"Mari kita belajar bersama-sama dengan giat dan ceria. Kita harus memahami makna belajar sebagai hakikat pendidikan itu sendiri." kata Boonaz A.
"Ya!" seru Boonaz D dan Boonaz E bersama-sama.
Mereka pun melanjutkan belajar mereka dengan semangat baru. Mereka tidak hanya menghafal rumus-rumus dan fakta-fakta, tapi juga memahami konsep-konsep dan prinsip-prinsip. Mereka tidak hanya menjawab soal-soal, tapi juga menyelesaikan masalah-masalah. Mereka tidak hanya belajar sendiri-sendiri, tapi juga berdiskusi dan berbagi pengetahuan.
Mereka juga tidak pernah mencari jawaban-jawaban ujian atau tugas sekolah menggunakan jawaban dari chat AI. Mereka tahu bahwa itu adalah cara yang tidak jujur dan tidak bertanggung jawab. Mereka tahu bahwa itu adalah cara yang tidak menghormati diri sendiri dan orang lain. Mereka tahu bahwa itu adalah cara yang tidak mengembangkan diri mereka.
Mereka sadar bahwa chat AI hanyalah sebuah alat bantu yang bisa memberikan informasi dan inspirasi, tapi bukan pengganti dari proses belajar mereka. Mereka sadar bahwa chat AI tidak bisa menggantikan guru-guru mereka yang telah berusaha keras untuk mengajar dan membimbing mereka. Mereka sadar bahwa chat AI tidak bisa menggantikan teman-teman mereka yang telah mendukung dan menyemangati mereka.
Mereka sadar bahwa belajar itu adalah hak mereka, tapi juga kewajiban mereka. Mereka sadar bahwa belajar itu adalah kesenangan mereka, tapi juga tantangan mereka. Mereka sadar bahwa belajar itu adalah cita-cita mereka, tapi juga kenyataan mereka.
Mereka sadar bahwa belajar itu adalah hidup mereka.
Selesai.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H