Mohon tunggu...
Bonifasius Pandu
Bonifasius Pandu Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Seorang mahasiswa semester akhir yang ingin mencoba untuk menuangkan pemikirannya lewat tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Cryptocurrency Pilihan

Maksimalkan Profit dan Minimalkan Loss Trading dengan Analisis Teknikal

27 April 2023   01:00 Diperbarui: 27 April 2023   01:05 813
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Contoh kombinasi dari penggunaan analisis teknikal. Sumber: koleksi pribadi

Trading atau perdagangan merupakan kegiatan jual beli aset finansial seperti saham, mata uang, dan komoditas dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan dari selisih harga beli dan harga jual. 

Dalam beberapa tahun terakhir, trading telah menjadi semakin populer di kalangan masyarakat, terutama dengan adanya platform online trading yang memudahkan akses dan transaksi. Namun, seperti halnya bisnis lainnya, trading juga memiliki risiko dan memerlukan pemahaman yang baik tentang pasar keuangan serta strategi yang tepat untuk menghasilkan keuntungan. 

Technical analysis atau analisis teknikal ini merupakan metode dalam dunia online trading untuk menganalisa pergerakan harga suatu aset dengan menggunakan grafik dan indikator teknikal untuk memprediksi arah harga selanjutnya. Analisis teknikal ini memiliki konsep yang sama, sehingga dapat dipraktikkan di saham, forex, maupun cryptocurrency. 

Dengan mempelajari analisis teknikal, kita dapat melakukan trading di salah satu instrumen keuangan tersebut. Salah satu tools yang dapat digunakan adalah TradingView. Dalam analisis teknikal, ada beberapa hal yang dapat diperhatikan untuk memaksimalkan keuntungan dan meminimalisir kerugian, diantaranya sebagai berikut. 

1. Ikutilah Tren Pasar 

Mengikuti tren pasar adalah salah satu cara untuk meminimalisir risiko dalam dunia trading. Tren adalah arah pergerakan harga yang terjadi dalam jangka waktu tertentu. Tren dapat dibagi menjadi tiga, yaitu uptrend (tren naik), downtrend (tren turun), dan sideways (tren datar). 

Jika mengikuti tren, kita dapat mengidentifikasi tren yang sedang terjadi dan mencari peluang untuk entry atau exit posisi saat breakout (keluar dari tren). Dalam menganalisa tren, selalu dahulukan dari timeframe yang besar, seperti 1 bulan, 1 minggu, ataupun 1 hari untuk melihat major trend.

Perpindahan trend dari uptrend menuju downtrend pada titik breakout. Sumber: koleksi pribadi 
Perpindahan trend dari uptrend menuju downtrend pada titik breakout. Sumber: koleksi pribadi 

Dari gambar ini, jika kita sedang memiliki aset dalam posisi buy, maka dititik breakout ini perlu berhati-hati karena tren telah bergerak downtrend dari uptrend. Adapun tips dalam menggambar tren sebagai berikut: 

  • Tingkat kemiringan 45°. Hal ini dilakukan karena dengan tren yang memiliki kemiringan tersebut, harganya sedang tidak volatile (pergerakan naik turunnya harga yang terjadi secara cepat), sehingga masih memungkinkan untuk trading dengan risiko yang lebih kecil. 
  • Buat garis tren dengan menghubungkan minimal 2 titik (ekor candle atau badan candle). Jika menggunakan ekor candle, hubungkan ke ekor-ekornya. Jika menggunakan badan candle, hubungkan ke setiap badannya. 
  • Jika harga terlihat bergerak turun, buatlah garis tren dari atas. Jika naik, sebaliknya. Tujuannya adalah untuk menentukan apakah candle sudah breakout (keluar melewati trend) dari tren yang dibuat, sehingga terdapat sinyal beli atau jual. 

Tren ini dapat digunakan sebagai titik jual ataupun beli dengan memperhatikan titik breakout. Dengan memperhatikan langkah ini juga, risiko dari analisa yang dibuat dapat diminimalisir.

2. Tentukan Titik Support dan Resistance

Setelah menentukan tren, gunakan support atau resistance untuk melihat dimana area beli atau jual. Istilah support dalam trading mengacu pada area dimana harga tertahan selama periode tertentu dan berbalik naik. Support ini dapat disebut juga dengan area demand (permintaan). Resistance ini adalah area dimana harga tertahan selama periode tertentu dan berbalik turun. Resistance ini dapat disebut juga dengan area supply (penawaran). 

Contoh dari support dan resistance. Sumber: koleksi pribadi 
Contoh dari support dan resistance. Sumber: koleksi pribadi 

Saat terjadi breakout pada support, support tersebut akan menjadi resistance, dan begitu juga sebaliknya pada resistance yang di-breakout akan menjadi support. Untuk meminimalisir risiko, menentukan titik support atau resistance ini perlu diperhatikan hal sebagai berikut. 

  • Selalu melihat dari timeframe yang lebih besar, seperti 1 bulan, 1 minggu, ataupun 1 hari untuk melihat major support. 
  • Perhatikan area dimana harga berulangkali tertahan dalam periode yang cukup lama di area tertentu.

Support kuat dengan volume yang cukup besar. Sumber: koleksi pribadi 
Support kuat dengan volume yang cukup besar. Sumber: koleksi pribadi 
  • Perhatikan volume di area tersebut. Volume yang besar pada area tersebut bisa sebagai indikator support atau resistance tersebut kuat. 
  • Perhatikan swing low pada support dan swing high pada resistance. Swing high merujuk pada puncak tertinggi dalam suatu pergerakan harga, sedangkan swing low merujuk pada titik terendah dalam pergerakan harga. 
  • Biasanya, setelah tertahan di area support atau resistance harga bisa kembali ke area support atau resistance tersebut untuk retest kekuatan support atau resistance itu. 

Menggabungkan tren dengan support dan resistance ini akan semakin memantapkan analisa. Maka dari itu, setelah menentukan tren, buatlah area support atau resistance pada volume yang cenderung besar dan harga ada pembalikan arah dari riwayat sebelumnya pada area tersebut. 

3. Mengetahui Candlestick dan Chart Pattern

Candlestick dalam dunia trading merupakan representasi visual dari pergerakan harga pasar dalam bentuk grafik. Candlestick terdiri dari sebuah "body" yang menunjukkan rentang antara harga pembukaan dan penutupan, serta "shadow" yang menunjukkan rentang harga tertinggi dan terendah selama periode waktu tertentu. 

Jika harga penutupan lebih tinggi dari harga pembukaan, body akan diwarnai putih atau hijau. Jika harga penutupan lebih rendah dari harga pembukaan, body akan diwarnai hitam atau merah.

Macam-macam pola candlestick. Sumber: Hubstler.com 
Macam-macam pola candlestick. Sumber: Hubstler.com 
Chart pattern dalam dunia trading merupakan pola-pola tertentu pada grafik harga aset finansial yang digunakan oleh trader untuk mengidentifikasi arah pergerakan harga selanjutnya. Pola-pola tersebut dapat terbentuk karena faktor-faktor fundamental, sentimen pasar, atau tindakan pembeli dan penjual di pasar. 

Gambar macam-macam dari chart pattern. Sumber: gicindonesia.com 
Gambar macam-macam dari chart pattern. Sumber: gicindonesia.com 
Kedua hal ini sangat penting untuk diketahui. Cara menghafalkan chart pattern adalah dengan menonton YouTube dan praktik menggambar langsung pada TradingView. Perlu diingat, gambar chart pattern ini kadang hanya ilusi. Misalnya seperti pada gambar berikut: 

Contoh pemaksanaan dalam menggambar chart pattern. Sumber: koleksi pribadi 
Contoh pemaksanaan dalam menggambar chart pattern. Sumber: koleksi pribadi 
Gambar tersebut dikatakan memaksa karena garis trend yang dibuat terlalu jauh jaraknya antara garis trend atas dengan garis tren bawah, sehingga gambar diatas menunjukan tidak adanya pola yang terbentuk.   

Contoh bearish pennant pattern. Sumber: koleksi pribadi 
Contoh bearish pennant pattern. Sumber: koleksi pribadi 
Gambar diatas adalah contoh dalam menggambar chart pattern. Garis tren atas dengan yang bawah jaraknya hampir sama dan terlihat membuat pola bearish pennant. 

"Trade what you see, not what you think."

Sementara untuk candle, bisa dengan sering mengamati candle dan melihat gambar, list, dan nama dan bentuk candlestick pada saat mengamati chart.

4. Gunakan Indikator seperti MACD atau Moving Average 

Indikator MACD (Moving Average Convergence Divergence) umumnya dipakai untuk mendeteksi perubahan momentum dan arah tren. Indikator ini terdiri dari dua jenis garis, yakni garis MACD serta garis sinyal. Garis MACD dihasilkan dari selisih dua Exponential Moving Average (EMA) yang berbeda, sedangkan garis sinyal merupakan exponential moving average dari garis MACD. Bila terjadi perpotongan antara kedua garis tersebut, maka dapat memberikan sinyal beli atau jual. Tapi MACD tidak hanya sesimpel itu, MACD memiliki polanya juga seperti gambar berikut. 

pasted-image-0-6449608c08a8b574d92b4d92.png
pasted-image-0-6449608c08a8b574d92b4d92.png
Macam-macam divergence pada MACD. Sumber: theinvestingid.com 

Divergence ini dimaksudkan sebagai perbedaan antara pergerakan harga dengan indikator (MACD atau RSI). Ada dua jenis divergence, yaitu bullish divergence dan bearish divergence. Bullish divergence terjadi ketika indikator menunjukkan pola higher low (lembah yang semakin tinggi) sementara harga menunjukkan lower low (lembah yang semakin rendah). Hal ini menunjukkan bahwa meskipun harga semakin rendah, tekanan jual mungkin mulai melemah, dan pembalikan harga ke arah bullish kemungkinan akan terjadi. Di sisi lain, bearish divergence terjadi ketika indikator teknis menunjukkan pola lower high (puncak yang semakin rendah) sementara harga menunjukkan higher high (puncak yang semakin tinggi). Hal ini menunjukkan bahwa meskipun harga semakin tinggi, tekanan beli mungkin mulai melemah, dan pembalikan harga ke arah bearish kemungkinan akan terjadi.

Contoh bearish divergence. Sumber: koleksi pribadi 
Contoh bearish divergence. Sumber: koleksi pribadi 
Selain itu, perlu diketahui istilah golden cross dan death cross. Golden cross adalah kondisi dimana garis biru (garis MACD) berada dibawah garis merah (garis sinyal) dan garis biru tersebut memotong keatas, sehingga posisinya menjadi garis biru diatas garis merah. Golden cross biasanya sebagai sinyal beli.  

Kondisi golden cross. Sumber: koleksi pribadi 
Kondisi golden cross. Sumber: koleksi pribadi 
Death cross merupakan kondisi dimana garis biru (garis MACD) berada diatas garis merah (garis sinyal) dan garis biru tersebut memotong kebawah, sehingga posisinya menjadi garis biru dibawah garis merah. Death cross biasanya sebagai sinyal jual. 

Kondisi death cross. Sumber: koleksi pribadi 
Kondisi death cross. Sumber: koleksi pribadi 

MACD ini sangat berguna sebagai sinyal entry atau exit. Dengan memanfaatkan perpotongan antara garis MACD dengan garis sinyal akan membuat analisa lebih aman, digabungkan juga dengan analisis teknikal lainnya, seperti chart pattern, area support dan resistance, dan lain-lain.

Sementara Moving Average (MA) merupakan rata-rata harga selama periode waktu tertentu, yang secara terus-menerus dihitung selama periode waktu tersebut berlangsung. Periode ini tergantung dengan MA yang di-set. Misal, kita menggunakan MA 20, maka periodenya adalah 20 candle di timeframe tersebut. MA juga dapat digunakan sebagai support maupun resistance. 

Contoh MA 90 yang dijadikan sebagai titik support. Sumber: koleksi pribadi 
Contoh MA 90 yang dijadikan sebagai titik support. Sumber: koleksi pribadi 

5. Gunakan Indikator Fibonacci dan Position untuk Set Target Profit dan Stop Loss

Indikator Fibonacci ini merupakan bagian dari analisis teknikal yang digunakan untuk mengidentifikasi level-level support dan resistance pada grafik harga. Selain itu, Fibonacci dapat menjadi target untuk take profit maupun stop loss. Alih-alih membahas lebih dalam soal Fibonacci dan sejarahnya, saya akan membahas cara menggunakan Fibonacci dalam analisis teknikal. 

  • Set Fibonacci pada angka-angka tertentu. Saya pribadi menggunakan Fibonacci 0, 0.5, 0.618 (golden ratio), 1, 1.272, dan 1.618.
  • Tentukan titik tertinggi (swing high) dan titik terendah (swing low) sebelum menarik garis.  
  • Untuk target buy/long, tarik dari titik atas (swing high) ke titik bawah (swing low). Untuk target short sell, tarik dari titik bawah ke titik atas.

Contoh target short selling dari titik swing high (titik 0) ke titik swing low (titik 1). Sumber: koleksi pribadi 
Contoh target short selling dari titik swing high (titik 0) ke titik swing low (titik 1). Sumber: koleksi pribadi 
Setelah memiliki target, gunakan stop loss pada titik swing high (untuk posisi short sell) dan pada titik swing low (untuk posisi long/buy). 

Selanjutnya, dapat dikombinasikan dengan tool bernama "long position" atau "short position". Kegunaan dari tool tersebut adalah untuk melihat risk and reward ratio. Risk and reward ratio ini adalah perbandingan risiko dan hadiah yang kita dapatkan saat mencapai target, baik target take profit maupun target stop loss. Hasil akhirnya akan seperti ini.

 

Contoh kombinasi dari penggunaan analisis teknikal. Sumber: koleksi pribadi
Contoh kombinasi dari penggunaan analisis teknikal. Sumber: koleksi pribadi
Gambar diatas adalah contoh short selling dengan target take profit di Fibonacci 1.272 dan 1.618 untuk target yang kedua. Sementara stop loss berada pada resistance. Dengan adanya penggunaan position tool, dapat diketahui bahwa risk/reward ratio adalah 2.24 dengan target take profit sebesar 8.59% dan stop loss 3.83%. Ini merupakan peluang dengan risiko yang kecil dibandingkan dengan keuntungan yang didapatkan. 

Selain analisis teknikal, mental yang baik dan kedisiplinan dalam trading plan perlu diperhatikan untuk memaksimalkan keuntungan. Membuat trading plan yang matang dan harus memiliki keyakinan penuh untuk siap kehilangan uang jika analisa yang berjalan tidak sesuai.

Tidak ada analisa yang 100% benar. Di market semua dapat terjadi dan analisa kita tidak akan selalu benar. Yang dapat kita lakukan adalah meminimalisir risiko tersebut dengan gabungan analisis agar mendapatkan hasil yang maksimal.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cryptocurrency Selengkapnya
Lihat Cryptocurrency Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun