Ketika lahar panasmu membakar
Hijau yang membentang serentak menguning layu
Batang-batang kokoh roboh seperti tak berakar
Seperti hanya ada kulit yang berdiri tanpa kayu
Amarah menjadi satu dalam gumpal awan panas
Muntahkan sejuta kekesalan atas ketidakpedulian
Di puncakmu tak ada lagi putih seputih kapas
Yang dulu terus menyiram bumi dengan hujan
Dan embun pagi kini hilang tak berbekas
Bening sungai yang mengalir kini keruh berlumpur
Debu-debu beterbangan bebas dan lepas
Kemakmuran hilang dari lerengmu  yang subur
Paradae tangis histeris jadi lantunan lagu setiap detik
Keluh sesal jadi simfony tanpa akhir yang terus melangkah
Denting nada kesombongan pun remuk tak berkutik
Pada kaki puncakmu yang benar-benar murkah
#Jogjakarta,27 Mey 2016
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H