Boonaz kembar A dan R datang menjenguk Boonaz A di rumahnya. Mereka membawa buku-buku cerita dan permen sebagai hadiah untuk membuat Boonaz A merasa lebih baik. Mereka kemudian duduk di ruang tamu sambil membaca buku bersama.
Tiba-tiba, Boonaz A teringat tentang masalah dengan teman sekelasnya yang mencuri ide untuk lomba membuat poster. Ia merasa kesal dan tidak bisa berhenti memikirkan hal tersebut.
Boonaz K melihat Boonaz A yang gelisah dan bertanya, "Ada apa, A? Apa yang kamu pikirkan?"
Boonaz A mengeluh, "Aku masih kesal dengan teman sekelasku, dia mencuri ideku untuk lomba membuat poster. Aku merasa tidak dihargai!"
Boonaz K mengangguk setuju, "Aku juga pernah merasa seperti itu. Tapi, aku memutuskan untuk memaafkan dia dan melupakan kejadian itu. Itu memberikan kelegaan pada diriku sendiri."
Boonaz B menambahkan, "Iya, benar itu. Memaafkan bukan hanya memberikan kelegaan bagi yang meminta maaf, tapi juga bagi diri kita sendiri. Ketika kita memaafkan, kita membebaskan diri kita dari beban emosional yang berat dan memungkinkan kita untuk melanjutkan hidup dengan lebih damai dan bahagia."
Boonaz kembar A dan R juga mengangguk setuju. Mereka merasa bahwa memaafkan adalah tanda kematangan emosional dan spiritual.
"Tapi sebelum kita memaafkan kesalahan orang lain, kita juga harus bisa memaafkan diri sendiri lebih dulu," kata Boonaz A.
Boonaz K bertanya, "Apa maksudmu, A?"
Boonaz A menjelaskan, "Kadang-kadang, kita terlalu keras pada diri sendiri dan tidak bisa memaafkan kesalahan yang kita buat. Hal tersebut membuat kita merasa tertekan dan tidak bahagia. Kita harus belajar untuk memaafkan diri sendiri dan belajar dari kesalahan kita agar tidak terulang lagi di masa depan."
Boonaz B menambahkan, "Iya, aku setuju dengan kamu, A. Memaafkan diri sendiri adalah tanda kematangan emosional dan spiritual yang juga sangat penting."
Â
Boonaz A kemudian tersenyum dan merasa lega setelah berbicara dengan teman-temannya. Ia merasa lebih siap untuk memaafkan temannya yang mencuri ide untuk lomba poster.
Setelah beberapa hari berlalu, Boonaz A pulih dari cedera dan kembali ke sekolah. Di kelas, ia bertemu dengan temannya yang mencuri ide untuk lomba poster. Awalnya, Boonaz A merasa canggung dan enggan berbicara dengan temannya. Namun, setelah mengingat pembicaraan dengan teman-temannya tentang pentingnya memaafkan, ia memutuskan untuk mengatakan padanya bahwa ia telah memaafkannya.
Temannya terkejut dan merasa bersalah. Ia meminta maaf dan berjanji tidak akan mengulangi lagi. Boonaz A tersenyum dan merasa senang karena ia telah membebaskan dirinya dari beban emosional yang berat dan bisa melanjutkan hidup dengan lebih damai dan bahagia.