Mohon tunggu...
Bowie
Bowie Mohon Tunggu... Lainnya - Pemerhati isu sosial , lingkungan, alam, pendidikan

GILANG (semanGat Inisiatif kreatif Leadhership entrepreniur proactive Action Ngobrol pintar)

Selanjutnya

Tutup

Trip

Sekilas Mengenang Sejarah Sunan Gunung Jati Melalui Wisata Religi

25 September 2024   20:10 Diperbarui: 25 September 2024   20:20 157
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Input sumber : Mesjid  di Cirebon (dokpri)

Majelis Taklim Intiba dan Majelis Taklim Muhajirin yang berlokasi di Kelurahan Sawah Kecamatan Ciputat Tangerang Selatan mengadakan wisata religi ziarah waliyullah ke Makam Sunan Gunung Jati Cirebon yang diikuti 50 peserta mayoritas lansia pada hari Sabtu (14/09/2024)

Pada saat memasuki area makam, terlebih dulu melewati Masjid Syarif Abdurachman, kemudian  Pasar UMKM, pintu masuk makan dan melewati  ratusan makam barulah sampai ke Makam Sunan Gunung Jati. Kemudian jamaah duduk secara bergantian di depan Makam Sunan Gunung Jati untuk berdoa, tahlil dan berzikir.

Salah satu peserta pria termuda yang masih duduk di SLTA, Fahri Ahmad mengatakan, bahwa dirinya baru pertama kali ini mengikuti wisata religi dan ziarah.

"Tujuan ikut acara ini selain mengunjungi lokasi makam para sunan juga agar lebih mengetahui sejarah dan kondisi serta suasana tempat makam para sunan" kata Fahri.

Fahri berharap, setelah ziarah dapat lebih memperbaiki diri dengan mempelajari cara cara pari Wali Allah dalam menyebarkan agama Islam.

"Kalau mengajak rekan rekan yang seumuran masih agak susah karena mereka sudah pasti punya kesibukan sendiri," kata Fahri.

Sementara itu, peserta lainnya, Abu Gilang menambahkan, bahwa sumbangan atau sedekah dari awal masuk sampai ke area makam amat sangat banyak petugas yang berjejer.

"Sebaiknya pihak pengelola dapat mengemas dan mengkoordinir proses sumbangan/sedekah agar dapat lebih ditertibkan sehingga pengunjung lebih terlayani dan nyaman," kata Abu Gilang.

Input sumber : Mesjid  di Cirebon (dokpri)
Input sumber : Mesjid  di Cirebon (dokpri)

Dikutip dari buku yang ditulis oleh Zainal Abidin bin Syamsudin yang berjudul Fakta Baru Wali Songo terbitan Maret 2017, berikut sekilas tentang sejarah Sunan Gunung Jati.

Wali Songo merupakan dewan dakwah pada saat itu, dimulai dari Wali Songo periode pertama sampai dengan periode kelima.

Adapun Sunan Gunung Jati merupakan Wali Songo periode kedua yang terdiri dari :

1. Muhammad Ishaq berasal dari Samarkand (dekat Bukhara Rusia Selatan) ahli pengobatan, meninggal di Tumasik Singapura.
2.  Maulana Ahmad Jumadil Kubro berasal dari Mesir wafat di Troloyo Mojokerto.
3. Muhammad  Maulana Al Maghribi berasal dari Maghrib Maroko, wafat di Jati Anom Klaten.
4. Maulana Hasanuddin berasal dari Palestina wafat di Banten
5. Maulana Aliyyuddin berasal dari Palestina wafat di Banten.
6. Syekh Subakir berasal dari Persia wafat di Persia.
7. Raden Ahmad Ali Rahmatullah alias Raden Rahmat berasal dari Champa Muangthai menggantikan walisongo periode pertama yang meninggal yaitu Maulana Malik Ibrahim berasal dari  Turki ahli tata negara, meninggal di Gresik dengan nama Sunan Gresik.
8. Sayyid Ja'far Shodiq berasal dari Palestina menggantikan  walisongo periode pertama yaitu Malik Isra'il berasal dari Turki ahli tatanegara wafat di Cilegon.
9. Syarif Hidayatullah berasal dari Palestina menggantikan walisongo periode pertama yaitu Maulana Ali Akbar wafat di Ampel Surabaya.

Input sumber :  mesjid Syarif Abdurachman (dokpri)
Input sumber :  mesjid Syarif Abdurachman (dokpri)

Sunan Gunung Jati atau Syarif Hidayatullah atau Susuhunan Jati  lahir di Mesir, ibunya bernama Nyai Rara Santang atau Saripah Mudaim, ayahnya bernama Syarif Abdullah atau Sultan Mahmud Abdullah, kedua orang tuanya menikah di  Mekah setelah menunaikan ibadah Haji.

Nyai Rara Santang adalah anak kedua dari pasangan Raden Manah Rarasa atau Pamanahan Rasa atau Prabu Siliwangi dari Pajajaran yang menikah di Singapura dengan Nyai Subang Larang .

Syarif Hidayatullah mempunyai adik yang hanya berbeda 2 tahun  bernama Syarif Nurullah, pada saat di Mesir Syarif Hidayatullah dicalonkan menjadi sultan/raja namun tidak bersedia sehingga kerajaan diserahkan kepada adiknya Syarif Nurullah.

Syarif Hidayatullah bersama ibunya Syarifah Mudaim terus belajar dan berguru  akhirnya menetap di Cirebon  meneruskan usaha Syekh Datuk  Kahfi  dan menikah dengan Nyi Pakungwati putri Pangeran Cakrabuana yang nantinya Pangeran Cakrabuana menyerahkan  kekuasaan negeri Caruban Larang

Syarif Hidayatullah terus melebarkan kekuasaannya dan dakwahnya sampai ke Serang, di Serang dijodohkan dengan Nyai Kawungten (putri Adipati Banten), dari pernikahan tersebut dikaruniai dua orang anak yaitu Nyai Ratu Winanon alias Ratu Ayu dan Pangeran Sebakingking alias Hasanuddin.

Syarif Hidayatullah juga diundang dan  berdakwah di cina dan menikah dengan putri Ong Tien alias Nyai Ratu Rarang Semanding.

Atas jasa jasanya memajukan agama Islam maka umat Islam di Jawa Barat memanggilnya dengan nama lengkap Syekh Maulana Syarif Hidayatullah alias Sunan Gunung Jati yang wafat pada tahun 1568 M.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun