Kontes Manga Internasional yang diadakan Kementerian Luar Negeri Jepang saat ini akan memasuki tahun kesepuluh, atau dikenal sebagai The 10th International Manga Award. Kontes ini bertujuan memberikan penghargaan kepada komikus yang turut menyebarkan budaya manga ke seluruh dunia. Aplikasi pengajuan karya The 10th International Manga Award sudah dilakukan dari 11 April 2016 hingga 30 Juni 2016. Dan pengumuman pemenang akan dilaksanakan pada Februari 2017 di Jepang. Kontes ini mengingatkan saya kepada Mukhlis Nur, satu-satunya komikus Indonesia yang memperoleh Bronze Award di Kontes Manga Internasional kedelapan. Dengan komik Sci-Fi yang berjudul "Only Human" ia berhasil menggeser 13 karya lain dari Indonesia. Dan tahun ini ia kembali mengikuti kontes tersebut.
Pada 21 Juli 2016 saya berkesempatan menghubungi Mukhlis Nur dan melakukan wawancara melalui email. Sebelumnya saya ingin memberi pengantar tentang komik Sci-Fi "Only Human" miliknya. Komik ini bercerita tentang 500 tahun setelah peradaban manusia musnah. Pada masa itu, manusia sudah berubah menjadi robot dengan memindahkan kesadaran melalui mesin bernama Automa. Karena bertemakan Sci-Fi tentu ide cerita memiliki kemiripan dengan perkembangan ilmu pengetahuan ilmiah.
Pemindahan kesadaran manusia ke mesin pada komik "Only Human" boleh dibilang mirip dengan ide ilmuwan Inggris, Stephen Hawking. Pada 2013 lalu ia pernah mengatakan bahwa secara teoritis manusia bisa hidup abadi dengan menyalin otak ke komputer. Bukan ide membuat robot, hanya membuat kehidupan setelah mati dalam bentuk digital. Selain Stephen Hawking, ide tersebut juga sudah sering dibahas oleh praktisi lain.
Di Indonesia masih sedikit komikus yang berani membuat komik dengan tema Sci-Fi atau Science Fiction. Pasalnya, selain ide cerita fiksi yang apik, komikus juga harus paham pengetahuan kemajuan teknologi agar dapat menghasilkan jalan cerita yang menarik. Mukhlis Nur bisa dibilang adalah komikus Indonesia yang berani dengan komik Sci-Fi dan mendulang kesuksesan. Karena komik “Only Human” miliknya tidak berhenti di International Manga Award saja, tapi juga dicetak oleh Bentang Komik pada Juni 2015 dan masih dicetak ulang hingga sekarang.
“Konsep mesin yang belajar menjadi manusia dan manusia yang semakin mendekati mesin berasal dari kedua acara tersebut. Dan saya mencoba menyampaikan pemikiran-pemikiran saya seputar topik itu dengan pendekatan yang berbeda dari komik-komik lain yang pernah saya baca. Tokohnya sendiri dibuat agak spontan, termasuk desain ‘dokter’ yang menjadi icon komik ini,” ungkap Mukhlis Nur.
Menurut Mukhlis, kelebihan komik Only Human terletak dari kombinasi tema Sci-fi dengan slice of life yang jarang dilakukan oleh komikus Indonesia. Fleksibilitas gaya penceritaan Only Human yang bermain-main dengan gaya komik 4 kolom dan komik konvensional juga menjadi daya tarik tersendiri. Ia juga mengaku bahwa pada dasarnya, komik Only Human adalah media eksperimennya dalam bercerita.
“Karena Only Human termasuk karya idealis saya, saya memilih tema yang memang saya suka dan cukup kuasai. Dan saat itu, saya justru menghindari unsur budaya lokal karena saya ingin membuat komik yang dapat membuat pembaca begitu menikmatinya, sampai tidak lagi memperdulikan siapa dan dari mana komikusnya.” terangnya.
Dan untuk memopulerkan komik Sci-Fi miliknya, Mukhlis mengaku tidak menggunakan cara khusus. Ia hanya berusaha hadir di tengah-tengah pembaca dengan aktif berinteraksi di media sosial dan bertemu langsung dengan pembaca di berbagai event komik. Adanya aktivitas bertemu dan berinteraksi dengan pembaca itulah yang membuat ia memahami cara pikir dan selera pembaca komik Tanah Air. Ia juga terus meningkatkan kualitas komik "Only Human" untuk menarik perhatian pembaca.
Ke depan ia ingin mengembangkan universe "Only Human" ke media lain seperti game. Rencana tersebut juga terdengar menarik, karena beberapa cerita dengan genre Sci-Fi juga laris di pasaran. Dengan mimpi besarnya menyukseskan komik Only Human, ia berharap karyanya dapat menambah variasi komik di Indonesia
“Harapan saya, dengan terbitnya Only Human ini, bisa menambah variasi komik Indonesia. Dan saya berharap akan muncul lebih banyak lagi komik dengan tema-tema yang bervariasi, termasuk sci-fi. Sehingga pembaca tidak akan cepat bosan dengan karya-karya komikus lokal,” terang Mukhlis Nur.
Keinginan untuk berkompetisi di tingkat internasional juga tidak membuat Mukhlis pelit memberikan tips bagi komikus lokal yang juga ingin ikut kompetisi. Menurutnya pada kompetisi besar, para juri tidak hanya berfokus pada kualitas gambar manga, namun lebih kepada konsep dan ide cerita.
“Gambar yang bagus hampir tidak pernah menjadi fokus utama dalam penilaian kompetisi besar. Karena itu, cobalah untuk bereksperimen dengan cara bercerita, konsep, serta pendekatan. Buatlah sesuatu yang unik, tapi tidak melulu berarti harus berbau budaya Indonesia. Buatlah komik yang benar-benar kamu,” tutup Mukhlis Nur.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H