Mohon tunggu...
Yosep Suradal
Yosep Suradal Mohon Tunggu... Arsitek - Arsitektur dan Filosofi Alphabet (Pemegang/Inventor Rekor MURI Pembatas Buku LETSREAD)

Arsitektur dan Filosofi Alphabet

Selanjutnya

Tutup

Artificial intelligence

ChatGPT: Boonaz C,E,L,A & Puisi "Tidak Mencela yang Mencela"

29 Mei 2023   21:54 Diperbarui: 29 Mei 2023   22:00 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

AKU :

Halo ChatGPT, mohon buatkan cerita dengan konsep :
 
1). Tema cerita diambil dari puisi berjudul 'Tidak Mencela Yang Mencela', Karya Bpk Bambang Syairudin, Kompasiana :
https://www.kompasiana.com/bambangsy/646016e04addee098e795c92/fibonacci-puisi-tidak-mencela-yang-mencela

"Bertahanlah tidak mencela yang mencela.
Jangan balas celaannya.
Pelajarilah isinya.
Cermatilah isi dari kata-katanya.
Dan cara mengungkapkannya.
Semoga ada hikmahnya.
Tentu ada alasannya ia mencela.
Apakah ia tak suka ataukah ia terluka"
 
2). Dalam cerita ada dialog antara Boonaz C, Boonaz E, Boonaz L dan Boonaz A tentang makna puisi tersebut.

3). Dalam cerita harus ada unsur humornya.

ChatGPT :


Suasana sore itu di taman kota begitu ceria. Boonaz C, Boonaz E, Boonaz L, dan Boonaz A duduk berjejer di bawah pohon rindang. Mereka berempat adalah sahabat seperjalanan yang selalu menemukan cara untuk menyemarakkan suasana.


Boonaz C, sambil menggerakkan tangannya dalam irama, memulai percakapan, "Hei, teman-teman, dengarlah puisi yang menarik ini. Puisinya berjudul 'Tidak Mencela Yang Mencela'."


Boonaz E, yang selalu cerdas dalam menyimak, menjawab dengan riang, "Baiklah, ceritakan padaku! Bagaimana kita bisa bertahan tanpa mencela yang mencela?"


Boonaz L, yang gemar berfilosofi, menambahkan, "Kata-kata puisi itu mengajarkan kita untuk tetap tenang dan bijak saat dihadapkan dengan celaan. Kita tidak perlu membalasnya dengan celaan."


Boonaz A, yang selalu humoris, tidak bisa menahan diri untuk menyelipkan lelucon, "Tapi bagaimana jika celaannya seperti makanan yang tidak enak? Apakah kita harus mencerna celaannya itu?"


Mereka pun tertawa bersama-sama. Setelah senyap sejenak, Boonaz C menyambung, "Tidak, Boonaz A! Puisi ini mengajarkan kita untuk mempelajari isi celaan tersebut. Kita harus cermat menelaah kata-katanya dan cara penyampaian yang digunakan oleh orang yang mencela."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Artificial intelligence Selengkapnya
Lihat Artificial intelligence Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun