Mohon tunggu...
bonekpalsu
bonekpalsu Mohon Tunggu... profesional -

Bonek palsu yg bejo

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Tentara Indonesia dan Tentara Amerika

24 Agustus 2015   12:13 Diperbarui: 24 Agustus 2015   12:13 3419
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Veteran Tua TNI dan US Army"][/caption]

Setiap 5 Oktober, aku selalu ingat almarhum bapak yang terlihat gagah dengan pakain dinas upacara (PDU) komplit dengan pernak pernik tanda jasa nya yang berderat di atas saku kiri. Mau diakui atau tidak, tentara Indonesia banyak terinspirasi oleh tentara Amerika, dalam bentuk seragam, kepangkatan, kesatuan dan lain lain.  Tulisan ini sama sekali bukan untuk membandingkan kekuatan militer Indonesia dengan Amerika. Ini hanya sekilas perbandingan kehidupan TNI yang masih aku ingat dengan tentara Amerika yang bisa aku amati secara langsung.

Tentara Indonesia

Jadi tentara sebenarnya merupakan cita-cita utama ku saat kecil dulu. Maklumlah almarhum bapakku tentara, mas ku juga ada yang jadi tentara. Boleh dibilang mulai dari lahir sampai kelas 2 SMA, aku hidup dilingkungan tentara, maka wajar saja kalau aku senang melihat kegagahan tentara dengan topi baja/baret, senjata M16, dan ransel berat di punggung. Apalagi setelah membaca buku pak Benny Moerdani dan yang paling mengesankan adalah kisah pembebasan sandera Woyla, tambah kuat kepinginan ku untuk jadi tentara. Tapi memang sudah suratan hidup, fisikku tidak mendukung. Tinggi dan berat cukup, stamina lumayan lah ... kuat push up dan pull up, lari, dan berenang. Tapi mataku sejak kelas 1 SMA sudah mulai rabun jauh … harus pakai kacamata. Ya sudah. Terpaksa pindah jalur yang pada akhirnya aku nyasar jadi TKI sampai sekarang.

Kehidupan anggota Perwira tentara rata-rata cukup mapan, apalagi bisa nangkring naik ke jajaran perwira tinggi, maka dijamin kehidupan (ekonomi) nya enak. Bisa punya mobil dinas lebih dari satu, punya supir, ajudan, punya anggota yang bisa dipanggil kerumah (hampir) kapan saja. FYI, aku dulu mulai belajar menyetir mobil memakai mobil dinas bapak, Toyota FJ kanvas, kadang kadang mas ku yang datang bawa CJ7 juga aku pinjam buat belajar. Polisi nggak berani macam macam :D

Kalau punya jabatan penting (territorial)  bakalan lebih enak lagi, karena banyak orang akan senang menempel mendekat berbaik hati memberi macam-macam hadiah. Apalagi saat menjelang lebaran, kiriman parcel, kiriman makanan mengalir sampai bingung bagaimana menghabiskannya. Kakak ku cukup cerdik mengelola tumpukan hadiah itu dengan cara me re-cycle (mengirim lagi) parcel dan makanan yang berlebih ke kolega, dan ke keluarga. Aku tidak tahu kiriman lewat amplop, aku tidak pernah melihatnya secara langsung, tapi aku yakin ada. Saat ribut-ribut jam tangan super mahal mantan Panglima TNI yang kemudian diakui sebagai jam tangan KW, bikin aku ketawa sambil geleng geleng kepala. Mana ada yang berani mempertanyakan apakah benar jam itu KW? Cari perkara saja.

Tentara dengan posisi di bawah hidupnya relatif lebih berat. Tinggal dirumah dinas, yang kondisinya apa adanya, bahkan masih cukup banyak banyak bekas gudang besar yg disekat sekat dan disulap jadi rumah tinggal bersama anggota TNI. Kalau sudah pensiun maka harus siap diusir keluar dari rumah dinas. Jika berdinas dibatalion tempur, anggota tentara juga harus siap-siap saja menerima hukuman fisik dari komandan kalau melakukan kesalahan. Mungkin itu sebabnya anggota tentara dilevel bawah cenderung lebih mudah emosi, gampang main pukul, dan sering berantem. Ya memang itu makanan mereka sehari-hari. Sayangnya program AMD tidak diteruskan lagi , padahal menurutku AMD bisa menyalurkan energi berlebih anggota tentara dan sekaligus membantu rakyat di pedesaan. Untuk jaman sekarang, mungkin misi AMD perlu diubah dan diperjelas. AMD bukan semata untuk mengukuhkan dominasi militer diatas masyarakat sipil.

 [caption caption="Contoh Tipikal Asrama TNI"]
[/caption]

[caption caption="Rumah Dinas bapak, tempat tinggal ku puluhan tahun yang lalu di Bukittinggi tidak berubah, photo diambil pada Januari 2015"]
[/caption]

Tentara di US

Personil tentara US, yang pada umumnya tinggal di dalam atau daerah dekat dengan pangkalan militer dan jarang kelihatan berkeliaran dengan seragam diluar pangkalan. Mereka sangat dihormati sebagai pahlawan, pelindung dan penjaga Amerika, pelindung way of life Amerika (demokrasi). Di TV-TV, terutama saat menjelang holiday seasons (thanks giving, natal) sering ditampilkan pertemuan surprise antara seorang anggota tentara yang pulang ke US setelah sekian bulan/tahun bertugas diluar negri, dengan anak istrinya. Selain itu cukup banyak discount yg ditawarkan khusus untuk anggota tentara US. Iklan TV yang mengajak pemuda/pemudi US masuk tentara cukup gencar, ada iming iming dapat beasiswa di college, ada janji dapat skill yg berguna jika sudah tidak berdinas di tentara, dan mudah mencari pekerjaan. Dan konon kabarnya, jadi tentara adalah salah satu cara yg cepat dan mudah untuk memperlancar applikasi menjadi permanent resident dan warga negara US … entahlah.

Temanku, seorang eks-pengungsi Vietnam yang kebetulan punya kakak pilot helikopter Navy, menceritakan bahwa kehidupan rata rata anggota tentara US cukup baik. Termasuk kelas menengah lah, dengan rumah dan mobil yang layak. Tapi kalau sedang bertugas, terutama diluar US, bisa dipastikan dapat fasilitasnya sangat baik untuk kelas tentara. Makanannya tentara adalah kwalitas kelas 1 yang banyak didatangkan dari negara sekutu US terdekat, bahkan cukup banyak yg dikirim langsung dari US.

Agak berbeda dengan TNI, cukup banyak terlihat tentara US yang memakai kacamata, dan hampir tidak ada kendaraan dinas tentara US berkeliaran di tempat-tempat umum. Kalau anda jalan jalan ke pusat pusat bisnis, akan mudah anda jumpai recruiting center untuk Marine, US Army, Navy, atau Airforce. Bahkan para rectruiter itu juga mendatangi High School (SMA), dan Universitas lokal untuk menyampaikan informasi fasilitas dan bantuan yg diterima jika ada yg berminat bergabung menjadi tentara. 

 

Berkunjung ke (perumahan di) Pangkalan US Navy

[caption caption="USS Louisiana sedang didorong tug boat untuk bersandar di Bangor WA"]

[/caption]

Tahun lalu, aku dan teman2 se-pengajian diundang oleh salah seorang anggota pengajian yang baru pindah dari NorthFolk, VA ke pangkalan kapal selam Nuklir di Bangor, WA. Si suami asli Texas adalah anggota Navy kapal selam nuklir, sedangkan istrinya berasal dari Jakarta. Untuk bisa masuk kedalam pangkalan, tuan rumah meminta daftar nama dan alamat semua anggota keluarga yang akan ikut berkunjung. Aku tidak tahu apakah ada proses background check atau tidak, tapi sempat tidak jelas ID apa yg harus kita bawa agar bisa masuk kedalam komple pangkalan. Ada yang membawa passport, SIM, dan greencard. Aku dan keluarga cuma membawa SIM dan green card, dengan resiko kalau nggak boleh masuk .... ya pulang.

Sekitar 100 m dari pintu gerbang pangkalan, aku melihat sudah ada 4 mobil parkir rapi dipinggir jalan. Aku ikutan parkir setelah tahu yang parkir itu teman temanku se pengajian. Tuan rumah sudah siap didepan untuk memimpin konvoi masuk ke dalam setelah beberapa mobilyag lain datang. Kita pun bergerak masuk pelan (5-10mph) dg kaca jendela harus dibuka. Jalan masuk didepan Pos jaga di beri barrier beton sangat tebal setinggi 1 meteran yang diletakkan zig zag. Ditambah dengan polisi tidur, hampir mustahil bisa lolos masuk kedalam jika ada yang nekad menerjang dengen kecepatan tinggi. Sudah pasti nyangkut dibarrier beton itu. Kemudian ID semua tamu dibawa oleh ke tuan rumah untuk diserahkan ke penjaga. Cukup lama kita menunggu, akhirnya ID diserahkan kembali dan kita boleh masuk satu satu. Didepan penjaga ID diminta kembali dan setiap penumpang dicocokan dengan nama dan ID tamu yang sudah terdaftar sebelumnya. Tidak banyak masalah … semua bisa masuk. Tapi kasihan juga si tuan rumah karena harus mondar mandir rumah-pos jaga, karena tamu tidak datang secara berbarengan.

[caption caption="Pusat Perbelanjaan di Bangor Naval Base WA"]
[/caption]

Pangkalan ini sangat luas dan tidak ketara kalau ini adalah pangkalan kapal selam nuklir, karena memang tujuan kita ke perumahan yang terletak berjauhan dengan Pangkalan kapal selam dan markas Navy. Didalam pangkalan ada fasilitas komplit untuk yg tinggal didalam, seperti sekolah, super market, dept store, rumah sakit dan fasilitas olah raga. Semua kebutuhan sehari bisa didapat didalam pangkalan.

[caption caption="Perumahan di Bangor Naval Base"]
[/caption]

Karena kita keperumahan officer, kita masuk ke komplek yg didesign cluster. Rumah terlihat mirip seperti perumahan normal orang Amerika dengan kwalitas menengah. Dibandingkan dengan rumah dinas tentara di Indonesia, kondisinya jauh lebih baik. Hampir disetiap rumah terlihat ada 2 mobil. Ada juga yang punya perahu boat ukuran kecil. Suasana sepi, layaknya perumahan di Amerika, dikejauhan terlihat beberapa anak naik sepeda dan skate board. Kalau tidak salah semua fasilitas air, listrik, dan sampah didalam pangkalan gratis untuk penghuni.

Ngobrol dengan si suami yang juga jago barbeque (orang Texas rek!), dia sering bertugas 3-6 bulan didalam kapal selam tanpa berlabuh sama sekali. Biasanya patroli rutin yg misi dan rutenya tentu sangat rahasia. Bahkan saat aku tanya dikedalaman berapa kapal selamnya biasa beroperasi, dia tersenyum dan bilang bahwa itu sangat rahasia. Tapi dia menceritakan secara garis besar tugas nya didalam kapal, berapa jam sehari, menu makan yg selalu top, fasilitas komunikasi dengan keluarga, dan juga kegiatan off duty yang bisa dilakukan.  Makanan kelas 1 dan fasilitas top untuk crew disediakan untuk mengurangi kejenuhan berlayar yang bisa sampai 6 bulan dalam air. Tidak mudah untuk bisa jadi crew kapal selam nukilir, konon calon crew harus apply dua kali untuk bisa berlayar didalam kapal selam nuklir.

Tentara Amerika sangat aktif dan dominan diluar negaranya, berbeda dengan doktrin TNI yg masih besar pengaruhnya dikehidupan sehari hari dalam negri Indonesia. Banyak sekali kisah negatif, tragis  dan menyedihkan dari tentara atau veteran US, terutama dari yang pernah bertugas di medan perang brutal yang jauh dari negaranya sendiri. Ongkos untuk mempertahankan status super power sekaligus global cop memang mahal sekali.

Salam,

Seattle 8/23/2015.

Photo:

Veteran: http://veteranri.go.id/  dan www.valleyhelpathome.com

komplek TNI: http://www.panoramio.com/photo/41350075

USS Lousiana : http://www.kitsapsun.com

Supermarket dan perumahan navy: www.fcnavynorthwest.com

 

 

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun