Mohon tunggu...
Bonardo Paruntungan
Bonardo Paruntungan Mohon Tunggu... -

Hanya saya saja!

Selanjutnya

Tutup

Politik

Pilkada Serentak: Isu-isu menarik yang menyertai sejarah baru berNegara demokrasi langsung di NKRI

26 Juli 2015   16:21 Diperbarui: 26 Juli 2015   16:37 353
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Salam untuk semua...

Tanpa sadar, hari ini sudah dimulai tahapan Pilkada Serentak di Indonesia yang mencapai 204 daerah. Sebelumnya kita menerima kenyataan bahwa Penjaga Konstitusi yang handal milik kita bersama yakni MAHKAMAH KONSTITUSI (MK) mengeluarkan beberapa putusan yang dipandang kalangan atau sebagian masyarakat atau hampir semua masyarakat kurang greget dalam membangun demokrasi di NKRI.

Beberapa isu menarik yang hanya mampu saya temukan dalam kurun singkat dan seadanya adalah :

1. PUTUSAN MK TERHADAP PERSYARATAN CALON KEPALA DAERAH DALAM PILKADA SERENTAK 2015

Putusan MK tersebut mulai dari dalil melanggengkan dinasti, melemahkan efek jera dalam penegakan hukum di bidang pemberantasa korupsi, dan lain sebagainya. Tulisan selanjutnya saya rencanakan membahas tentang Putusan-Putusan MK tersebut.

Saya yakin Putusan MK tersebut harus menjadi pedoman dan mampu mengantisipasi keadaan di masa datang karena MK dicita-citakan mampu memgawal dan menegakkan konstitusi NKRI. Dengan kata lain, harapan rakyat adalah kepentingan sesaat atau segelintir atau untuk kepentingan jangka pendek kiranya benar-benar jauh dari hati nurani para Hakim Konstitusi. 

2. TUJUAN  AWAL PILKADA SERENTAK 2015 DIDUGA MELESET

Pilkada Serentak 204 daerah adalah sejarah baru yang didasari tujuan untuk efisiensi dan efektivitas. Soal ini, ada beberapa artikel yang menduga kemungkinan biaya justru lebih besar, nah itu baru satu, besok mungkin ada lain isu lagi. Kalu saya tidak salah ingat PERLUDEM memaparkan beberapa kajian kemungkinan melesetnya tujuan awal tersebut terkait kemungkinan minimnya pemilih dan lain-lain. Lebih lengkapnya sila membaca langsung kajian PERLUDEM.

Saya pribadi lebih mengharapkan PILKADA SERENTAK akan menghasilkan KEPALA DAERAH yang handal dan selaras dengan arah kebijakan NKRI yang komando pusatnya ditangan Pemerintahan Presiden Jokowi bekerja sama, bergotong-royong dengan DPR RI, Lembaga Yudikatif dan Lembaga Negara lainnya tanpa terkecuali. NKRI itu ada karena gotong royong tanpa sekat.

3. CALON TUNGGAL DAN PENCALONAN EKS NAPI

Kota Surabaya yang dipimpin secara baik oleh Bu Risma telah mendorong berbagai asumsi dan pendapat Pilkada Kota Surabaya dapat saja hanya diramaikan satu calon, itu baru katanya. Keadaan seperti itu susah juga menganalisisnya sebagai hal baik atau kurang baik. Rasa-rasanya rakyat juga harus memahami konsekuesi seperti itu. Banyak lagi nanti asumsi proyeksi ke depan namun saya yakin Indonesia akan menciptakan banyak Pemimpin masa depan.

Fenomena calon tunggal sepertinya bisa disandingkan dengan adanya calon dari mantan Kepala Daerah yang pernah tersandung kasus hukum. Jika diamati, Calon dari eks terhukum atau NAPI dalam posisi cukup sulit. Pak JK dalam beberapa news online mewanti-wanti adanya potensi black campaign. Saya menduga momem kampanye dengan black campaign adalah kenyataan namun kita patut menunggu kehebatan tim kampanye dan sang calon eks tersebut dalam menepis dan membalikkan keadaan. Sesuatu yang patut ditunggu. 

Untuk saat ini, itulah sebagian isu menarik yang mudah saya cerna. Semoga Pilkada serentak ini membangunkan rakyat dari kebiasaan tidur politik dari memilih apa adanya atau sekedar saja menjadi "beringas" dengan kepo kekinian yang valid bukan gosip.

Tetap semangat!

Ando Sinaga

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun