Satu lagi, saya ikut prihatin terhadap tim kreatif yang membuat gimik sedemikian rupa. Karena sesungguhnya, kita tahu bahwa artis bekerja di depan layar atas arahan dan skrip yang dibuat oleh tim kreatif. Ketika artis tersebut melakukan kesalahan, masyarakat ramai-ramai menyalahkan si artis. Tapi kembali lagi, skrip lah yang ada di belakang semua itu. Namun tetap saja, kebanyakan masyarakat kita berasumsi; siapa yang salah adalah siapa yang melakukannya. Bukan siapa yang merencanakannya. Hukum alam.
Kalau sudah begini, siapa sebenarnya yang perlu disalahkan? Artisnya yang melakukan kesalahan (tidak hanya karena skrip, tapi juga spontanitas), tim kreatif TV yang sudah menyiapkan gimik, atau, penonton yang memiliki selera rendahan, sehingga membuat acara-acara kurang mendidik semakin bertambah banyak?
- Pesan untuk Komisi Penyiaran Indonesia (KPI)
Saya tidak ingin banyak berpesan. Tapi saya hanya berharap, ketiga hal yang saya tuliskan tadi bisa dibaca dan dicermati secara baik. Tidak hanya untuk kebaikan hari ini, tapi lebih kepada kebaikan di masa yang akan datang.
Karena kita punya masa depan, Indonesia punya masa depan. Dan negara kita tidak bisa berharap kepada anak-anak korban pembodohan tayangan televisi.
Sama seperti yang sudah dikatakan oleh penyanyi Anji melalui video yang ia unggah beberapa waktu lalu; kalau kalian punya pendapat, suarakan!
Terima kasih.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI