Meski begitu, Theys tidak pernah mundur. Ia terus berbicara, terus menulis, dan terus mengingatkan rakyatnya untuk tidak pernah melupakan siapa mereka dan mimpi mereka untuk merdeka dan berdiri di kaki sendiri.
Pada malam terakhirnya, sebelum ia pergi ke sebuah pertemuan penting, Theys berbicara kepada anak-anak dan cucunya. "Kalian mungkin tidak akan mengerti sekarang," katanya, suaranya penuh kelembutan, "tapi ingatlah satu hal, harga diri kita adalah warisan terbesar yang bisa kita jaga. Jangan pernah biarkan siapa pun merampasnya."
Keesokan harinya, kabar duka menyebar. Theys Hiyo Eluay ditemukan tak bernyawa. Kemartirannya meninggalkan luka yang dalam, tapi juga menyalakan api semangat yang tak pernah padam sampai saat ini.
Bagi masyarakat Papua, Theys bukan hanya seorang pemimpin. Ia adalah simbol keberanian, keteguhan hati, dan cinta yang tak tergoyahkan untuk tanah kelahirannya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H