Mohon tunggu...
bonekpalsu
bonekpalsu Mohon Tunggu... profesional -

Bonek palsu yg bejo

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Ke Bukittinggi Mau Apa?

7 Januari 2015   13:25 Diperbarui: 17 Juni 2015   13:39 697
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bukittinggi Tidak Akan Pernah Terlupakan

[caption id="attachment_388952" align="alignnone" width="630" caption="Jam Gadang (doc.bonekpalsu)"][/caption]

Biasanya niat ku untuk ke Bukititinggi selalu terhalang dengan terbatasnya waktu mudik, banyak nya acara ditempat2 lain, dan terutama karena ekstrimnya kepadatan lalu lintas menuju Bukittinggi (pada saat lebaran luar biasa macetnya karena kebanjiran mobil ber plat B). Nah pada mudik versi mendadak ke Pekanbaru di akhir bulan Desember 2014 lalu, tidak aku sia siakan untuk bisa kembali melihat kota yang pernah menjadi tempat tinggalku saat almarhum bapak masih bertugas sebagai abdi negara (TNI) di Bukittinggi puluhan tahun yang lalu.

Kelok Sembilan. Tempat ini dahulunya adalah pusat kemacetan jalur Riau-SumBar. Jalanan sempit dengan tikungan sangat tajam membuat truk, bis, dan mobil harus sabar antri bergiliran satu persatu melewati setiap tikungan tajam. Tercapai juga keinginanku untuk bisa melihat dan menikmati ketidak macetan Kelok Sembilan baru yg luar biasa megah, panjang dan berputar putar hingga mencapai bawah. Konon perlu 10tahun lebih untuk membangun jalan layang ini.

[caption id="attachment_388953" align="alignnone" width="640" caption="Kelok Sembilan Baru yg megah (doc.bonekpalsu)"]

14205548861966277424
14205548861966277424
[/caption]

Di titik tertinggi Kelok Sembilan baru, bisa dilihat kelok sembilan lama yg ternyata masih bisa dipakai. Terlihat beberapa sepada motor masih melewati jalan lama ini, Mungkin sensasi jalan lama lebih meng-asyikan daripada jalan baru yg memang tidak begitu terasa tanjakan dan tikungannya.

[caption id="attachment_388954" align="alignnone" width="640" caption="Kelok Sembilan Lama masih dipakai (doc.bonekpalsu)"]

14205549501072972437
14205549501072972437
[/caption]

Kelok Sembilan baru ini otomatis membuat banyak traveler untuk berhenti sejenak di tempat2 yg sudah disediakan, dan ini otomatis mengundang pedagang untuk membuka lapak lapak dipinggiran jalan. Sayangnya Kelok Sembilan baru yg elok itu menjadi terkesan kumuh dan kotor akibat tidak tertatanya lapak pedagang dan juga kebiasaan buruk masyarakat untuk membuang sampah sembarangan   :(

[caption id="attachment_388955" align="alignnone" width="640" caption="Penyakit Kita ... Sampah Berserakan! (doc.bonekpalsu)"]

14205550521987949765
14205550521987949765
[/caption]

Bukittinggi. Landmark Bukittinggi adalah jam Gadang, menara jam besar yg dibangun pemerintah kolonial Belanda. Antusias  ku dengan jam gadang langsung buyar karena begitu mendekati area, karena langsung tercium bau pesing yang sangat tajam. Dugaanku ini adalah bau air kencing kuda bendi yg berjejer rapi didepan pasar atas Bukittinggi. Selain pesing, sampah sampah masih terlihat berserakan .... terlihat beberapa orang membuang sampah bekas makanan begitu saja. Padahal ada tempat sampah yang tersedia dibeberapa tempat.

[caption id="attachment_389020" align="alignnone" width="640" caption="Bendi Pasar Ateh (doc.bonekpalsu)"]

142058398347579356
142058398347579356
[/caption]

Untunglah ngarai Sianok dengan background gunung Singgalang bisa melenyapkan kesan buruk ku tentang lingkungan di jam Gadang.

[caption id="attachment_388957" align="aligncenter" width="570" caption="Ngarai Sianok dg background Gn. Singgalang (doc.bonekpalsu)"]

14205552731215112093
14205552731215112093
[/caption]

Makan! Kota Bukitinggi yang secara fisik tidak banyak berubah dan masih terlihat sama saat aku tinggal disana puluhan tahun yang lalu, kecuali macetnya. Maka nya dengan jujur aku katakan selain melihat lihat rumah dinas tempat tinggal dan sekolah ku, tujuan utama ke Bukitinggi adalah untuk makan!  Nasi Kapau  Uni Lis di Pasar Atas dengan gulai tambusunya yang legendaris itu tidak bisa terlupakan. Porsi nasi bungkus yang super generous "terpaksa" dimakan habis dalam 2 termin.....  :D  Puas banget dah!

[caption id="attachment_388959" align="alignnone" width="615" caption="Nasi Kapau Uni Lis di Pasar Atas (doc.bonekpalsu)"]

14205555261570344335
14205555261570344335
[/caption]

1420555627294460409
1420555627294460409

Gulai Tambusu yg legendaris (doc.bonekpalsu)
Untuk makam malam, sate Padang Mak Syukur di Padang Panjang (30 menitan dr Bukitinggi) adalah sasaran kuliner berikutnya. Sate Padang yg dibakar dg arang batok kelapa, kuah bumbu kuning yang pedasnya mantap, plus kerupuk jangek (kulit) adalah paduan pas, dan membuat ketagihan untuk datang lagi.

1420555138978840912
1420555138978840912

Sate Padang Mak Syukur di Padang Panjang+jangek (doc.bonekpalsu)
Tentu saja sebelum kembali pulang, belanja oleh oleh camilan khas Bukittinggi tidak boleh dilupakan: krupuk balado, sanjai, karak kaliang, gulamai, kacang tojin, randang beras dll .... Koper koper ku ke Seattle bakalan poll!

[caption id="attachment_389021" align="alignnone" width="560" caption="Camilan khas Bukittinggi (doc.bonekpalsu)"]

1420585383831658242
1420585383831658242
[/caption]

Salam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun