Mohon tunggu...
Bonnie Eko Bani
Bonnie Eko Bani Mohon Tunggu... lainnya -

Pembaca teks dan konteks yang suka menulis. Tulisan pernah singgah di KOMPAS, Jawa Pos, Bisnis Indonesia, Tabloid BOLA, Koran Jakarta, Suara Merdeka, Harian JOGJA, SOLOPOS, dan JOGLOSEMAR

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Bersyukur Tanpa Korupsi

3 November 2013   10:16 Diperbarui: 24 Juni 2015   05:39 210
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Korupsi di Indonesia sudah sangat endemik dan menjadi budaya. Bisa jadi, korupsi telah menjadi gaya hidup (life style) masyarakat kita. Tidak afdhal kalau tidak korupsi, hidup tak lengkap tanpa korupsi. Begitulah kiranya, slogan masyarakat kita yang berkembang saat ini. Di semua lini kehidupan, telah terjangkiti virus korupsi. Bahkan, di kementerian yang mengurusi akal dan akhlak bangsa (pendidikan dan agama), tidak luput dari perilaku korup. Bahkan, seseorang yang mengaku dan bergaya Muslim sekaligus berkiprah di partai-partai Islam pun begitu korupnya dalam mengambil uang rakyat.

Kita memang hidup dalam sistem dan lingkungan yang korup. Perilaku korupsi, kebanyakan dilakukan para pemimpin atau pegawai di instansi pemerintahan. Betapa banyak, mantan menteri, kepala daerah, maupun kepala dinas di pusat maupun daerah menjadi tersangka korupsi. Mereka menjadi penghuni "hotel prodeo" begitu masa jabatanberakhir atau saat sedang menjabat.

Tidak semua koruptor duduk di instansi pemerintahan. Tetap ada segelintir pejabat yang jujur dan bersih. Tetapi, sebagian besar pejabat melakukan korupsi. Dalam jumlah besar maupun kecil, mereka pernah bertindak korup. Mereka yang mendapat amanah sebagai pemimpin dan masih korup, bisa dikatakan tidak dapat menjaga amanah. Tidak bisa menunaikan kewajiban dengan penuh tanggung jawab.

Padahal, dalam ajaran Islam (aswaja) sebuah amanah dan kepemimpinan yang diemban, harus dipertanggungjawabkan di dunia dan akhirat. Di dunia, pemimpin harus bertanggungjawab kepada pemilih dan yang dipimpinnya. Sementara di akhirat, bertanggungjawab kepada Allah. Dan seyogyanya, para pemimpin (yang Muslim) bisa memaknai dan mensyukuri amanah yang diemban.

Ketika memegang amanah sebagai pemimpin, kita harus memaknainya sebagai, sarana mengangkat derajat rakyat kecil dan untuk beribadah kepada-Nya. Seorang pemimpin, harus memiliki semangat antikorupsi demi minterke –bukanminteri–rakyat. Artinya, seorang pemimpin harus mencerdaskan dan mengangkat derajat rakyat yang dipimpinnya. Bukan membodohi dan menjadikannya anak tangga meraih kekuasaan. Selain itu, pemimpin harus memiliki mental melayani –bukan minta dilayani– bawahan sekaligus rakyat yang dipimpinnya. Pemimpin jujur dan antikorupsi akan berdampak pada meningkatnya kesejahteraan rakyat.

Bersyukur

Sebagai pemimpin, setiap orang atau kita harus memaknainya sebagai ibadah kepada Allah dan sarana untuk mendapat ridha-Nya. Salah satu bentuk ibadahadalah bersyukur terhadap apapun yang diberikan Allah pada kita. Menjadi pemimpin yang bersyukur dan tidak korupsi, akan semakin menambah nikmat Allah di dunia dan akhirat. Seperti janji-Nya dalam (QS. Ibrahim: 7), bahwa siapa yang bersyukur akan Ku-tambah nikmatnya dan bila kufur, maka adzab-Ku sangatlah pedih.

Oleh karena itu, setiap pemimpin harus mensyukuri amanah kepemimpinan yang diembannya. Bersyukur tanpa korupsi, salah satu manifestasi rasa bersyukur tersebut. Dengan tidak korupsi, amanah kepemimpinannya bisa menjadi nikmat dan anugerah Allah yang akan terus bertambah. Tanpa korupsi, rakyat dan Allah akan mencintai pemimpin tersebut. Allah akan memuliakan pemimpin yang adil dan anti korupsi, dengan kemuliaan hidup di dunia dan akhirat.

Kepada para pemimpin struktural maupun kultural di negeri ini, marilahbersyukurtanpa korupsi. Mari mencerdaskan (dan tidak membodohi) rakyat atau orang-orang yang kita pimpin, baik pada diri sendiri, keluarga, masyarakat, negara maupun bangsa. Niscaya, Allah akan menyejahterakan negeriini dengan limpahan rahmat, rejeki, dan ridha-Nya. Sehingga, negeri ini menjadi sejahtera, makmur, penuh ampunan-Nya, dan Dia selalu meridhai semua yang hidup di negeri ini. Allah menjauhkan segala adzab dari kita, dan menjadikan negeri inibaldatun wa Rabbun ghafur.

Bonnie Eko Bani, Alumnus Universitas Muhammadiyah Solo (UMS), Jawa Tengah

http://www.islam-institute.com/

http://www.cyberdakwah.com./#

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun