Mohon tunggu...
M.Abdussalam Hizbullah
M.Abdussalam Hizbullah Mohon Tunggu... Administrasi - mencoba menulis meski tidak berbakat

jika tulisanku ini bermanfaat, bagikan pada orang lain agar manfaatnya tidak terhenti padamu. 😘😘

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Bisu dalam Bicara

15 Mei 2018   09:59 Diperbarui: 15 Mei 2018   09:59 679
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: hubpages.com

Banyak yang menyangka bahwa kemampuan berbicara itu bukanlah sesuatu yang penting. Padahal, soft skill yang satu ini adalah soft skill yang sangat diperlukan dalam berinteraksi dengan orang lain. Bagaimana tidak, seseorang yang memiliki kemampuan berbicara di depan umum (publicspeaking) yang baik, tentu akan memudahkan orang tersebut dalam bergaul dan berinteraksi dengan orang banyak. 

Hoooo.... para orator handal yang muncul ditengah masyarakat sudah pasti memiliki kemampuan publicspeaking yang mumpuni kan?. Mereka tidak mendapatkan kemampuan itu dalam satu atau dua hari, tetapi mereka mendapatkan hal itu dari pengalaman berhari-hari, berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun. 

Nah, hal ini menunjukkan bahwa public speaking skill harus diasah dengan baik. Bukan malah diacuhkan dan dianggap sebagai soft skill yang tidak begitu berguna.

Mengapa demikian?

Karena memang harus disadari bahwa komunikasi adalah salah satu poin terpenting dalam interaksi sosial dan salah satu kemampuan yang diperlukan dalam berkomunikasi adalah kemampuan public speaking. 

Bahkan dalam hal yang sederhana pun, public speaking skill ini sangat diperlukan agar dapat memberikan pemahaman yang baik kepada lawan bicara. Terlebih lagi jika sedang berada dalam sebuah forum diskusi.

Menyampaikan opini merupakan hak setiap orang. dalam diskusi, debat, atau sekedar bercakap-cakap. Tetapi ketika kemampuan public speaking tidak dikuasai dengan baik, maka bisa jadi akan menimbulkan kesalah pahaman karena terjadi kesalahan dalam menyampaikan opini. Jika hal itu terjadi, maka tujuan baik dari opini yang disampaikan justru akan menjadi petaka. Maka dari itu, pengembangan kapasitas diri dalam public speaking menjadi sangat diperlukan.

Public speaking skil tidak didapatkan secara spontan. Butuh latihan dan praktek secara continue agar kemampuan tersebut semakin terasah. Karena kemampuan public speaking ini adalah kemampuan yang didapat dari praktek, bukan dari teori. 

Jika hanya fokus pada teori-teori mengenai public speaking yang dikemukakan para ahli tanpa melakukan praktek untuk berbicara di depan umum, maka kemampuan public speaking yang dimiliki seseorang tetap saja tidak akan baik. Langkah baik yang perlu dilakukan adalah praktek, praktek, praktek. Seperti slogan pak Jokowi, kerja, kerja, kerja.

Memang pada dasarnya setiap orang bisa berbicara. Tetapi belum tentu bisa menguasai pembicaraan dalam sebuah forum. Jika tidak dilatih, maka fokus masalah yang akan dibicarakan justru tidak sesuai. Sehingga, pembicaraan yang seharusnya dapat menciptakan sebuah kesimpulan yang dapat bermanfaat, justru menjadi diskusi yang tidak menghasilkan apapun. 

Hal ini bisa saja terjadi jika pembicara tidak berbicara sesuai dengan konteks yang dibicarakan atau bicara ngelantur.atau bahkan hal terburuknya adalah terjadi pembicaraan yang tidak nyambung. Lain yang dimaksud, dain pula yang dibiarakan. Ketika hal ini terjadi, pembicaraan yang dilakukan tentu menjadi tidak berguna. Sama saja antara berbicara atau tidak berbicara. Bahkan mungkin lebih baik tidak berbicara. Seakan-akan bisu dalam pembicaraan.

Hoooo... berbicara di depan umum itu bukan perkara mudah. Banyak orang yang memiliki wawasan yang cukup luas, tetapi ketika berbicara di depan umum, mereka malah mengalami demam panggung. 

Ada juga yang berbicara dengan terbata-bata. Ada juga yang hanya terdiam. Hal ini bukan karena mereka tidak bisa berbicara dengan baik, tetapi mereka tidak memiliki pengalaman yang cukup untuk membuat mereka dapat berbicara dengan baik di depan umum. Sehingga kemampuan public speaking mereka tidak terasah dengan baik. hal itulah yang membuat mereka menjadi bisu dalam berbicara.

Jika dikilas balik dalam sejarah bangsa Indonesia, berapa banyak sih orator handal negara kita? Ir. Sukarno? Moh. Hatta? Amin Rais? Jika dikalkulasikan, hanya sedikit dari rakyat Indonesia yang menjadi orator handal. 

Memang belum dilakukan penelitian secara khusus mengenai hal ini, tetapi jika diperhatikan dengan seksama dengan melihat kuantitas rakyat Indonesia saat ini, orator-orator handal dari negara kita hanya sepersekian persen dari keseluruhan rakyat Indonesia. bahkan mungkin tidak sampai 10 persen. Hal itu menunjukkan bahwa untuk dapat memiliki public speaking skill yang baik, memang bukan perkara yang mudah.

Poin pentingnya adalah, public speaking skill itu tidak bisa dikuasai dengan baik tanpa adanya praktek yang terus dilakukan. Maka dari itu, yang perlu dilakukan hanya terus-menerus melakukan pembicaraan di depan umum hingga terbiasa dan membuat public speaking skill lebih terasah. Ala bisa karena biasa. Pepatah lama ini memang sangat cocok untuk mengasah kemampuan public speaking. Agar kelak kita tidak lagi bisu dalam berbicara.

M. Abdussalam Hizbullah -- 15 Mei 2018

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun