Mohon tunggu...
Boni Vaxius
Boni Vaxius Mohon Tunggu... Lainnya - Menangis waktu lahir, senyum waktu hidup.

Mencoba merangkai kata dari pikiran melalui apa yang dilihat, dirasakan, dimengerti, dan didengar

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Keluarga, Sebuah Drama Kecil Kehidupan

9 Mei 2020   11:37 Diperbarui: 9 Mei 2020   11:45 187
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Photo by Javardh on Unsplash

Keluarga, sebuah kata bermakna banyak. Terbentuk karena garis keturunan ataupun darah yang mengalir namun, banyak juga yang terhubung karena pengalaman yang dilewati bersama.

Dalam perjalanannya, kehidupan berkeluarga selalu memiliki warna yang beragam. Setiap rumah memiliki budaya atau kebiasaan yang berbeda-beda. Sama seperti sebuah bangunan yang terlihat kokoh di luar bisa jadi memiliki dasar atau fondasi yang lemah, begitupun keluarga.

Kita tidak bisa memilih lahir di keluarga seperti apa, begitupun dengan suku dan bangsa yang ada. 

Tapi bukankah kita bisa membangun keluarga seperti yang kita inginkan? 

Disinilah semua bermula, ketika tersadar bahwa hubungan darah hanya sebatas pengelompokan, status keluarga hanya sebuah formalitas, kasih sayang hanya seperti sebuah tuntutan dalam menjalankan sebuah kewajiban sosial yang turun temurun diwariskan.

Setiap keluarga memiliki pola komunikasi yang berbeda, memiliki cara pandang yang berbeda, dan memiliki pengalaman yang berbeda. Bahkan, sepasang insan manusia yang mencoba untuk membangun keluarga pastilah memiliki latar belakang berbeda.

Tidak salah berbeda, tapi apakah tiap individu didalamnya memiliki pemahaman yang sama tentang keluarga?

Tidak apa berbeda pandangan dengan keluarga, tapi apakah memiliki tujuan bersama?

Tidak apa bila tidak memiliki tujuan bersama, tapi apakah mau berjuang satu sama lain dalam keluarga?

Kita tidak berbicara mengenai sebuah hubungan keluarga yang tidak diinginkan. Kita berbicara mengenai keluarga yang memang ingin dibentuk dari awal.

Setiap insan dalam keluarga memiliki peran masing-masing. Setiap peran yang dijalankan memiliki konfliknya masing-masing. Namun seperti sebuah pertunjukan panggung yang baik, setiap peran harus maksimal menjalankan tugasnya. Kehidupan keluarga tidak pernah mudah, ketika para pemeran lupa akan naskahnya.

Menengok panggung yang lain tidak salah, tidak pernah. Tetapi, lupa panggung sendiri hanya akan memberatkan pemeran lain yang ingin untuk drama terus dijalankan.

Nyatanya, kehidupan keluarga adalah drama kecil kehidupan. Karena hidup terus berjalan, begitu juga dengan panggung drama terus mementaskan para pemeran. Setiap pementasan selalu butuh kerja keras dan setiap drama yang indah perlu butuh kerjasama dari antar pemain.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun