Mohon tunggu...
Dr. Dwi Suryanto
Dr. Dwi Suryanto Mohon Tunggu... Dosen - CEO Borobudur Training and Consulting

Direktur Borobudur Training & Consulting | Doktor bidang Leadership | Penulis buku Transformational Leadership | http://borobudur-training.com/

Selanjutnya

Tutup

Money

Destructive Leadership - Benarkah Merusak?

8 Agustus 2014   18:31 Diperbarui: 18 Juni 2015   04:03 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dulu ketika saya muda, saya punya atasan yang sepertinya dibenci semua orang di kantor itu. Siapa pun yang dipanggil masuk ke ruangannya, pasti dimarahi.

Ketika saya dipanggil ke ruangannya, ia mengatakan, "Kalau tidak ada yang harus saya marahkan, anda tidak akan saya panggil ke ruangan saya..."

Saat itu, suasana kerja di kantor itu sangatlah tegang. Mereka berusaha untuk menghindari bertemu boss. Kalau pun bertemu, mereka akan senyum kecut, senyum formal, senyum yang dipaksakan. Motivasi menurun, dan kinerja kantor itu juga menurun.

Para peneliti amat tertarik untuk melihat seberapa besar pengaruh pemimpin yang merusak (destructive leadership) ini terhadap motivasi dan perilaku karyawannya.

Dalam penelitian terbaru,  Quangyen Tran dan kawan-kawan meneliti pengaruh Destructive Leadership itu terhadap para karyawan. Mengambil penelitian di Vietnam dan melibatkan 323 karyawan dari 243 perusahaan pemerintah dan swasta, mereka memperoleh beberapa kesimpulan menarik.

Penelitian itu mereka muat pada  Journal of Applied Sciences 14.19 (2014).

Dari penelitian mereka ternyata terbukti bahwa destructive leadership berhubungan dengan loyalitas karyawan yang rendah, suara negatif dan ketidakpedulian terhadap organisasi.

Para bawahan melaporkan bahwa para atasan langsungnya menunjukkan perilaku destructive leadership yang sering dan konsisten dalam lima tahun terakhir.

Akibat yang ditimbulkan sudah jelas, karyawan tidak termovitasi, merasa tidak nyaman bekerja dan berbagai taktik yang menunjukkan mereka tidak peduli kepada organisasi

Menyadari hal ini, organisasi mestinya sadar bahwa ada hubungan yang signifikan antara perilaku merusak dari pemimpin dan perilaku negatif dari karyawan. Oleh karenanya, organisasi harus menciptakan lingkungan kerja yang menyenangkan, atasan harus menyadari bahwa perilaku mereka yang merusak sangatlah mempengaruhi semangat dan kinerja para bawahan.

Salam Kepemimpinan...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun