Pagi itu para lansia, mereka bernama Boonaz L, Boonaz A, Boonaz N, Boonaz S, Boonaz I, dan Boonaz kembar A, sedang duduk sambil bercengkerama, ditemani minuman hangat dan makanan ringan.
Di tengah-tengah canda ria, Boonaz A berkata,"Hey guys, mari kita bermain pantun?" Kelima Boonaz yang lain, yaitu Boonaz L, N, S, I dan kembar A terdiam dan melongo. Kata Boonaz L,"Hei ada apa nih, ... emmm ... ok, aku siap." Keempat Boonaz yang lain, dalam keraguannya, berkata,"emmm ... ok ok, kami juga siap."
Boonaz N bertanya,"pantun tentang apa nih?"
"Tentang kita, yang sudah tua!"Jawab Boonaz A. Para Boonaz tertawa.
"Baiklah kami siap!" Seru para Boonaz yang lain. "Boonaz L mulai duluan deh."Kata Boonaz N. "Baiklah, aku yang duluan, dilanjutkan Boonaz A, N, S, I, dan kembar A."Jawab Boonaz L.
Boonaz L:
Terbaring lesu di tempat tidur
Acara televisi tak menarik
Ku tatap kulit tanganku yang kendur
Ku cubit kecil lalu kutarik
Boonaz A:
Larut malam semakin sunyi
Aku semakin banyak tanya
Dibawah kulit ada urat nadi
Siapa gerangan penciptaNYA
Boonaz N:
Hujan gerimis di luar rumah
Ruangan kamarku masih hangat
Dalam urat nadi mengalir darah
Sholat lima waktu tak pernah telat
Boonaz S:
Gerimis pergi hujan tak datang
Bintang menyinari gelap malam
Dalam daging ada tulang
Jangan benci jangan dendam
Boonaz I :
Jarum jam berbunyi tak tak tak
Tak mengeluh terus berputar
Dalam tubuhku ada yang berdetak
Diciptakan Allah Maha Benar.
Boonaz kembar A:
Rasanya aku semakin gigih.
Hendak bergegas ke tempat wudhu.
Meski rambutku tlah memutih.
Sholat tahajud tak pernah ragu.
"Amin", Ucap para Boonaz bersama-sama.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H