Kasus Poso, sebelum pertikaian beragama meluas, yang menjadi sebab adalah perebutan kekuasaan. Sempat mereda saat dalang konflik ditangkap, namun berulang kembali saat pemuda kristen yang sedang mabuk memukul penjaga masjid, imbas dari persoalan tersebut membuka multi effect yang akhirnya meluas bukan lagi pada tataran konflik kekuasaan namun pada konflik agama, yaitu Islam dan Kristen.
Adnan Arsal panglima poso dari kelompok Islam dalam wawancarnya di dalam salah satu kanal youtube, mengatakan bahwa peluang konflik saat itu tidak sampai kepada konflik beragama sangat mungkin terjadi, akan tetapi penyelesaian konflik  yang tidak tuntas terutama persoalan penegakan keadilan hukum baik dari umat Islam maupun Kristen, menjadi jalan terbuka untuk gelombang kedua dari konflik tersebut terjadi.
Dalam setiap konflik tentu terdapat sebuah pola termasuk dalam konflik poso, dimulai oleh konflik kekuasaan, berimbas kepada konflik yang lebih personal, dan mengalami Jeda, dalam hal ini adalah masa yang genting apabila penanganan tidak sampai selesai maka akan berlanjut kepada konflik serupa yang lebih besar dan berakhir kepada konflik beragama. Pola, tersebut tidak hanya terjadi di Poso, semisal di Khasmir, Mindanao, dan juga Patani.Â
Hasil pembacaan penulis saat ini Gejala konflik dengan pola yang sama saat konflik di Poso samar-samar sedang terjadi di Kabupaten Lahat . Proses Alung, menjadi pandora box. Kehati-hatian dan penanganan yang rigit patutnya menjadi perhatian khusus. memang diperlukan penelitian lebih mendalam soal apakah benar posisi gejala tersebut sedang berada di fase "Jeda" dalam masyarakat Lahat. namun, patut juga sebagai pertimbangan tulisan ini menjadi Wake Up Call kita semuanya.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H