Mohon tunggu...
bonekpalsu
bonekpalsu Mohon Tunggu... profesional -

Bonek palsu yg bejo

Selanjutnya

Tutup

Politik

Pak Polisi Jangan Mau Menjadi Kroco Mumet

25 Januari 2017   07:29 Diperbarui: 25 Januari 2017   08:12 996
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tiba-tiba saja aku teringat ketika aku menanyakan bagaimana kabar keponakan ku yang bekerja sebagai manager di sebuah perusaahaan tambang di Kalimantan Utara, dia menjawab: “baik-baik saja Om, dan sekarang aku menjadi kroco mumet”. Aku hanya tertawa dan tidak mempertanyakan lebih jauh apa maksud kroco mumet itu. Mungkin kroco mumet ini terucap karena keponakanku itu berada di posisi antara bawahan (pekerja) dengan atasan (owner) diperusahaan itu. Dia sedang dalam posisi bagaimana caranya untuk menjalankan perintah yang sesuai dengan keinginan boss tapi tidak membuat pekerja bawahan resah dan apalagi sampai marah …..

Pak Polisi RI kita sekarang ini sekarang dalam posisi mumet. Kita lihat beberepa kronologis kenapa dan bagaimana ke-mumet-an pak Polisi, tidak perlu melihat terlalu jauh, kita bisa lihat mulai dari tahun 2016.

Episode Awal Mumet: Demo 410

Kita mulai dari demo FPI 14 Oktober, yang menuntut agar kasus penistaan agama yang dituduhkan ke Ahok agar segera diproses pak Polisi. FPI memang sudah sangat sering melakukan demo, terlebih lagi sejak Jokowi-Ahok berhasil nangkring di DKI, FPI menjelma menjadi “musuh alami” Jokowi-Ahok. Karena sudah biasa di demo FPI, maka demo 410 ini tidak istimewa dan Polisi tidak perlu persiapan khusus …. Ini rutin cak! Justru ada peristiwa negatif buat FPI dan dibuat bahan kampanye buat Ahok, yaitu kerusakan taman balai kota oleh peserta demo.

Episode Mumet Demo 411: Kirain cuma demo ecek-ecek seperti biasanya

Tidak seperti yang diduga oleh polisi dan pengamat, demo 411 ini jauh lebih besar dari 410. Dan yang paling penting adalah pesertanya bukan hanya FPI dan simpatisan nya, tapi banyak sekali organisasi Islam dan tokoh-tokoh top ulama yang selama ini moderat, menjadi ikut tergerak ikut aksi 411. Bisa jadi salah satu sebabnya adalah efek dari panasnya perang virtual antara anti Ahok vs pendukung Ahok pasca 410. Aku yang pernah menjadi ‘pro’ Ahok, menjadi jengkjel dan marah atas reaksi buzzer Ahoker yang sangat keterlaluan dan brutal dalam menyerang siapa saja yang menentang Ahok tanpa pandang bulu.

Jumlah peserta 411 yang sangat besar (2-4juta?) dan nyaris tanpa insiden membuat polisi mumet dan bingung  …. Laporan kasus penistaan agama oleh Ahok yang pada awalnya sengaja didiamkan saja, menjadi terburu-buru diproses super kilat dengan jaminan janji pak JK. Mumet ndas e pak Polisi karena harus lembur ….

Pak Presiden pun ikut ketularan mumet  …… gara-garanya pada saat 411 Presiden tidak mau menemui peserta demo, tapi malah blusukan yang sangat tidak penting. Pak Presiden kemudian mumet harus mondar mandir kemana mana, termasuk ke markas-markas pasukan TNI untuk meyakin diri bahwa Presiden adalah Panglima Tertinggi TNI ….. Iya  iya  pak Presiden …. semua sudah pada tahu koq. He he he …

Episode Mumet Demo 212: Presiden (terpaksa) ikut dalam aksi!

Walaupun pak Polisi mumet dan harus pontang panting kerja lembur untuk bisa menepati jaminan pak JK, ternyata tidak membuat lawan-lawan Ahok berhenti. Demo (sholat Jumat bersama) tetap akan dilakukan bahkan konon dengan massa yang jauh lebih besar pada 212. Berbagai macam upaya pak Polisi untuk mencegah dan menggembosi aksi 212 ini, mulai dari larangan PO bis mengangkut peserta 212 dari daerah luar Jakarta, pemeriksaan super ketat di pelabuhan penyebrangan Sumatra-Jawa, dan yang paling panas adalah issue makar + issue penyusupan radikalis yang bakalan bisa memicu kerusuhan sosial besar di Jakarta. Lha ndilalah usaha penggembosan pak Polisi ini malah menambah semangat peserta 212. Ada yang sampai mencarter pesawat segala… edan! Dan puncaknya adalah long march orang-orang Garut dari Garut ke Jakarta, yang selama perjalanan disambut sangat meriah masyarakat dan menjadi iklan gratis di media-media mainstream untuk keuntungan positif aksi 212…. Subhanallah!

Dan alhamdulillah aksi 212 benar-benar bersih dan mulus …. Pak Presiden tergerak (terpaksa?) ikut aksi dan sholat Jumat bersama yang di khotbahi oleh Habib Riziq, orang yang mungkin tidak perlu didengar omongannya oleh Presiden. Gara-gara pak Polisi mumet, FPI dan Riziq menjadi besar dan berubah statusnya.

Episode Mumet Makar: Pelaku nya ternyata Aki-aki, Nini-nini, dan Artis bonek

Sedihnya, pak Polisi tambah mumet dan mbulet …..  masih belum melihat secara jernih apa dan siapa yang menjadi sebab gonjang ganjing politik ini. Pagi-pagi sebelum 212, sejumlah orang di tangkap, diuber, dan ternyata mereka adalah orang-orang yang memang dari dulu ‘nyinyir’, super cerewet dan memang suka bikin onar level lokal, levek kecil-kecilan, dan level infotaiment. Sejatinya hampir tidak ada yang peduli dengan mereka, bahkan akupun sudah lupa dengan SBP yang sejak jaman mbah Soeharto sudah sangat berani. Menurut banyak kalangan bukti-bukti makar itu terlalu dicari-cari dan malahan bisa menjadikan para tertuduh itu menjadi martir besar dengan tuduhan makar ini. Mungkin yang paling pas mereka itu dituduh dengan memakai pasal karet ITE yang bisa diolor kemana mana.

Episode Mumet Fitsa Hat

Ah ini sebenarnya mumet level ecek-ecek tapi gara-gara Ahok (lagi) yang mengomentari jalannya persidangan pertama kasusnya ke media. Fitsa hat ini langsung disamber dengan lahap dan penuh semangat oleh buzzer Ahoker dan menjdi viral, yang ujung-ujung nya malah mental kembali dan kena ke pak Polisi sebagai pihak yang bertanggung jawab membuat laporan BAP. Kalau ada argument Ahoker yang mempersoalkan kenapa tidak baca dulu sebelum tanda tangan, silahkan tanya pada pak Presiden ….. he he he.

Episode Mumet di “pecat” Preman

Nggak jelas kenapa Kapolda Jabar sampai harus memakai preman binaan nya untuk membuktikan bahwa FPI dan Riziq itu musuh nya orang SUNDA. Maka didatangkalnlah segerombolan orang dengan tampang sangar penuh tatto dan berbekal balok kayu besar yang gunanya ternyata untuk memprovokasi dan menakuti massa FPI yang datang mengawal boss nya di Polda Jabar. Pemeriksaan konon kurang lancar karena Riziq tidak kooperatif. Tapi pada saat pemeriksaan resmi telah selesai dan massa FPI banyak yang sudah pulang, terjadilah bentrokan yang menyebabkan beberapa orang cedera. Polisi malah merelease berita bahwa massa FPI yang bikin gara-gara dengan judul mencolok ORANG SUNDA menolak FPI.

Eh belakangan, muncul fakta-fakta yang bertolak belakang. Siapa yang mentungin siapa, siapa yang bawa balok besar, dan siapa yang mensweeping siapa. Terlihat sangat jelas dari photo-photo dan video yang beredar di internet. Akhir episode ini belum jelas, tapi tambah mumet karena Kapolda Jabar “dipecat” preman-preman yang jadi binaan nya ….. aduh mbok!

Mumet Bendera

Episode mumet di Polda Jabar berlanjut ke MaBes Polri, gara-gara ada yang membawa bendera dengan coretan tulisan tauhid berhurif Arab. Pembawa bendera langsung di uber dan ciduk …. Bravo! Siapa saja yang mencoret-coret bendera memang harus dihukum. Tapi kemudian muncul bendera-bendera lain yang membuat nama Presiden dan Ahok ikut terbawa-bawa. Piye iki jal? Kenapa Polisi mumet melihat coretan tulisan Arab yang sudah sangat jelas maknanya bagi muslim, sedangkan coretan yang lain dibiarkan saja …. ra po po. Yusril Ilza Mahendra lewat kolom nya yang direlease ke berbagai media ‘menguliahi’ pak Polisi agar tidak mumet soal coretan di bendera ini, dan akhirnya sipembawa bendera dilepaskan dari tahanan. Apakah dakwaannya akan dibatalkan? Entahlah ….

Mumet “Peramal Masa Depan” nya Megawati

Sekarang ada lagi masalah yang mungkin akan membuat Polisi tambah mumet-puyeng tujuh keliling. Ada yang melaporkan mbokde Megawati ke Polisi, gara-gara isi pidato nya yang menyingung ada sekelompok tukang ramal yang sok tahu akan alam akhirat. Padahal belum pernah ada yang ke alam akhirat dan bisa kembali ke dunia. Kutipan pidato Megawati: “Di sisi lain, para pemimpin yang menganut ideologi tertutup pun memosisikan dirinya sebagai pembawa "self fulfilling prophecy", para peramal masa depan. Mereka dengan fasih meramalkan yang akan pasti terjadi di masa yang akan datang, termasuk dalam kehidupan setelah dunia fana, yang notabene mereka sendiri belum pernah melihatnya”

Ah otak bonek yang pas-pasan jadi ikut mumet beneran rek!

Sejatinya rakyat adalah pemilik negara RI, rakyatlah boss nya negara RI, dan untuk rakyat RI. Negara ini bukan milik sekelompok kecil elite yang sedang berkuasa yang masing-masing punya agenda untuk kepentingan kelompoknya. Usia sebuah pemerintahan hanya 5 tahun, sedangkan usia RI sangat diharapkan bisa bertahan sangat lama ….. Sampai ke-anak-cucu-cicit-buyut dan seterusnya ….

Pak Polisi sebagai abdi negara pasti tahu bahwa mereka juga secara otomatis abdi rakyat. Dan sudah seharus nya tahu pula apa yang harus dilakukan agar tidak menjadi kroco mumet yang mendapat tekanan dari atas (an) dan dapat desakan dari bawah (rakyat).

Salam

Seattle 1/24/2017

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun