Keluarga, sebuah kata bermakna banyak. Terbentuk karena garis keturunan ataupun darah yang mengalir namun, banyak juga yang terhubung karena pengalaman yang dilewati bersama.
Dalam perjalanannya, kehidupan berkeluarga selalu memiliki warna yang beragam. Setiap rumah memiliki budaya atau kebiasaan yang berbeda-beda. Sama seperti sebuah bangunan yang terlihat kokoh di luar bisa jadi memiliki dasar atau fondasi yang lemah, begitupun keluarga.
Kita tidak bisa memilih lahir di keluarga seperti apa, begitupun dengan suku dan bangsa yang ada.Â
Tapi bukankah kita bisa membangun keluarga seperti yang kita inginkan?Â
Disinilah semua bermula, ketika tersadar bahwa hubungan darah hanya sebatas pengelompokan, status keluarga hanya sebuah formalitas, kasih sayang hanya seperti sebuah tuntutan dalam menjalankan sebuah kewajiban sosial yang turun temurun diwariskan.
Setiap keluarga memiliki pola komunikasi yang berbeda, memiliki cara pandang yang berbeda, dan memiliki pengalaman yang berbeda. Bahkan, sepasang insan manusia yang mencoba untuk membangun keluarga pastilah memiliki latar belakang berbeda.
Tidak salah berbeda, tapi apakah tiap individu didalamnya memiliki pemahaman yang sama tentang keluarga?
Tidak apa berbeda pandangan dengan keluarga, tapi apakah memiliki tujuan bersama?
Tidak apa bila tidak memiliki tujuan bersama, tapi apakah mau berjuang satu sama lain dalam keluarga?
Kita tidak berbicara mengenai sebuah hubungan keluarga yang tidak diinginkan. Kita berbicara mengenai keluarga yang memang ingin dibentuk dari awal.
Setiap insan dalam keluarga memiliki peran masing-masing. Setiap peran yang dijalankan memiliki konfliknya masing-masing. Namun seperti sebuah pertunjukan panggung yang baik, setiap peran harus maksimal menjalankan tugasnya. Kehidupan keluarga tidak pernah mudah, ketika para pemeran lupa akan naskahnya.