Mohon tunggu...
bonekpalsu
bonekpalsu Mohon Tunggu... profesional -

Bonek palsu yg bejo

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Kerusakan Telah Terjadi, Apa "Damage Control" Ahok?

8 Oktober 2016   05:21 Diperbarui: 8 Oktober 2016   07:55 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Melakukan kesalahan adalah manusiawi. Dan sudah seharusnya ada tindakan-tindakan lanjutan untuk me-minimal-kan dampak dari kesalahan tersebut. Istilah keren ditempat ku : damage control.

Nah … aku mencoba mengira-ngira bagaimana suasana hati (dan isi pikiran) Ahok ketika berbicara di Kepulauan Seribu yang kemudian menjadi heboh, mengalahkan kehebohan berita-berita videotron porno, persidangan Jessica, atau Dimas kanjeng. Kalau ada yang mengatakan saat itu Ahok tidak sengaja dan keseleo lidah, maka cobalah menonton video itu sekali lagi, tidak perlu melihat video itu secara utuh, terlalu lama cak …. yang menjadi masalah itu ada di menit ke 23.

Dengan berfikiran positif - karena aku sejatinya bukan anti Ahok, dari video itu dengan sangat jelas aku bisa menangkap apa yang coba disampaikan oleh Ahok: ada (ulama) yang telah mem-bohongi masyarakat (muslim) DKI dengan memakai ayat itu. Ahok tidak mengatakan ayat Quran itu telah mem-bohongi umat muslim DKI.

Ini tuduhan serius, bisa menjadi bola liar, dan memicu reaksi berantai …..

Rasanya aku bisa mengerti kenapa Ahok sampai berani mengatakan ada (ulama) yang telah berbohong, yaitu karena ada nya fakta perbedaan pendapat yang cukup lebar tentang penafsiran Al-Maidah 51 ini diantara umat Islam, bukan hanya antara pendukung Ahok dengan penentang Ahok. Masing-masing pihak punya dalil dan argument yang kuat. Bahkan di group WA ku dengan teman-teman muslim Indonesia di Seattle, diskusi tentang al-Maidah 51 ini sangat ramai dan bisa membuat kepala panas (alhamdulillah hati tetap sejuk). Karena sejatinya perbedaan penafsiran ayat-ayat Quran itu memang ada. Tanpa Ahok pun perbedaan penafsiran ayat-ayat Quran akan selalu ada.

Yang menjadi masalah adalah kecerobohan Ahok sebagai seorang non-muslim, dengan mengatakan ada (ulama) yang telah berbohong tentang ayat-ayat Quran untuk kepentingan politik. Padahal diskusi perbedaan penafsiran ayat-ayat al- Quran ini (mungkin) tidak akan pernah selesai sampai akhir zaman. Ahok malah terpancing untuk ikut-ikutan dan lansung main vonis bahwa ada sekelompok (ulama) yang berbohong. Mungkin bisa diibaratkan seperti saat Pep Guardiola yang sedang asyik berdiskusi dengan timnya, tiba-tiba saja Icuk Sugiarto datang mengajari Pep bagaimana menyusun strategi yang ampuh untuk melawan Tottenham  :D

Kalau saja pernyataan Ahok itu tidak terlalu spefisik ke Al-Maidah 51 dan memakai kalimat yang bersifat umum dan bersayap tentang adanya plintiran dalil agama untuk kepentingan politik, reaksi muslim akan biasa saja.

Kembali ke awal tulisan, aku mengira-ngira apa dan bagaimana suasana hati Ahok saat mengatakanbohong itu. Apakah karena hasil polling yang dikeluarkan oleh beberapa lembaga survey yang hasil nya kurang menguntungkan bagi Ahok, dan kemudian membuat Ahok menjadi panik? Panik dan marah seperti beberapa penulis handal dan populer kanal Politik K, yang tiba-tiba saja meriang, mengelinjang marah gara-gara hasil survey itu. Bukankan survey itu diklaim sebagai pesanan, aba-abal, dan tidak logis? Ya biarin saja hasil survey-survey itu. Yang jelas gara-gara video ini, simpati (muslim) untuk Ahok yang trend nya menurun akan membuat bertambah anjlok. Kerusakan telah terjadi.

Sejatinya Ahok itu sebagai incumbent berada di posisi yang sangat menguntungkan untuk Pilkada DKI 2017 ini. Ahok punya banyak kesempatan untuk ‘kampanye’ secara langsung ke penduduk DKI dan berhak meng-klaim  bahwa dia sudah action, dan punya banyak bukti telah membenahi DKI menjadi lebih baik, lebih bersih, dan lebih tertib. Tidak sekedar omdo alias omong doang, tidak cuma sebagai konseptor tapi sudah menjadi eksekutor dengan hasil yg nyata.

Ahok juga bisa terus melakukan ‘kampanye’ nya secara langsung dengan berdialog, menerima keluhan-keluhan, atau sekedar memenuhi permintaan selfie penduduk DKI di balai-kota, yang kemudian di broadcast di youtube tanpa kuatir akan mendapat sempritan dari KPU. Ahok juga bisa meneruskan dan menyiarkan di youtube bagaimana dia marah-marah dirapat internal Pemda dalam rangka pembenahan mental aparat Pemda DKI. Ahok juga bisa meneruskan kebiasaan nya untuk datang ke kondangan warga DKI saat weekend dan di broadcast di youtube.

Apa lagi yang kurang pak Ahok? Lawan-lawan mu belum punya semua itu! Lawan-lawan mu masih berbenah, baru mulai merangkak, dan meraba-raba issue apa yang bisa dipakai untuk melawanmu. Lawan-lawan mu saati ini, hanya bisa secara sporadis berkomentar tentang bagaimana membenahi dan mengelola Jakarta, tapi belum ada yang punya rencana yang jelas, apalagi hasil nyata. Jangan justru ikut-ikutan terpancing dan mengeluarkan statement SARA, jika anda tidak mau diserang pakai issue SARA. Fokus dg kekuatan anda pak Ahok, bukan dengan kelemahan anda.

Terus apa yang harus dilakukan Ahok? Apa damage control Ahok atas masalah ini?

Ya terserah pak Ahok lah …. Tapi aku yakin dengan minta maaf, klarifikasi secara terbuka, dan terus bekerja dengan niat yang baik untuk DKI akan membuat issue menjadi dingin kembali.

Daripada didiamkan saja, apalagi sangat defensif mempertahankan bahwa tidak ada yang salah dengan pernyataan Ahok. Sifat defensif ini terlihat dari sikap mayoritas fans nya Ahok dan cukup banyak fan nya Ahok justru mengolok-olok kemarahan muslim atas video itu. Bahkan sudah ada kelompok fan Ahok yang melaporkan akun yang mengupload video ini ke polisi dengan tuduhan menyebar kebencian. Apa memang yang seperti ini maunya Ahok? Cara ini akan memperparah keadaan dan bisa memicu reaksi berantai. Ini bukan damage control … tapi uncontrolled damage!

 Salam

Seattle 10/7/2016

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun