merupakan suatu gambar atau sketsa yang mewakili karakter suatu lembaga / perusahaan / organisasi. Logo dapat menceritakan seperti apa karakter perusahaan Anda kepada stakeholder tanpa harus mengucapkan sepatah kata pun.
Namun sepuas apa pun Anda menyukai logo sejak pertama kali dibuat, faktanya logo tidak dapat bertahan selamanya. Sebab tidak ada perusahaan yang tetap statis dalam waktu yang lama. Perusahaan akan terus tumbuh dan berkembang secara drastis dari waktu ke waktu. Akan ada saat perusahaan harus meluncurkan layanan baru, produk baru, dan misi yang berbeda. Bahkan bisa saja, terjadi merger atau akuisisi agar perusahaan tetap terus bertahan.
Kompasiana adalah salah satu contoh perusahaan yang melakukan design ulang logo. Berdiri pertama kali sebagai blog jejaring internal untuk jurnalis dan karyawan Kompas Gramedia di tahun 2008, Kompasiana saat itu memiliki logo bertuliskan “Kompasiana” berwarna putih dengan huruf “O” berbentuk balon chat.
Kemudian pada Februari 2017 Kompasiana meluncurkan logo baru dengan sedikit perubahan. Tetap menggunakan tulisan “Kompasiana”, namun bentuk balon chat lama dirubah menjadi balon chat berbentuk segi delapan dan segi empat di tengahnya. Dari segi warna, logo baru Kompasiana masih mempertahankan unsur warna biru.
Namun pada saat peluncuran logo baru, ada hal yang menggugah hati saya untuk mengetahui “makna” pada logo Kompasiana itu sendiri. Bukan sekadar alas an dibalik layar mengapa logo tersebut harus diganti, karena sudah pasti garis besar penggantian logo adalah perubahan pasar atau arah bisnis baru. Saya ingin menguliknya dari sisi filosofi logo.
Suatu sore saya akhirnya menanyakan langsung filosofi logo Kompasiana kepada mas Iskandar Zulkarnaen, Chief Operating Officer Kompasiana. Namun saya tidak menanyakannya secara mendalam, cukup penjelasan sederhana saja. Karena tujuannya pun juga sederhana, ingin mengetahui citra seperti apa yang ingin dibentuk Kompasiana dengan logo barunya.
Pertanyaan pertama yang saya ajukan adalah kenapa Kompasiana masih konsisten memasukkan unsur warna biru dalam logo barunya. Sebab warna tersebut juga selalu menjadi bagian dari Kompasiana sejak 2008. Dan ternyata warna biru memang sengaja dipilih karena secara psikologi, warna biru dapat memberikan kesan ketenangan dan kejujuran. Itu lah yang ingin dicapai Kompasiana agar audience melihat mereka sebagai platform blog yang dapat dipercaya.
Kemudian hal yang menarik untuk ditelisik adalah alas an dibuatnya balon chat dengan bentuk segi delapan dan persegi di tengahnya. Alas an pertama adalah bentuk balon chat lama sudah kadaluarsa, dari sisi desain bentuknya sangat umum dan tidak memiliki karakteristik khusus. Hingga akhirnya bentuk balon chat dirubah ke bentuķ geometris, lebih solid dan bermakna.
Menurut mas Iskandar, lambang persegi dipilih karena memiliki nilai yang sama dengan warna biru: kejujuran dan kedamaian. Selain itu persegi juga melambangkan stabilitas, sebuah komitmen yang harus dipegang kuat oleh produk sebesar kompasiana. Persegi juga berarti kesetaraan. Segi empat juga merupakan bentuk cita-cita Kompasiana dalam melebarkan sayap bisnisnya sebagai perusahaan media.
“Dengan ikon persegi empat yang lebih modern ini, saya ingin kompasiana menjangkau empat penjuru kawasan Indonesia, bahkan Asean.” Ungkapnya.