Kita tentunya sudah terbiasa mendengar terjadinya bencana banjir di beberapa wilayah negeri ini. Bencana tersebut menyisakan derita dan nestapa bagi yang terkena serta memberikan pekerjaan rumah bagi penyelenggara negara agar mereka lebih serius menanggulanginya.
Tapi, bencana yang juga tidak kalah dahsyat adalah banjir janji politik siklus lima tahunan bertajuk pilpres. Banjir janji-janji politik ini biasanya mulai datang secara bertubi-tubi beberapa bulan berlangsungnya pemungutan suara melalui iklan-iklan di media massa, baik di media cetak maupun elektronik.
Sebenarnya sumber dari dua bencana yang menakutkan di atas adalah sama, yaitu sama-sama berasal dari keserakahan dan nafsu manusia. Perbedaannya, banjir air terjadi karena manusia teledor dan kebablasan dalam mengelola alam, sedangkan banjir janji politik adalah akibat dari dikuasainya manusia oleh nafsu kekuasaan.
Dan kita semua tahu, dampak buruk banjir janji jauh lebih berbahaya dibanding dampak banjir air. Sebab, dampak dari banjir janji tidak mudah terdeteksi karena datangnya disertai dengan semilirnya angin surga yang membuat publik terlena. Bahkan tidak ada tanda peringatan atau sirine tanda bahaya untuk memberitahu kedatangannya.
Selain itu, daya hancur dari banjir janji politik juga menyentuh tataran peradaban dan dapat melumpuhkan sendi-sendi kehidupan politik. Kredibilitas demokrasi serta lembaga-lembaga politik dan pemerintahan juga bakal semakin melorot.
Parahnya lagi, masyarakat biasanya terlambat menyadari kesalahannya dalam memilih para pengumbar janji-janji tersebut. Sebab biasanya setelah sang pengobral janji berkuasa, perilakunya berbanding terbalik dengan saat mereka mengumbar janji.
Lihat saja janji-janji berupa iklan capres yang bergentayangan di sekitar kita sejak beberapa bulan lalu. Kemunculannya tidak mengenal waktu dan tempat. Ada di mana-mana. Bahkan jumlah dana yang dikeluarkan untuk menampilkan iklan-iklan tersebut mencapai ratusan miliar.
Berdasarkan data temuan SatuDunia.net, seperti yang dimuat dalam situs www.iklancapres.org, untuk berbagai media yang ada di Jakarta saja, sudah Rp 114,62 miliar uang yang dibelanjakan untuk iklan capres.
Sementara menurut data hasil riset yang dilakukan oleh perusahaan konsultan Sigi Kaca Pariwara, terungkap bahwa total belanja iklan televisi untuk kampanye Pilpres 2014 tercatat mencapai Rp 186,63 miliar. Masing-masing capres mengeluarkan dana yang hampir berimbang untuk keperluan tersebut.
Karena itulah, belajar dari pengalaman-pengalaman pemilu sebelumnya, rakyat harus Siaga 1 dalam mengantisipasi dan menindaklanjuti janji-janji yang sudah diembuskan para capres dan cawapres dalam Pilpres 2014 kemarin. Ayo kita tagih janji-janji mereka.
Sumber foto:http://4.bp.blogspot.com/-K63IovEFkxE/U1PZf-6fNFI/AAAAAAAAJZM/-EAcZ9uGC0k/s1600/Jokowi+4PRI.jpg
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H